Kronologi Perjalanan Hidup Penulis Kontroversial Salman Rushdie
Berita Baru – Penulis kontroversial Salman Rushdie mempunyai jalan panjang sebelum akhirnya ia kini dirawat di rumah sakit setelah insiden penikaman dirinya pada Jumat (12/8) kemarin.
Karya kontroversialnya, The Satanic Verses, tidak hanya mendapat kecaman dan dilarang terbit di beberapa negara, termasuk tempat lahirnya di India, tapi juga membuat dirinya mendapat ‘bounty’ sekitar $3 juta dari pemimpin besar Iran, Ayatollah Khomeini.
Setelah itu, ia terpaksa untuk bersembunyi di Amerika Serikat dan setelah 20 tahun tinggal di AS, pada tahun 2016 ia resmi berkewarganegaraan AS.
Dikutip dari Al Jazeera, berikut adalah timeline jalan panjang kehidupan Salman Rushdie:
19 Juni 1947: Salman Rushdie lahir di Bombay, sekarang Mumbai, India.
1981: Novel keduanya, Midnight’s Children, memenangkan Booker Prize, sebuah penghargaan prestisius di dunia penulis Inggris.
1988: The Satanic Verses dirilis, namun buku itu dilarang terbit di beberapa negara, termasuk Bangladesh, Pakistan, Afrika Selatan dan negara-negara lain. India juga melarang impor buku itu.
1989: Iran mengeluarkan “fatwa” yang menyerukan agar Salman Rushdie dibunuh karena menghina Islam di dalam buku The Satanic Verses.
Sejak muncul fatwa itu, ia bersembunyi selama lebih dari satu dekade, berpindah-pindah antara rumah aman dan hidup dengan nama samaran Joseph Anton.
1990: Newsweek menerbitkan sebuah esai oleh Rushdie, In Good Faith, di mana ia berusaha untuk mempertahankan novel tersebut.
1993: Dia berpartisipasi dalam pendirian International Parliament of Writers yang bertujuan melindungi penulis dan kebebasan berbicara. Namun, organisasi itu dibubarkan pada tahun 2003.
1995: Setelah enam tahun di bawah perlindungan polisi dan tinggal di rumah persembunyian, Salman Rushdie muncul di London dalam penampilan publik pertamanya yang diumumkan sebelumnya sejak ‘fatwa’ itu dikeluarkan.
1999: Salman Rushdie diberi visa pemerintah India dan membolehkannya kembali ke tanah kelahirannya, namun keputusan ini memicu protes umat Islam di India.
2005: Buku Shalimar the Clown terbit. Buku itu banyak menceritakan mengenai daerah lembah di Pegunungan Himalaya, Kashmisr, India.
2007: Dia dianugerahi gelar kebangsawanan oleh Ratu Elizabeth II atas jasanya di bidang sastra, yang memicu protes luas di kalangan Muslim, terutama di Pakistan.
2008: Novel Midnight’s Children dinobatkan sebagai “Booker of Bookers”, sebuah penghargaan yang sangat prestesius, dan menjadikan buku itu sebagai novel pemenang Booker terbaik dalam 40 tahun.
2009: Iran mengatakan ‘bounty’ untuk Salman Rushdie “masih valid”.
Januari 2012: Rushdie membatalkan rencana menghadiri festival sastra di Jaipur, India, setelah protes dari beberapa kelompok Muslim India.
2012: Rushdie menerbitkan buku Joseph Anton, sebuah memoar yang menceritakan kisah kehidupannya bertahun-tahun hidup dalam persembunyiannya.
2014: Rushdie memenangkan Penghargaan PEN tahunan atas dukungannya terhadap kebebasan berbicara dan apa yang disebut juri sebagai bantuannya yang murah hati kepada penulis lain.
2015: Buku Two Years, Eight Months and Twenty-Eight Nights terbit.
Oktober 2015: Gesekan Salman Rushdie dan Iran terjadi saat Pameran Buku Frankfurt. Di satu sisi, Salman Rushdie memperingatkan bahaya baru terhadap kebebasan berbicara. Di sisi lain, Kementerian Kebudayaan Iran membatalkan keikutsertaannya di pameran tersebut karena Salman Rushdie.
2016: Salman Rushdie menjadi warga negara AS setelah sekitar 20 tahun tinggal di New York.
2020: Salman Rushdie kembali mendapatkan penghargaan Booker Prize dalam karya terbarunya, Quichotte. Buku Quichotte bisa dikatakan seperti versi modern dari cerita epik asal Spanyol, Don Quixote karya Miguel de Cervantes.
2022: Salman Rushdie mendapat gelar bangsawan dan menjadi Companion of Honor dalam penghargaan ulang tahun tahunan Ratu Inggris.
Agustus 2022: Rushdie diserang di atas panggung di sebuah acara sastra di Chautauqua, negara bagian New York barat, dan diterbangkan dengan helikopter ke rumah sakit setempat untuk perawatan.