Pundit Belanda: Harusnya Alex Pastoor yang Menjadi Pelatih, Bukan Patrick Kluivert
Beritabaru.co – Pundit sepak bola asal Belanda, Marciano Vink, menyampaikan kritik terkait keputusan PSSI menunjuk Patrick Kluivert sebagai pelatih Timnas Indonesia. Menurut Vink, Alex Pastoor adalah sosok yang lebih logis untuk mengisi posisi tersebut.
“Anda akan mengharapkan sebaliknya, bukan? Pastoor sebagai pelatih kepala dan kemudian Landzaat dan Kluivert sebagai asistennya,” ujar Vink kepada ESPN Voetbalpraat.
Penunjukan Kluivert menggantikan Shin Tae-yong diumumkan oleh PSSI dengan durasi kontrak dua tahun. Dalam perannya, Kluivert juga membawa Alex Pastoor dan Denny Landzaat sebagai asisten pelatih.
Alex Pastoor Dinilai Lebih Berpengalaman
Menurut Marciano Vink, Alex Pastoor memiliki pengalaman yang jauh lebih banyak dalam melatih dibandingkan Kluivert. Pastoor sudah aktif melatih sejak 2009, termasuk sukses membawa Sparta Rotterdam menjadi juara Eerste Divisie (divisi dua Liga Belanda) pada 2015 dan Almere City promosi ke Eredivisie pada 2023.
“Kluivert memiliki banyak peran berbeda dalam sepak bola, tetapi yang terakhir adalah dia bermain sangat baik dengan Adana Demirspor. Dia memainkan sepak bola menyerang dengan sangat bagus, setelah itu ia tiba-tiba dipecat,” lanjut Vink.
Keraguan terhadap Rekam Jejak Patrick Kluivert
CV melatih Patrick Kluivert menjadi salah satu alasan skeptisisme banyak pihak, termasuk fans Timnas Indonesia. Sebelum ditunjuk PSSI, Kluivert hanya pernah melatih Timnas Curacao (2015-2016) dan Adana Demirspor (2023). Selebihnya, ia lebih sering menjabat sebagai asisten pelatih, termasuk bersama Timnas Belanda di Piala Dunia 2014.
Meski demikian, Kluivert tetap mendapatkan dukungan penuh dari PSSI untuk membawa Timnas Indonesia ke level yang lebih tinggi.
Penunjukan Patrick Kluivert diharapkan dapat memberikan identitas permainan baru bagi Garuda. PSSI meminta dukungan penuh dari suporter Indonesia agar Kluivert dapat menjalankan visinya dengan baik.
Namun, kritik seperti yang disampaikan Marciano Vink memperlihatkan adanya tantangan besar bagi Kluivert. Apakah ia mampu menjawab ekspektasi tinggi masyarakat Indonesia? Hanya waktu yang akan menjawab.