Rusia Desak Investigasi Transparan Terkait Ledakan Nord Stream di Sidang Dewan Keamanan PBB
Berita Baru, New York City – Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (4/10/2024) menggelar pertemuan untuk membahas sabotase jalur pipa gas Nord Stream, yang bertepatan dengan peringatan dua tahun serangan terhadap jalur pipa gas tersebut di Laut Baltik, atas permintaan dari pihak Rusia.
Dikutip dari Xinhua News pada Sabtu (5/10/2024), Vassily Nebenzia, perwakilan Rusia untuk PBB, sangat menyesalkan kurangnya keputusan kolektif atau pernyataan dewan mengenai masalah tersebut, dan mengecam “manuver licik untuk menghalangi kerja Dewan Keamanan” oleh para koleganya di Barat, serta mengatakan Rusia tidak akan gentar dalam mengungkap kebenaran, memastikan siapa yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut dan menghukum mereka.
Nebenzia menyatakan kekecewaannya terhadap investigasi nasional yang dilakukan oleh Denmark dan Swedia. “Satu-satunya kesimpulan yang diambil, setelah 18 bulan bekerja, adalah bahwa jalur pipa gas Nord Stream memang sengaja dihancurkan menggunakan alat peledak. Namun, tampaknya tidak mungkin melanjutkan proses pidana dalam yurisdiksi Denmark dan Swedia,” tuturnya.
Investigasi yang sedang dilakukan oleh otoritas Jerman tidak jauh berbeda dengan investigasi yang dilakukan oleh Denmark dan Swedia dan dilakukan dengan “cara yang sama sekali tidak transparan,” ungkapnya. Nebenzia pun menambahkan bahwa kegagalan otoritas Jerman dalam memberikan informasi hingga saat ini, bahkan hasil sementara, menimbulkan keraguan dan membuat media berspekulasi, yang harus diimbangi dengan fakta-fakta.
Nebenzia menuturkan bahwa permintaan bantuan hukum dari Moskow, sebagai pihak yang terdampak, yang dikirimkan ke ketiga negara tersebut diabaikan begitu saja, dan segala upaya Rusia untuk mencapai kesepakatan dewan yang meminta Jerman untuk membuat penyelidikan tersebut transparan dan mempercepat investigasinya “selalu dihalangi oleh Amerika Serikat (AS) dan para sekutunya.”
Delegasi Mozambik juga mengkritik investigasi nasional tersebut, dengan mengatakan bahwa ada “spekulasi internasional bahwa investigasi itu sengaja ditunda karena potensi dampak diplomatik dan risiko eskalasi apabila identitas pelaku terungkap.” Dia menyerukan investigasi yang transparan dan konklusif. Perwakilan Prancis mengatakan bahwa karakterisasi oleh pihak Rusia atas ledakan tersebut sebagai serangan teroris memerlukan penetapan fakta.
Sementara itu, delegasi AS membantah tuduhan Rusia bahwa Washington terlibat dalam ledakan tersebut, dengan mengatakan, “Tidak ada sedikit pun bukti keterlibatan AS dan tidak akan pernah ada karena AS tidak terlibat.” Seraya mengecam serangan terhadap infrastruktur sipil dan infrastruktur energi yang penting di mana pun, perwakilan Malta menyuarakan dukungan untuk semua investigasi nasional atas insiden tersebut.
Antara 26 dan 29 September 2022, empat kebocoran terdeteksi di jalur pipa gas alam lepas pantai Nord Stream, dekat pulau Bornholm di Denmark, yang membentang dari Rusia hingga Jerman melalui Laut Baltik. Usai insiden tersebut, otoritas Denmark, Jerman, dan Swedia meluncurkan investigasi terpisah terkait kebocoran tersebut.
Pada Februari, otoritas Denmark dan Swedia memberitahu Dewan Keamanan PBB bahwa mereka telah menghentikan investigasi masing-masing, dengan alasan tidak ada cukup bukti untuk melanjutkan ke tahap kasus pidana.