Uni Eropa Larang Kapal Berbendera Rusia Memasuki Pelabuhannya
Berita Baru, Internasional – Awal bulan ini, Uni Eropa menampar Rusia dengan paket sanksi kelima, di antaranya larangan kapal berbendera Rusia memasuki pelabuhan Uni Eropa.
Akibatnya, kapal komersial milik Rusia yang terperangkap di pelabuhan Prancis berisi kendaraan, bahan kimia, dan kargo lainnya telah menjadi gangguan besar bagi pihak berwenang setempat, mengacaukan lalu lintas kapal dan menelan biaya ribuan euro untuk memindahkannya, France 2 TV melaporkan.
Kapal sepanjang 141 meter itu sangat besar sehingga hampir tidak mungkin dapat berlabuh ke dermaga pelabuhan wilayah Brittany. Hal itu memaksa para pekerja untuk mengupayakan pemindahannya agar dapat memberi ruang bagi kapal lain.
Seperti dilansir dari Sputnik News, hampir 50.000 euro telah dihabiskan untuk menggerakkan kapal tersebut dan Brittany dengan terpaksa mengambil tab dan meminta bantuan dari Paris.
Adapun kru Vladimir Latyshev, mereka telah terjebak di kapal selama sekitar 50 hari, dan sepenuhnya bergantung pada majikan mereka untuk makan, karena kartu bank mereka telah diblokir di Prancis.
Wakil ketua dewan regional Brittany, Staphane Perrin, mengatakan kepada France 2 bahwa semakin lama kapal tertahan di pelabuhan, semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk bergerak. “Meski sepertinya ini hanya pergerakan kecil, untuk melewatinya mereka menghabiskan banyak uang setiap saat”, keluh pejabat itu.
Pemilik kapal Rusia telah memulai beberapa tuntutan hukum terhadap pihak berwenang Prancis atas penahanan kapal mereka, dengan satu kapal – Pola Ariake, kapal curah milik Rusia tetapi berbendera Panama, dibebaskan dari penahanan di pelabuhan Lorient akhir bulan lalu setelah hakim memutuskan bahwa tidak ada sanksi yang benar-benar berlaku untuk kapal handysize.
Sebagian besar kapal Rusia masih terjebak di pelabuhan lain, termasuk Marseille dan Boulogne-sur-Mer.
Pemerintah Eropa mulai menahan kapal milik Rusia atau yang berbendera Rusia, termasuk kapal komersial dan kargo serta kapal pesiar super milik taipan, pada akhir Februari. Hal tersebut merupakan rangkaian sanksi dari Paris dan sekutunya setelah keputusan Moskow untuk mengakui kedaulatan republik Donbass pada 21 Februari, dan operasi militer di Ukraina pada 24 Februari.
Sementara sanksi yang dijatuhkan kian bertubi-tubi, pabrikan Eropa yang bergantung pada penjualan mesin, kendaraan, dan barang bernilai tinggi lainnya ke Rusia menyatakan keprihatinan serius atas penurunan kerja sama ekonomi, dengan alasan hilangnya keuntungan karena hilangnya pasar. Kerugian ini datang di atas kenaikan inflasi, harga makanan dan bahan bakar di dalam negeri berkat minyak dan gas yang lebih mahal karena AS dan sekutunya mencari alternatif untuk sumber energi Rusia yang dapat diandalkan dan harga bersaing.