Banjir Dahsyat Pakistan, Menlu Pakistan: Butuh Bantuan Komunitas Internasional
Berita Baru, Islamabad – Banjir dahsyat Pakistan yang dipicu oleh hujan lebat mempengaruhi lebih dari 30 juta orang dan menewaskan lebih dari 1.000 nyawa serta banyak lahan yang menjadi sumber mata pencaharian warga telah musnah.
“Saya belum pernah melihat kehancuran dalam skala ini, saya merasa sangat sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata … itu luar biasa,” kata Menteri Luar Negeri Pakistan Bilawal Bhutto-Zardari dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Senin (29/8).
Bhutto-Zardari juga mengatakan bahwa untuk memulihkan keadaan, dibutuhkan bantuan keuangan dan bantuan komunitas internasional.
“Jelas ini akan berpengaruh pada situasi ekonomi secara keseluruhan,” imbuh putra mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto terbunuh pada tahun 2007.
Sebelum dihantam banjir dahsyat, negara Asia Selatan itu sudah berada dalam krisis ekonomi, menghadapi inflasi yang tinggi, mata uang yang terdepresiasi dan defisit transaksi berjalan.
Dewan IMF akan memutuskan minggu ini apakah akan mengeluarkan $1,2 miliar sebagai bagian dari program bailout Pakistan tahap ketujuh dan kedelapan, yang masuk pada 2019.
Bhutto-Zardari mengatakan dewan diperkirakan akan menyetujui pembebasan tersebut mengingat kesepakatan antara pejabat Pakistan dan staf IMF telah dicapai dan dia berharap dalam beberapa bulan mendatang IMF akan mengenali dampak banjir.
“Ke depan, saya berharap tidak hanya IMF, tetapi komunitas internasional dan badan-badan internasional untuk benar-benar memahami tingkat kehancuran,” imbuhnya.
Bhutto-Zardari juga menjelaskan dampak ekonomi dari banjir Pakistan masih dinilai, tetapi beberapa perkiraan memperkirakan mencapai $4 miliar.
Mengingat dampaknya terhadap infrastruktur dan mata pencaharian masyarakat, ia memperkirakan jumlah totalnya akan jauh lebih tinggi.
Bank Sentral Pakistan telah menandai rekor curah hujan monsun sebagai ancaman terhadap hasil ekonomi mengingat dampaknya terhadap pertanian.
Pakistan minggu ini akan meluncurkan seruan yang meminta negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk berkontribusi pada upaya bantuan, kata Bhutto-Zardari, dan negara itu perlu melihat bagaimana ia akan menangani dampak jangka panjang dari perubahan iklim.
“Pada tahap berikutnya, ketika kita melihat ke arah rehabilitasi dan rekonstruksi, kita akan melakukan pembicaraan tidak hanya dengan IMF, tetapi dengan Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia,” kata Bhutto-Zardari.