Anies dan Ganjar Mendapat Apresiasi Tinggi dari Warganet Twitter, Prabowo Minim Apresiasi pada Debat Ketiga
Berita Baru, Jakarta – Pasca debat Capres Ketiga Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, Drone Emprit merilis analisis jaringan sosial di Twitter (X) melalui unggahan Ismail Fahmi, Senin, 8 Januari 2024.
Ismail mengaku dalam menganalisis jaringan sosial/ Social Network Analysis (SNA) pengguna Twitter ini bersumber dari X. Jangka waktu yang digunakan ialah selama proses debat berlangsung, sekira pukul 19.00 – 21.00 WIB, Minggu, 7 Januari 2024. Selain itu, metode yang digunakan ialah dengan kata kunci tertentu.
Pada project Capres 01, Drone Emprit menggunakan kata kunci Anies, Gabener, Goodbener, Capres 01, Paslon 01, dan beberapa lainnya. Project Capres 02 dengan kata kunci Prabowo, Praroro, Capres 02, Paslon 02 dan lainnya. Sedangkan pada Project 03 kata kuncinya adalah Ganjar, Ganjarpranowo, Capres 03, dan Paslon 03.
Dengan kata metode itu Drone Emprit menemukan hasil yang menarik. Di mana Anies memperoleh volume percakapan paling tinggi dibanding Prabowo dan Ganjar. Sedangkan, volume percakapan Prabowo dan Ganjar salip-salipan.
Selain itu, ada juga sentimen pengguna twitter yang berhasil ditangkap Drone Emprit. Lagi-lagi Anies Baswedan mendapat sentimen positif paling tinggi sebesar 76%, disusul Ganjar Pranowo 72%, dan 40% untuk Prabowo Subianto. Sedangkan sentimen negatif Prabowo paling unggul sebesar 54%, disusul Anies 14%, dan hanya 11% untuk Ganjar Pranowo.
“Untuk top isu, Anies banyak diapresiasi karena banyak menyerang lawan debat dan paparkan banyak data, tapi Anies terlalu banyak menyerang personal dan kurang gagasan. Prabowo dianggap berhasil serang Anies tentang etik dan lontarkan diksi jenaka ‘omon-omon’, tapi mudah terpancing dan banyak dikritik pendapatnya tentang Gaza. Lalu, Ganjar punya performa debat yang bagus dan dianggap pendingin suasana, tapi dianggap cari aman alias kurang menyerang lawan debat,” tambah Ismail Fahmi.
Peta Social Network Analysis (Analisis Jaringan Sosial) dari aktivitas retweet di Twitter yang berkaitan dengan pendukung tiga kandidat ini merupakan visualisasi kompleks dari bagaimana informasi dan dukungan terhadap masing-masing kandidat tersebar melalui retweet di platform media sosial.
Tampak ada sebuah klaster yang paling besar, yaitu klaster Pro Anies, yang berinteraksi dengan sangat dengan klaster akun yang sebelumnya cenderung Netral.
Kemudian klaster Pro Ganjar terbesar kedua, yang tampak masih memiliki link cukup banyak dengan pendukung Pro Anies.
Di antara kedua klaster ada Pro Prabowo, yang tidak terlalu kelihatan kekuatan klasternya. Ada dua sub klaster Pro Prabowo yang terpisah dan berinteraksi secara eksklusif sendiri di pinggiran peta.
Melihat peta ini, wajar sekali jika sentimen negatif terhadap Prabowo sangat tinggi. Ini karena sedikitnya pendukung yang mengangkat secara positif, sementara klaster Pro Anies dan Pro Ganjar turut membicarakan secara negatif.
Berdasarkan semua data dari percakapan netizen di Twitter tentang debat capres yang telah diunggah, ada kritik, humor, dan aspek lainnya.
Ada banyak kritik terhadap kandidat, terutama Prabowo, yang dituduh tidak peka terhadap isu internasional, seperti situasi di Gaza. Pengguna Twitter menggunakan humor untuk menanggapi dinamika debat, dengan beberapa membuat lelucon tentang interaksi antar kandidat dan posisi mereka di podium.
Prabowo juga mendapat sorotan khusus terkait dengan kepemilikan lahan yang luas, yang ditafsirkan oleh beberapa netizen sebagai kontras dengan masalah ketidakadilan sosial dan kebutuhan pertahanan.
Ganjar Pranowo terkadang dipandang sebagai figur yang lebih netral atau kurang dominan dalam debat, dengan beberapa cuitan yang menyindirnya karena sikapnya yang dianggap pasif.
Anies Baswedan menerima tanggapan campuran, dengan beberapa warganet menunjukkan dukungan dan yang lainnya menyampaikan kritik. Beberapa tweet menyoroti kritik Anies terhadap Prabowo dan juga penampilannya dalam debat.
“Secara keseluruhan, percakapan netizen di Twitter menggambarkan debat capres sebagai acara yang sangat interaktif dengan opini yang kuat dan beragam. Sentimen yang diungkapkan melalui media sosial ini dapat memberikan wawasan berharga tentang persepsi publik terhadap kandidat presiden dan isu-isu yang dianggap penting oleh pemilih.” Pungkas Ismail Fahmi. (Muiz/Dafit)