Peringati Hari Jadi ke-664, Masyarakat Desa Bedanten Gresik Adakan Sedekah Bumi
Berita Baru, Gresik – Masyarakat Desa Bedanten, Kecamatan Bungah menyelenggarakan serangkaian kegiatan dalam rangka hari jadi desa ke-664 sekaligus memperingati haul akbar Sayyid Khusaini. Kegiatan ini digelar dalam rangka menjaga tradisi dan budaya serta adat di tengah perkembangan zaman.
Masyarakat yang hadir tampak memadati lokasi acara yang berlangsung di area makam Sayyid Khusaini tepatnya di belakang Balai Desa Bedanten pada Kamis (3/3) malam.
Acara semakin terasa istimewa dengan kehadiran sejumlah pejabat, seniman, kiai, hingga tokoh masyarakat yang membaur bersama warga, diantaranya seniman asal Singosari Kabupaten Malang, Ki Ardi Purbo Antono, perwakilan pengurus Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) Ajengan Didin Zainudin, Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid, Anggota DPRD Gresik Noto Utomo.
Ketua Paguyuban Pelestari Makam Tua Desa Bedanten, Miftah mengatakan, tradisi memperingati hari jadi desa dan haul Sayyid Khusaini telah dilaksanakan oleh masyarakat Desa Bedanten selama bertahun-tahun.
“Sudah bertahun-tahun masyarakat Desa Bedanten melaksanakan tradisi memperingati hari jadi desa dan haul Sayyid Khusaini , tetapi dulu istilahnya barikan, sebelum akhirnya diisi dengan istighosah dan tahlilan mulai sekitar tahun 2003,” terang Miftah.
Konon berdasarkan beberapa cerita sejarah turun temurun, Desa Bedanten pada zaman era kerajaan Hayam Wuruk sekitar abad 13 terdapat sebuah dermaga bernama Padanten, sebagian menyebutnya Madanten.
Singkat cerita, beberapa warga meyakini usia Desa Bedanten lebih tua daripada Kabupaten Gresik dengan selisih 129 tahun, dimana Kabupaten Gresik pada 9 Maret 2022 mendatang tepat di usia 535 tahun.
“Tetapi mungkin itu hanya soal hitungan, bisa jadi beda mulai kapan tahun perhitungannya, yang jelas Desa Bedanten yang telah berusia 664 itu dibuktikan dengan adanya Prasasti Canggu, dan disitu tertera tambangan, artinya itu menjadi petunjuk bahwa pada era Hayam Wuruk dulu di Desa Bedanten ada dermaga,” beber Miftah lagi.
Lebih lanjut, Miftah berharap tradisi ini dapat terus dilestarikan oleh masyarakat secara turun temurun agar tidak tergerus arus perkembangan zaman. Sehingga kehidupan yang guyup rukun dan menghormati warisan leluhur tetap terjaga.
“Tugas kita mewariskan adat istiadat dan budaya baik ini kepada generasi yang lebih muda, generasi milenial,” tutupnya.