Joe Biden: Rusia Akan Membayar Harga Mahal dan Berkelanjutan
Berita Baru, Washington – Seminggu pasca invasi Rusia ke Ukraina, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan Rusia akan membayar mahal dan berkelanjutan dan jangka panjang.
“Meskipun dia mungkin mendapat keuntungan di medan perang, dia akan membayar harga tinggi yang berkelanjutan dalam jangka panjang,” katanya dalam pidato kenegaraan di hadapan para anggota parlemen pada Rabu (2/3).
Sebelumnya, AS bersama Barat dan beberapa negara telah memberikan sanksi ekonomi pada Rusia, tidak hanya pada bank-bank tapi juga para politikus dan konglomerat yang dekat dengan Rusia.
“Dia tidak tahu apa yang akan terjadi,” imbuh Biden dengan tanpa menjelaskan lebih lanjut, sebagaimana dikutip dari Reuters.
Biden rencananya akan meningkatkan sanksi terhadap Rusia, bergabung dengan Uni Eropa dan Kanada dalam melarang pesawat Rusia dari wilayah udara AS.
Departemen Kehakiman AS juga akan berusaha merebut kapal pesiar, apartemen mewah, dan jet pribadi milik orang kaya Rusia yang memiliki hubungan dengan Putin, kata Biden.
Invasi Rusia di kota-kota Ukraina hingga hari ketujuh ini masih terus berlanjut. Rusia mengklaim telah merebut Kherson, Ukraina Selatan setelah sebelumnya mengklaim telah menguasai beberapa kota lainnya.
Video serangan rudal Rusia yang beredar di media sosial memperlihatkan kota-kota di Ukraina luluh lantak. Bangunan-bangunan hancur, termasuk di Kiev, ibu kota Ukraina, dan di Kharkiv, kota terbesar kedua Ukraina.
Lebih dari setengah juta penduduk Ukraina telah melarikan diri dari pertempuran sejak Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi besar-besaran.
Namun, Rusia juga mendapat perlawanan sengit dari pasukan militer dan warga sipil Ukraina. Konvoi militer Rusia yang akan menuju ibu kota Kiev berjalan lambat.
Dalam pidato video pada hari Rabu (2/3), Zelenskiy mengatakan hampir 6.000 orang Rusia telah tewas selama enam hari invasi Rusia.
Zelenskiy juga menegaskan bahwa Rusia tidak akan dapat mengambil Ukraina dengan bom dan serangan udara.
Pasukan Rusia telah menguasai Kherson, sebuah kota berpenduduk hampir seperempat juta orang di utara Krimea, semenanjung yang dianeksasi oleh Rusia pada 2014, kata seorang juru bicara kementerian pertahanan Rusia.
Berlokasi strategis di sungai Dniepr, ibu kota provinsi Kherson adalah kota terbesar yang jatuh ke tangan pasukan Rusia sejauh ini.
Kota tenggara Mariupol berada di bawah pengeboman hebat sejak Selasa malam dan tidak dapat mengevakuasi korban luka, menurut walikotanya.
Seorang pejabat senior pertahanan AS mengatakan pada hari Selasa (1/3) bahwa kemajuan pasukan penyerang di Kyiv telah terhenti karena masalah logistik, termasuk kekurangan makanan dan bahan bakar, dan beberapa unit tampaknya memiliki moral yang rendah.