LSI Rilis Temuan Baru, Praktik Korupsi di Indonesia Dinilai Meningkat
Beritabaru, Jakarta – Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengeluarkan rilis survei terbarunya tentang Pilkada dan Politik Uang di masa Pandemi Covid-19 secara daring melalui Zoom Meeting dengan konsep Webinar, Minggu (10/1).
Ada banyak temuan yang diulas dalam rilis ini. Salah satunya, seperti disampaikan oleh Djayadi Hanan (Direktur Eksekutif LSI), adalah meningkatnya praktik korupsi di Indonesia dalam dua tahun terakhir.
Dalam acara yang dihadiri oleh Djohermansyah Djohan (Profesor di Institut Pemerintahan Dalam Negeri), Titi Anggraini (Dewan Pembina Perludem), dan Burhanuddin Muhtadi (Penulis buku Kuasa Uang) ini dipaparkan juga tentang pandangan masyarakat yang negatif terhadap suap dan gratifikasi.
Mayoritas 66.2% melihat bahwa suap dan gratifikasi, termasuk uang politik, adalah tindakan yang tidak seharusnya dilakukan. Adapun sekitar 29.3% memiliki penilaian sebaliknya.
Meski demikian, menurut Djayadi, yang menjadi headline dalam rilis tersebut berkisar antara partisipasi masyarakat dalam Pilkada serentak kemarin (9/12/2020) dan praktik money politic.
Berdasar hasil survei, apa yang dikhawatirkan sebelumnya tidak terjadi. Pandemi tidak membuat partisipasi publik terhadap Pilkada menurun. Begitu juga dengan politik uang yang rupanya juga tidak mengalami peningkatan.
Sebelum dilakukannya survei pada 11-14 Desember 2020, sebagaimana disinggung oleh Riska Halida dari LSI yang juga merangkap sebagai moderator dalam Webinar, banyak yang menilai bahwa Pilkada yang dilakukan di tengah pandemi bisa berdampak pada rendahnya partisipasi publik karena masih terbayang-bayang covid-19 dan meningkatnya politik uang lantaran di masa pandemi banyak kluster pengangguran lahir.
Di lain sisi, lanjut Riska, itu juga bisa berakibat pada penyalahgunaan dana Bantuan Sosial (Bansos) untuk biaya kampanye lingkaran tertentu, terutama petahana.