Andika Perkasa dan Hendrar Prihady: Duet Pemenangan yang Tak Terhentikan di Jawa Tengah
Opini : Bung Kafi
(Kader PDI Perjuangan dan Aktivis NU)
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah pada 27 November 2024 bukan sekadar kontestasi politik biasa. Ini adalah ajang perebutan penting yang melibatkan banyak pihak dengan kepentingan besar. Salah satu pasangan yang paling mendapat perhatian adalah Andika Perkasa dan Hendrar Prihady (Hendi), yang diusung oleh PDI Perjuangan. Walaupun pasangan calon yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM Plus) didukung penuh oleh Mantan Presiden Joko Widodo dan Presiden dan sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, kehadiran mereka justru membawa dilema tersendiri bagi demokrasi Indonesia, khususnya di Jawa Tengah.
Sebagai “kandang banteng” yang sudah lama menjadi basis kuat PDI Perjuangan, Jawa Tengah tetap menjadi medan perang politik yang sangat menentukan. Meskipun pasangan Andika-Hendi menghadapi koalisi besar yang didukung oleh Jokowi dan Prabowo, ada sejumlah alasan mengapa pasangan ini tetap memiliki peluang besar untuk memenangkan kontestasi ini. Keunggulan mereka yang dilengkapi dengan latar belakang kepemimpinan yang terbukti, serta dukungan partai yang solid, menjadikan mereka pasangan yang sangat kompetitif dan sulit dikalahkan.
Rekam Jejak Kepemimpinan yang Terbukti
Andika Perkasa, mantan Panglima TNI, adalah sosok yang sudah sangat dikenal di kalangan masyarakat Indonesia. Kepemimpinannya di TNI selama ini mencerminkan kedisiplinan, keberanian, dan komitmen pada prinsip-prinsip kebangsaan yang sangat dihargai oleh rakyat. Ini adalah nilai-nilai yang sangat relevan dengan semangat kebangsaan di Jawa Tengah, yang dikenal memiliki kedekatan emosional dengan ideologi nasionalisme. Pengalaman Andika di dunia militer juga memberinya kemampuan strategis yang sangat dibutuhkan untuk membangun pemerintahan yang aman, terstruktur, dan sejahtera.
Hendrar Prihady, atau Hendi, membawa pengalaman berharga sebagai Wali Kota Semarang selama dua periode. Di bawah kepemimpinannya, Semarang berkembang pesat, dengan peningkatan infrastruktur, pengelolaan kota yang lebih baik, dan berbagai inovasi di bidang pelayanan publik. Kepemimpinan Hendi yang mengedepankan pendekatan langsung kepada masyarakat dan kemampuan untuk menjangkau berbagai kalangan, memberikan keyakinan bahwa ia siap untuk memimpin Jawa Tengah menuju kemajuan yang lebih inklusif.
Keunggulan Partai dan Dukungan Kader PDI Perjuangan, sebagai partai pengusung Andika-Hendi, memiliki basis yang sangat kuat di Jawa Tengah. Dengan sejarah panjang dan rekam jejak yang luar biasa dalam memenangkan kontestasi politik di provinsi ini, PDI Perjuangan adalah kekuatan politik utama yang sulit dipandang remeh. Jawa Tengah memang dikenal sebagai “kandang banteng”, mencerminkan dominasi PDI Perjuangan dalam politik lokal.
Walaupun pasangan lawan didukung oleh koalisi besar yang mengusung Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto, hal ini justru tidak melemahkan semangat juang seluruh kader PDI Perjuangan. Sebaliknya, dukungan dari Jokowi dan Prabowo justru meningkatkan semangat para kader untuk membuktikan bahwa PDI Perjuangan tetap menjadi kekuatan utama. Dalam berbagai survei, elektabilitas pasangan Andika-Hendi terus menunjukkan angka yang stabil di angka 52%, mengungguli calon-calon lain, sebuah indikasi bahwa dukungan terhadap mereka cukup solid di tingkat masyarakat.
Moralitas dalam Politik: Ancaman dari Kepentingan Kekuasaan
Namun, di balik pertarungan politik ini, ada sebuah kenyataan yang sangat mencemaskan tentang kondisi demokrasi Indonesia, khususnya yang berhubungan dengan peran mantan Presiden Joko Widodo. Sebagai mantan presiden yang seharusnya menjaga netralitas dan memfokuskan perhatian pada kesejahteraan rakyat, Jokowi justru terlihat sangat terlibat dalam urusan politik praktis dengan mendukung calon Nomor 02 Luthfie – Taj Yasin dan bahkan seolah-olah menjadi Juru Kampanye dibuktikan dengan Jokowi Safari diberbagai kabupaten kota di Jawa Tengah. Ini membawa dampak serius terhadap moralitas dalam politik kita.
Joko Widodo, yang sudah tidak lagi memiliki menjadi kader partai politik dan setelah masa jabatannya berakhir menjadi Presiden, tetap berusaha mengendalikan arah politik nasional. Ini menimbulkan pertanyaan besar tentang motif dan kepentingan yang mendasari tindakannya. Ketika seorang mantan presiden masih terus “cawe-cawe” dalam urusan kekuasaan, apalagi dengan mendukung pasangan tertentu, kita harus bertanya: apakah ini demi kepentingan rakyat atau semata-mata karena nafsu kekuasaan yang tidak terpuaskan? Tindakan ini sangat berpotensi merusak prinsip-prinsip demokrasi yang seharusnya mengutamakan kebebasan rakyat dalam memilih pemimpinnya, tanpa adanya intervensi dari pihak-pihak yang sudah tidak memiliki jabatan resmi.
Jika mantan presiden yang tidak memiliki partai politik masih mempengaruhi jalannya proses politik, maka ini menjadi indikasi jelas adanya penyalahgunaan kekuasaan. Situasi ini tentu membahayakan kesehatan demokrasi Indonesia, yang seharusnya memberikan ruang bagi masyarakat untuk menentukan pilihannya tanpa adanya campur tangan dari pihak-pihak yang hanya berorientasi pada kekuasaan semata. Ini adalah kerusakan moral yang harus segera diperbaiki jika kita ingin menjaga keberlanjutan demokrasi yang sehat.
Meskipun menghadapi banyak tantangan, strategi pemenangan Andika-Hendi sangat jelas dan tepat sasaran. Kekuatan partai, dukungan luas dari kader, serta rekam jejak yang baik dari keduanya memberikan pondasi yang kokoh untuk meraih kemenangan. Andika dan Hendi juga memiliki program-program yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, seperti peningkatan kualitas SDM, pengembangan UMKM, dan penguatan sektor ekonomi daerah. Andika dengan pendekatan strategisnya, dan Hendi dengan kemampuannya menjangkau masyarakat akar rumput, memberikan keyakinan bahwa mereka adalah pasangan yang siap membawa Jawa Tengah ke arah yang lebih baik.
Dengan dukungan PDI Perjuangan yang sangat kuat, elektabilitas yang tinggi, serta visi kepemimpinan yang jelas, pasangan Andika Perkasa dan Hendrar Prihady berpeluang besar untuk memenangkan Pilgub Jawa Tengah pada 27 November mendatang. Meski ada tekanan dari pihak yang didukung oleh Mantan Presiden Joko Widodo dan Prabowo Subianto, semangat juang kader PDI Perjuangan justru semakin membara. Selain itu, terjadinya intervensi politik oleh Jokowi, seorang mantan presiden yang tidak memiliki partai, hanya akan memperburuk moralitas politik kita dan mempertegas bahwa perjuangan demi kepentingan rakyat harus tetap menjadi prioritas utama, Andika-Hendi adalah simbol kekuatan partai yang solid dan harapan besar bagi masa depan Jawa Tengah yang lebih maju dan sejahtera.