Bangun Front Anti-Iran, Pompeo Yakinkan Netanyahu Israel Akan Dapat Keuntungan Militer
Berita Baru, Internasional – Pada hari Senin (24/8), Amerika Serikat (AS) akan memastikan Israel mendapat keuntungan militer di Timur Tengah dengan Uni Emirat Arab di bawah kesepakatan senjata AS di masa depan.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu selama konferensi pers setelah pertemuan di Yerusalem.
“Amerika Serikat memiliki persyaratan hukum sehubungan dengan keunggulan militer kualitatif. Kami akan terus menghormati itu,” kata Pompeo kepada wartawan setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dilansir dari Reuters.
Netanyahu mengatakan dia telah merasa diyakinkan oleh Pompeo tentang masalah ini.
Pompeo memulai kunjungannya ke Timur Tengah di Yerusalem, di mana ia akan menunjukkan dukungan AS untuk upaya perdamaian Israel-Arab dan membangun front melawan Iran. Front ini juga akan mencakup Sudan, UEA dan Bahrain.
Pada tanggal 13 Agustus Israel dan UEA melakukan kesepakatan untuk normalisasi hubungan antara Israel dan UEA. Kesepakatan itu di tengahi oleh AS.
Kesepakatan itu kemudian menimbulkan perbedaan pendapat di Israel mengenai prospek kekuatan Teluk yang sekarang memperoleh persenjataan AS canggih seperti pesawat tempur F-35.
Sementara itu, penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner mengatakan pada CNN hari Sabtu (22/8) bahwa UEA telah mencoba untuk mendapatkan F-35 sejak lama.
“Perjanjian perdamaian baru ini seharusnya meningkatkan kemungkinan mereka mendapatkannya. Tapi itu sesuatu yang sedang kami ulas,” katanya.
Pompeo mengatakan Washington telah memberi UEA dukungan militer selama lebih dari 20 tahun, langkah-langkah yang dia gambarkan sesuai kebutuhan untuk mencegah ancaman bersama dari Iran – yang juga musuh bebuyutan Israel.
“Kami sangat berkomitmen untuk melakukan itu, untuk mencapainya dan kami akan melakukannya dengan cara yang menjaga komitmen kami kepada Israel dan saya yakin tujuan itu akan tercapai,” kata Pompeo.
Pada tanggal 14 Agustus, AS dipermalukan dengan penolakan Dewan Keamanan PBB terkait seruan untuk memperpanjang embargo senjata Iran dengan hanya mendapat satu dukungan.
Bereaksi cepat, pada 20 Agustus, AS melayangkan surat resmi untuk mengupayakan mekanisme snapback sanksi PBB. Namun, AS kembali dipermalukan kembali karena AS dianggap tidak berhak melakukan itu setelah tahun 2018 AS menarik diri secara sepihak dari JCPOA.
Pada gilirannya, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyindir AS dengan video yang menunjukkan alasan kenapa AS tidak berhak melakukan snapback.
Namun, Pompeo tetap bersikukuh untuk melakukan snapback karena ia mengklaim Iran telah melanggar perjanjian nuklir 2015 dengan memperbanyak uranium dan tenaga nuklir.
“Kami bertekad untuk menggunakan setiap alat yang kami miliki untuk memastikan bahwa mereka [Iran] tidak bisa mendapatkan akses ke sistem senjata kelas atas,” kata Pompeo.
“Kami pikir itu demi kepentingan terbaik seluruh dunia,” imbuhnya.
Palestina memperingatkan Washington agar tidak mencoba mengesampingkan mereka dalam dorongan diplomatik Timur Tengah.
“Merekrut orang Arab untuk mengakui Israel dan membuka kedutaan besar tidak membuat Israel menjadi pemenang,” kata juru runding Palestina Saeb Erekat dalam wawancara dengan Reuters.
“Anda menempatkan seluruh wilayah dalam situasi sama-sama rugi karena Anda merancang jalan untuk konflik yang selamanya di wilayah tersebut,” imbuh Saeb.