Setahun Tragedi Rempang: Warga Gelar Tabur Bunga dan Orasi Budaya
Berita Baru, Jakarta – Warga Pulau Rempang memperingati setahun tragedi bentrokan dengan aparat gabungan yang terjadi pada 7 September 2023 dengan rangkaian kegiatan tabur bunga, orasi, dan atraksi budaya. Acara berlangsung di lokasi bentrok di Kampung Tanjungkertang, dengan prosesi tabur bunga dimulai pukul 15.00 WIB di Jembatan 4 Barelang.
Dalam siaran pers Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) pada Selasa (10/9/2024) dijelaskan sebelumnya, warga melakukan pawai yang dimulai dari Simpang Dapur Enam hingga tiba di Tanjungkertang, tempat tabur bunga digelar. Ibu-ibu yang hadir turun dari kendaraan membawa bunga dan menaburkannya di sepanjang jalan.
Pada tragedi tahun lalu, aparat gabungan menghujani warga dengan semprotan air, gas air mata, dan peluru karet, yang menyebabkan anak-anak, perempuan, dan lansia terluka. Beberapa korban harus dilarikan ke rumah sakit karena sesak napas dan luka fisik.
Setelah tabur bunga, warga duduk melingkar dan memanjatkan doa, berharap perjuangan mempertahankan kampung dapat berbuah hasil yang berpihak pada masyarakat. “Di sinilah kami mengingat setahun yang lalu, sakitnya hati kami atas perlakuan aparat,” ujar Miswadi, warga Pulau Rempang yang ikut dalam kegiatan tersebut. “Kami sudah satu tahun berjuang, dan kami akan terus berjuang,” tegasnya.
Kegiatan berlanjut di Lapangan Sepakbola Kampung Sembulang, di mana warga menggelar Salat Hajat usai menunaikan Salat Maghrib berjamaah. Mereka berdoa memohon kekuatan untuk mempertahankan kampung-kampung di Pulau Rempang serta mengirimkan doa untuk para leluhur yang lebih dulu menjaga ruang hidup di pulau tersebut.
Acara dilanjutkan dengan orasi yang dipimpin oleh salah satu warga. Dengan semangat yang berkobar, masyarakat Rempang bersama-sama membacakan Sumpah Rakyat Rempang Galang yang berisi penolakan terhadap relokasi dan seruan keadilan.
Isi sumpah itu berbunyi: “Kami rakyat Rempang Galang bersumpah, bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan, berbangsa satu, bangsa yang gandrung akan keadilan, berbahasa satu, bahasa tolak relokasi.”
Suara warga menggema dengan tegas saat melafalkan sumpah tersebut, memperlihatkan tekad mereka untuk melawan ancaman relokasi.
Malam harinya, cuplikan video bentrokan 7 September 2023 diputar. Warga menonton dengan penuh emosi, mengenang ketegangan saat mereka berusaha bertahan di tengah kekerasan aparat. Dalam sesi mimbar bebas, Siti Hawa (71) menyampaikan pesan agar warga tetap kompak. “Nenek terus berjuang. Karena banyak yang berjuang bersama kita,” ucapnya.
Gerisman Ahmad (64), tokoh masyarakat Rempang, turut menyuarakan perlawanan terhadap relokasi. Menurutnya, menjaga kampung adalah bentuk kewarasan dan hak warga atas tanah warisan leluhur mereka. “Tidak ada marwah Melayu kalau kampungnya hilang. Tidak ada itu sarjana, magister kalau kampungnya hilang, itu bodoh semua,” ujar Gerisman, memperingatkan bahwa hilangnya kampung berarti hilangnya identitas Melayu.
Tim Advokasi Solidaritas Nasional untuk Rempang memberikan apresiasi atas keteguhan warga dalam mempertahankan tanah mereka. Andri Alatas, Direktur YLBHI-LBH Pekanbaru yang tergabung dalam tim advokasi, menyatakan dukungannya. “Masyarakat tidak sendiri. Kita akan berjuang bersama untuk menggapai keadilan,” tegas Andri.
Ahlul Fadli, Manajer Kampanye Walhi Riau, menambahkan bahwa perjuangan warga telah berhasil menahan kepentingan pemerintah dan investor PSN Rempang Eco City. Menurutnya, para pemimpin seharusnya mendahulukan kepentingan rakyat sesuai ajaran budaya Melayu.