BMKG Ungkap Penyebab Banjir Bandang di Batu Malang
Berita Baru, Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa banjir bandang di Kota Batu, Malang, Jawa Timur, terjadi karena cuaca ekstrem, khususnya curah hujan yang meningkat beberapa waktu terakhir.
“Bencana hidrometeorologi di wilayah Alor dan Kota Batu secara umum turut dipicu oleh kondisi cuaca ekstrem,” ujar Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, dalam keterangan resminya, Sabtu (6/11).
Guswanto menjelaskan bahwa pihaknya memang telah memprediksi curah hujan akan semakin meningkat pada November.
Prediksi ini sejalan dengan penguatan La Nina dan Monsun Asia yang disertai berbagai fenomena labilitas atmosfer. Fenomena ini bersifat lebih lokal dan dalam durasi yang lebih singkat.
“Hal tersebut berpotensi makin meningkatnya risiko terjadi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, longsor, banjir bandang dan angin kencang,” kata Guswanto.
Menurut Guswanto, curah hujan di Kota Batu, Malang, pada 4 November lalu masuk dalam kategori sangat lebat dengan intensitas mencapai 80,3 mm. Curah hujan ini terjadi selama dua jam.
“Analisis citra satelit dan radar cuaca menunjukkan ada pertumbuhan awan hujan dengan jenis Cumulonimbus (Cb) yang cukup intens dengan sebaran hujan potensi lebat hingga sangat lebat di wilayah Kota Batu-Malang,” ucap Guswanto.
Menurut Guswanto, Unit Pelaksana Teknis (UPT) BMKG di Jawa Timur telah memberikan peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem ini.
Potensi curah hujan di Jawa Timur telah diprediksi sejak dua hari sebelumnya yang kemudian diperkuat dengan informasi peringatan dini sejak 1 jam- jam sebelum kejadian.
“Koordinasi dan diseminasi kepada pihak stakeholder terkait kebencanaan juga telah dilakukan oleh BMKG setempat,” kata Guswanto.
Guswanto menjelaskan bahwa kondisi cuaca di beberapa wilayah Indonesia beberapa hari terakhir menunjukkan peningkatan intensitas.
Peningkatan ini secara umum dipicu oleh dinamika atmosfer skala global La Nina yang menyebabkan kondisi atmosfer di wilayah Indonesia relatif menjadi lebih basah.
Keadaan tersebut diperkuat dengan aktivitas fenomena gelombang atmosfer, yaitu MJO (Madden Jullian Oscillation), Gelombang Kelvin, Gelombang Rossby, yang saat ini aktif di wilayah Indonesia hingga sepekan ke depan.
“Selain itu, kondisi dinamika atmosfer skala lokal yang tidak stabil dengan potensi konvektifitas yang cukup tinggi turut berkontribusi signifikan pada pembentukan awan hujan yang menjadi faktor pemicu cuaca ekstrem,” tutur Guswanto.
Secara keseluruhan, banjir bandang melanda dua wilayah di Jawa Timur beberapa hari belakangan. Selain faktor cuaca, banjir bandang juga dipicu luapan sungai Susuh, Kabupaten Malang, dan Sungai Brantas di Kota Batu.
Banjir bandang di Jatim menewaskan total 8 korban jiwa, yaitu 6 orang berasal dari Kota Batu, dan 2 orang berasal dari Kabupaten Malang.
BPBD Kabupaten Malang menyampaikan bahwa selain dua korban jiwa, terdapat kerusakan pada empat desa di tiga wilayah kecamatan yaitu Desa Tegalgondo di Kecamatan Karangploso, Desa Sidomulyo di Kecamatan Batu, serta Desa Tawangargo, dan Desa Giripurno di Kecamatan Bumiaji.
Kerugian materiil yang tercatat sejauh ini meliputi 17 unit rumah rusak, 28 sepeda motor rusak, tiga unit mobil rusak, delapan ekor hewan ternak hanyut terseret arus sungai, dan enam kandang hewan ternak rusak berat.