Gempa Laut Flores, Daryono BMKG: Alarm untuk Kita Semua
Berita Baru, Jakarta – Koordinator Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyebut bahwa gempa magnitudo 7,4 di dekat Larantuka, Nusa Tenggara Timur, disebabkan oleh sesar geser, bukan sesar naik Flores.
“Dengan memperhatikan meksnisme sumber yang berupa sesar geser maka gempa Laut Flores M7,4 ini tidak dipicu Sesar Naik Flores ( Flores Thrust),” kata Daryono dalam akun Twitternya, Selasa (14/12).
Dengan demikian, kejadian gempa itu bukan merupakan perulangan dari gempa di Flores pada 12 Desember 1992 yang diikuti gelombang tsunami yang menewaskan 2.100 jiwa.
Menurut Daryono, Gempa Laut Flores M7,4 yang berpotensi tsunami ini merupakan alarm bahwa sumber gempa sesar aktif yang mampu memicu gempa kuat ternyata masih banyak yang belum teridentifikasi dan terpetakan.
“Ini adalah peta sumber gempa di Jatim, Bali, NTB dan NTT (Pusgen, 2017). Tampak bahwa pusat gempa M7,4 tidak terletak di jalur sesar aktif. Sehingga sumber gempa gempa hari ini belum terpetakan,” terangnya.
Lebih lanjut ia mengungkap beberapa temuannya bahwa tsunami sudah terjadi lebih dari 22 kali sejak tahun 1800an di busur Kepulauan Sunda Kecil (Bali, NTB, NTT).
“Jika kita rata-rata maka setiap 11 tahun terjadi satu kali tsunami di wilayah ini,” ujar Daryono.
Daryono juga menyampaikan bahwa Gempa Laut Flores M7,4 menimbulkan kerusakan di Pulau Selayar, Sulawesi Selatan.
“Hingga siang ini pukul 14.30 WIB BMKG mencatat sebanyak 49 kali gempa susulan (aftershocks) pasca gempa Laut Flores M7,4,” tukasnya.