Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Aliansi Masyarakat Buli Gelar Aksi Tolak Investasi PT Priven di Wato-Wato



Berita Baru, Jakarta – Aliansi Masyarakat Buli Peduli Wato-wato kembali menggelar aksi demonstrasi pada Selasa (24/10/2023). Dalam aksi tersebut, massa membentangkan spanduk dengan tulisan ‘Tolak PT Priven’ di Jalan Kartika Buli, Desa Fayafli, Kecamatan Maba, Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara.

Masyarakat Buli telah berjuang selama satu dekade penuh untuk mempertahankan eksistensi Gunung Wato-wato, yang kini menjadi sasaran PT Priven Lestari, perusahaan pertambangan nikel. Perusahaan ini telah memperoleh Izin Usaha Pertambangan (IUP) seluas 4.953 hektar yang mencakup kawasan pegunungan Wato-wato, yang merupakan benteng terakhir bagi masyarakat Buli.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh masyarakat, mulai dari menghadiri pertemuan resmi hingga menyelenggarakan berbagai aksi unjuk rasa dan kampanye penolakan. Investasi tambang di Halmahera Timur telah berdampak pada sumber penghidupan masyarakat di pesisir, termasuk Tanjung Buli, Pulau Gei, Lembah Teduh Moronopo, Pulau Mabuli, dan Pulau Pakal, yang diperkirakan akan habis dalam 3 hingga 4 tahun mendatang.

Masyarakat telah menyaksikan berkurangnya sumber daya protein alami, seperti kerang dan ikan goropa, yang telah menjadi penopang hidup mereka. Keindahan alam yang selama ini menjadi anugerah alamiah bagi mereka pun terancam punah akibat eksploitasi industri pertambangan yang berkelanjutan.

Menanggapi situasi ini, Ari Dwipayana, seorang aktivis lingkungan, menyatakan, “Praktek-praktek kebijakan pemerintah dari pusat hingga daerah nyaris tak mempertimbangkan prinsip-prinsip keberlanjutan ruang hidup dan generasi manusia selanjutnya. Pengalaman-pengalaman seperti itu telah mengajarkan orang Buli banyak hal, yang mesti menjadi bahan evaluasi dan intorpreksi kita bersama.”

Aliansi Masyarakat Buli Peduli Wato-wato telah menggulirkan serangkaian aksi dan kampanye sebagai upaya menolak pengerukan Gunung Wato-wato oleh PT Priven. Mereka berpendapat bahwa investasi tambang telah memperkaya investor, tetapi pada saat yang sama, masyarakat setempat menghadapi kesulitan dan keterbatasan dalam ruang hidup mereka. Situasi ini potensial mengancam stabilitas sosial dan masyarakat.

Wakil Ketua Aliansi Masyarakat Buli Peduli Wato-wato, Laurina Batawi, menegaskan, “Mempertahankan eksistensi Gunung Wato-wato dari rencana pengerukan PT Priven adalah keharusan. Hal ini berangkat dari sejarah panjang orang Buli yang belajar dari kenyataan dan pengalaman sehari-hari. Wato-wato telah menjadi napas terakhir sekaligus martabat dan harga diri orang Buli. Jika pesisir kita sudah rusak, jangan biarkan lagi hutan, tanah dan sungai musnah.”

Kisah Mama Laurina Batawi yang berhasil menyekolahkan dua anaknya hingga ke perguruan tinggi berkat buah nanas khas Buli di bawah kaki Gunung Wato-wato menjadi gambaran betapa pentingnya gunung tersebut dalam kehidupan mereka. Masyarakat Buli merasa bahwa mereka tidak memiliki pilihan lain selain bersatu untuk mendesak Pemerintah Daerah Halmahera Timur untuk membatalkan rekomendasi pengerukan PT Priven. Keberadaan PT Priven di kaki Gunung Wato-wato dipandang sebagai ancaman serius yang tak boleh diabaikan.

“Karena sungai-sungai terbaik yang menghidupi bentangan hutan dan warga Buli sejak ratusan tahun lalu adalah anugerah yang tidak diganti dengan apapun juga. Maka mempertahankan Gunung Wato-wato dari keberadaan PT Priven adalah sebuah kewajiban!” tegas Laurina Batawi.