Baim Wong Akhirnya Cabut Pendaftaran HAKI CFW
Berita Baru, Jakarta – Baim Wong akhirnya mencabut pendaftaran Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) Citayam Fashion Week (CFW) pada Senin (25/7) malam melalui kanal Youtubnya.
Baim mengatakan, mulanya ia ingin mengumumkan penarikan HAKI CFW ke media pada Selasa (26/7), namun karena dirasanya mendesak, ia memutuskan untuk melakukannya lewat Youtube terlebih dulu.
Dalam unggahan tersebut, Baim meminta maaf pada berbagai pihak karena telah menimbulkan keresahan, tidak terkecuali para tokoh publik dan politik.
Baim menyampaikan, pihaknya sama sekali tidak ada niat untuk mengambil keuntungan dari fenomena organik tersebut.
Yang ada justru sebaliknya, yakni Baim ingin mendukung dan memfasilitasi apa pun yang komunitas di CFW butuhkan.
“Tidak ada niatan sama sekali dari saya. Demi Allah, niat saya arahnya buat Citayam, buat mereka semua,” katanya
Dalam permohonan maafnya, Baim tampak menunjukkan jejak obrolannya dengan para pentolan CFW, seperti Bonge, Jeje, dan lainnya.
Di sela itu, ia pun mengaku bahwa telah menggali informasi terlebih dulu dari mereka terkait hak cipta, sebelum akhirnya memilih untuk mendaftarkannya ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI).
Awal mula kontroversi Baim
Beberapa hari selepas permohonan dari perusahaan Baim dan Paul PT Tiger Wong Entertainment diterima oleh Pangkalan Data Kekayaan Intelektual (PDKI) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) pada 20 Juli 2022, banyak pihak melayangkan kritik pada Baim.
Salah satunya datang dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Secara tegas, Kamil berharap, Baim mencabut pengajuannya tersebut dan membiarkan CFW tumbuh apa adanya sebagai sebentuk gerakan anak-anak muda akar rumput.
“Nasihat saya, tidak semua urusan di dunia ini harus selalu dilihat dari sisi komersial. Fenomena CFW itu adalah gerakan organik akar rumput yang tumbuhkembangnya harus natural dan organik pula,” kata Kamil.
“Saran saya, pendaftaran HAKi ke Kemenkumham dicabut saja. Terima kasih jika bisa memahaminya,” imbuhnya.
Beberapa saat sebelum Kamil mengutarakan pandangannya tersebut, Baim menyampaikan bahwa pihaknya memiliki visi yang besar untuk CFW, yakni menjadikannya sebagai ajang legal tempat tren-tren fesyen lahir dan tidak bersifat sementara.
“CFW bukan milik saya. Ini milik mereka semua. Ini milik Indonesia. Saya hanyalah orang yang punya visi menjadikan CFW sebagai ajang untuk membuat tren ini menjadi wadah legal dan tidak musiman. Dan yang paling penting bisa memajukan fesyen Indonesia di mata dunia,” ungkap Baim.
Selain itu, Baim juga menawarkan ruang gerak yang lebih layak untuk komunitas di CFW, yakni Sarinah.
Baim melihat, Sarinah lebih aman dan tidak terlalu ramai dibanding Dukuh Atas untuk gerakan anak-anak muda seperti CFW.
Sejarah CFW
CFW melekat dengan istilah SCBD. SCBD di sini tentu tidak merujuk pada Sudirman Central Business District, tapi Sudirman-Citayam-Bojonggede-Depok.
SCBD yang didominasi oleh anak-anak pinggiran Kota Jakarta kerap nongkrong di kawasan perkantoran elite di jantung Kota Jakarta.
Di sekitar tempat nongkrong, lalu Lalang orang-orang kantor dengan pakaiannya yang sangat fancy dan mahal adalah pemandangan sehari-hari mereka.
Entah sebagai sebentuk resistensi atau apa, mereka kemudian semacam membuat tandingan fesyen terhadap orang-orang kantoran tersebut. Hasilnya, mereka memamerkan fesyen khasnya—dengan model sebaliknya—dengan memanfaatkan zebra cross sebagai catwalk.
Aksi unik ini kemudian populer dengan sebutan CFW yang bersinggungan dengan istilah seperti Jakarta Fashion Week (JFW) atau Paris Fashion Week (PFW).
Adapun untuk penyebutan Citayam, menurut El inisiator CFW, itu disebabkan jumlah remaja Citayam, Kabupaten Bogor, yang mendominasi di komunitas.
“Awal mula kemungkinan orang-orang di sini didominasi dari daerah Citayam. Jadi kebanyakan orang-orang di luar Sudirman menyebutnya ‘Citayam Fashion Week’ karena pada pakai outfit yang keren gitu,” kata El, dikutip dari Kompas.com (20/7).
Pro dan kontra
Ketika CFW berhasil menarik perhatian publik, bahkan menginspirasi daerah lain untuk mereplikasi hal yang sama, pro dan kontra tidak bisa dihindari.
Sebagian pihak menilai, CFW memiliki dampak positif. Kenyataan bahwa CFW sukses menjadi wadah adu kreativitas anak-anak muda dan meningkatkan penghasilan para pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan alasan mengapa demikian.
Sebagian lainnya menyebut, CFW berpotensi besar mengganggu kelancaran aktivitas jalan raya di wilayah Dukuh Atas.