Tumbilotohe di Bolaang Mongondow Selatan
Berita Baru, Bolsel – Tradisi Tumbilotohe atau pasang lampu yang kerap dilaksanakan pada malam 27 hingga 29 Ramadan ini terus dilestarikan oleh masyarakat muslim di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) Provinsi Sulawesi Utara.
Tumbilotohe berasal dari bahasa Gorontalo: “Tumbilo” memiliki arti pasang, sedangkan “Tohe” ialah lampu. Untuk alat dasarnya yakni botol bekas M150 maupun sejenisnya yang dipasangi sumbu, dan kemudian diisi bahan bakar seperti minyak tanah atau solar.
Di Kabupaten Bolsel sendiri sebagaimana biasanya, tradisi turun-temurun ini telah menjadi ajang perlombaan oleh setiap desa yang dinilai langsung pemerintah daerah. Namun karena pandemi dua tahun terakhir ditangguhkan, kemudian nanti pada Ramadan tahun 2022 ini perlombaan Tumbilotohe kembali digelar.
Salah satu desa yang memeriahkan Tumbilotohe tahun ini adalah Desa Tabilaa Kecamatan Bolaang Uki yang dipusatkan di lapangan sepak bola. Terdapat sekitar 2000 lampu botol yang digantung di atas tiang-tiang kayu setinggi satu meter. Berjejer dengan rapi.
Meski telah dikombinasi dengan warna-warni lampu listrik, tim panitia dari unsur pemerintah daerah menegaskan yang menjadi kriteria inti penilaian adalah lampu tradisional atau lampu botol.
“Jadi indikator penilaian yang pertama adalah kreativitas, kemudian sisi keindahannya dan keserasiannya. Setelah itu bahan yang digunakan untuk Tumbilotohe,” ujar Kepala Bagian (Kabag) Kesejahteraan Masyarakat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bolsel, Raston Mooduto, Kamis (28/04).
Raston menyampaikan hal itu di sela-sela menilai langsung Tumbilotohe di Desa Tabilaa. “Ukuran kita adalah lampu tradisional, atau lampu botol. Jadi kalau yang lampu listrik tidak masuk dalam kriteria penilaian kami.”
Dia menyebut, pemberitahuan ihwal Tumbilotohe di Kabupaten Bolsel akan dilombakan di setiap desa tersebut sudah diinformasikan melalui para camat sejak dua minggu yang lalu. Termasuk, katanya, adalah beberapa indikator penilaian yang ditekankan.
“Kami yakin setiap desa sudah tahu, sebab dari jauh-jauh hari terkait dengan perlombaan Tumbilotohe ini diinformasikan,” kata Raston dan menambahkan proses penilaian hanya dilaksanakan pada malam perdana Tumbilotohe.
Di tempat yang sama, Sangadi Desa Tabilaa, Ridwan Moha, memberikan apresiasi kepada pemerintah daerah yang melombakan Tumbilotohe, meskipun sebenarnya ini adalah tradisi yang sejak dahulu dilangsungkan.
Dia pun berterima kasih kepada seluruh masyarakat Tabilaa yang telah berpartisipasi sehingga Tumbilotohe tahun ini berjalan dengan maksimal, terlebih kepada pengurus karang taruna yang sedari awal menyiapkan segala kebutuhan dan kelengkapan pelaksanaan Tumbilotohe.