ASI Eksklusif, Imunisasi Pertama Bagi Bayi
Berita Baru, Jakarta – ASI (Air Susu Ibu) merupakan sumber asupan nutrisi bagi bayi baru lahir dan bersifat eksklusif sebab pemberiannya berlaku pada bayi berusia 0 bulan sampai 6 bulan.
ASI eksklusif memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan si kecil selama enam bulan pertama semenjak hari pertama lahir (HPL), mengingat periode tersebut merupakan masa periode emas perkembangan anak sampai menginjak usia 2 tahun.
Salah satu manfaat ASI, selain membantu perkembangan otak dan fisik bayi, adalah meningkatkan ketahanan tubuh bayi. Karenanya bisa mencegah bayi terserang berbagai penyakit yang bisa mengancam kesehatan bayi.
Ketua Satuan Tugas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. dr. Naomi Esthernita F. Dewanto menegaskan pentingnya ASI eksklusif bagi bayi dan menyebut ASI sebagai imunisasi pertama bagi bayi.
“ASI itu merupakan imunisasi pertama untuk bayi, untuk menghindari penyakit dan mencegah kematian,” kata dr. Naomi dalam seminar virtual dalam rangka World Breastfeeding Week, sebagaimana dikutip dari Antara, Sabtu (6/8).
Menurutnya, selain mengandung nutrisi esensial yang dibutuhkan bayi, ASI mengandung imunoglobulin (antibodi) yang memperkuat sistem imun lokal saluran cerna serta komponen lain yang mempunyai efek perlindungan.
dr. Naomi mencontohkan, seperti laktoferin yang bisa menghambat pertumbuhan bakteri dan lisozim yang dapat menghancurkan dinding sel bakteri yang terdapat pada selaput lendir saluran cerna.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa keberadaan zat-zat bioaktif dalam ASI mendukung ketahanan tubuh bayi, yang ketika baru lahir imunnya masih rendah.
“Immunoglobulin yang akan keluar lewat ASI itu akan sampai ke bayi. Jadi immunoglobulin juga merupakan imunisasi, pertahanan tubuh bayi,” sambung dr. Naomi.
Kepala Departemen Pediatri Universitas Tarumanegara itu menyoroti penurunan angka pemberian ASI eksklusif selama enam bulan kepada bayi.
dr. Naomi mengutip data hasil Riset Kesehatan Dasar yang memperlihatkan penurunan angka pemberian ASI eksklusif dari 61,33 persen pada 2017 menjadi 37,3 persen pada 2018.
“Angka dari UNICEF terakhir bahwa tahun 2021 hanya satu dari dua bayi yang disusui eksklusif sampai enam bulan, artinya sekitar 50 persen,” terangnya.
Dia menyebut kampanye penjualan susu pengganti ASI, kurangnya dukungan keluarga dan komunitas, serta keterbatasan fasilitas menyusui di tempat kerja maupun tempat umum sebagai faktor yang mempengaruhi penurunan angka pemberian ASI secara eksklusif.