Komisi Program Muktamar NU Fokus Empat Agenda
Berita Baru, Jakarta – Komisi Program Muktamar Ke-34 Nahdlatul Ulama (NU) fokus membahas empat agenda untuk diperkuat dalam kepengurusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) lima tahun mendatang, diantaranya upaya memperkokoh transformasi pemahaman Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) An-Nahdliyah.
Ketua Komisi Program Muktamar NU, Rumadi Ahmad, menjelaskan penguatan ajaran Aswaja An-Nahdliyah itu akan dilakukan melalui beberapa cara. Lewat penyebarluasan konten-konten digital, kaderisasi, pengajian-pengajian, dan berbagai macam jalur interaksi sosial yang selama ini dimiliki NU.
Menurutnya, melalui pemahaman Aswaja An-Nahdliyah itu, NU juga akan mendorong dalam perdamaian dan tata dunia yang berkeadilan. Menurut dia, berbagai keterlibatan NU pada proses perdamaian internasional yang selama ini sudah dilakukan harus lebih diperkuat lagi.
“(Keterlibatan NU) itu pada dasarnya bentuk kita mentransformasi cara berpikir, bertindak, bukan semata-mata untuk kepentingan NU tetapi juga untuk kepentingan perdamaian dunia dan menciptakan tata dunia yang lebih berkeadilan,” kata Rumadi saat konferensi pers di Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164 Jakarta, Selasa (7/12).
Kedua, Komisi Program Muktamar NU bakal fokus membahas soal agenda pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) di berbagai sektor strategis, yakni bidang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan kaderisasi.
“Nanti akan kita bicarakan bagaimana melakukan penajaman atau penguatan-penguatan lembaga pendidikan di lingkungan NU di bawah LP Ma’arif NU dari PAUD sampai Aliyah/SMA maupun lembaga pendidikan tinggi di bawah LPTNU,” ujarnya.
Rumadi menegaskan, capaian yang saat ini sudah diperoleh dengan membangun 34 perguruan tinggi NU dalam bentuk universitas, politeknik, dan sekolah tinggi akan terus ditingkatkan selama lima tahun masa kepengurusan PBNU mendatang.
Di bidang kesehatan, NU akan berkontribusi dan mendukung soal berbagai hal seperti penanganan stunting, kesehatan ibu dan anak, serta pengurangan angka kematian ibu. Kemudian, kualitas SDM NU di bidang ketenagakerjaan pun akan ditingkatkan.
“Terutama tenaga kerja Indonesia di berbagai negara. Itu akan terus kita konsolidasi. Karena mereka bukan hanya orang yang berkontribusi pada pendapatan negara dan ekonomi rumah tangganya, melainkan sering menjadi sasaran bagi kelompok agama yang tidak selaras dengan NU,” kata Rumadi.
Peningkatan SDM NU juga akan dilakukan penguatan melalui program kaderisasi yang saat ini sudah dimiliki. Di antaranya Madrasah Kader (MK) NU, Pendidikan Kader Penggerak (PKP) NU, dan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PWK) untuk syuriyah di NU.
Ketiga, Muktamar NU melalui komisi program akan membahas agenda pengembangan kemandirian ekonomi. Menurut Rumadi, ke depan NU akan memiliki banyak talenta yang bisa mendorong kemandirian di bidang ekonomi. Pada kepengurusan PBNU lima tahun yang akan datang, NU berencana akan memiliki Badan Usaha Milik Nahdlatul Ulama (BUMNU).
“BUMNU ini semacam NU Corporation, ada holding company dan usaha-usaha tertentu, yang dimiliki NU bukan individu. Kalau sudah punya BUMNU sampai ke tingkat cabang, maka kemandirian NU di bidang ekonomi tidak terlalu sulit. Jadi, kalau misalnya NU mau mengadakan acara dan kegiatan, tidak lagi berpikir bagaimana mencari uang,” jelas Rumadi.
Pembahasan komisi program dalam Muktamar NU yang keempat adalah soal penguatan organisasi, kelembagaan, dan jaringan. Pengelolaan struktur organisasi dari tingkat PB hingga anak ranting akan dilakukan melalui pemanfaatan teknologi.
“Jadi salah satu bentuk transformasi pengelolaan organisasi itu dengan teknologi. Selama ini sudah mulai ada upaya, misalnya ada KARTANU, NU Cash, dan jalur-jalur konvensional seperti Koin NU. Tapi kedepan, pemanfaatan teknologi harus lebih diperkuat, sehingga penguatan organisasi dan kelembagaan benar-benar bisa kita wujudkan,” tukas Rumadi.