Jadi Waketum PSSI, Zainudin Amali Undur Diri dari Menpora
Berita Baru, Sepakbola – Zainudin Amali memutuskan untuk undur diri dari jabatan Mepora. Ia lebih memilih untuk mengabdikan diri jadi Wakil Ketua Umum PSSI.
Zainudin Amali diketahui memutuskan mundur dari jabatannya sebagai pembantu Presiden RI Joko Widodo. Kepastian itu setelah pria asal Gorontalo itu menyerahkan surat kepada Menteri Sekretariat Negara Pratikno pada Kamis (9/3).
Meski sudah resmi menyampaikan pengunduran dirinya secara tertulis, Amali masih harus menghadap Presiden, yang direncanakan pada Senin pekan depan.
Keputusan undur diri ini pun secara otomatis membuat Amali hanya berfokus pada tugas barunya sebagai Wakil Ketua Umum I PSSI. Amali resmi menjadi wakil Erick Thohir dalam organisasi induk sepakbola nasional pada Kongres Luar Biasa PSSI, 16 Februari lalu.
Zainudin Amali lantas membeberkan alasannya memutuskan mengurus sepakbola.
“Ceritanya panjang, sehingga saya memutuskan harus fokus dan konsentrasi (pada sepakbola) walau ada teman-teman yang sedih, sedih karena saya akan masuk ke area yang luar biasa tantangannya,” kata Zainudin Amali di Kantor Kemenpora, Jakarta, pada Jumat (10/3/2023).
“Begini, ketika tragedi Kanjuruhan, semua kita bersedih, berduka. Sepakbola kita turun sampai ke titik bawah. Caci maki saling menyalahkan dan berbagai macam, muncul pada saat itu. Termasuk saya, dicaci maki, dibully, diminta mundur, diminta dipecat,” Amali bercerita.
“Tapi bukan itu yang akhirnya membuat kita semua berpikir bahwa sepakbola harus jadi baik. Ketika kedatangan presiden FIFA Gianni Infantino bertemu dengan Bapak Presiden Joko Widodo.”
“Yang disampaikan dia, kita boleh bersedih berduka merasa prihatin, tapi kita tak boleh berhenti berdebat. Sepakbola harus naik, harus menatap ke depan. Makanya Gianni waktu itu minta main bola, yang akhirnya dibully banyak orang karena main bola bareng PSSI.”
“Saya sempat tanya ke Gianni, dalam keadaan sedih berduka, Anda kok memperlihatkan keceriaan. Itu tidak lazim di negeri kami. Dia bilang, ‘Pak Menteri, kita semua berduka, seluruh dunia, football family. Tapi apa menyelesaikan soal dengan begitu? Tidak, kita tetap berduka, bersedih tapi sepakbola harus ke depan. Jangan kita larut dalam kesedihan kemudian tak berbuat apa apa’. Saya kira filosofinya sangat dalam apa yang disampaikan Gianni,” dia menjelaskan.
Meski begitu, Zainudin Amali juga menyadari terjun dalam dunia sepakbola tak semudah kelihatannya. Untuk itu, ia sudah paham akan segala risiko yang mungkin di hadapinya pada masa mendatang.
“Segala risiko sudah saya hitung, apa yang akan saya hadapi di bola karena ini cabor unik, beda dari cabor lain,” ujarnya.
“Insya Allah saya dan Erick (Thohir, Ketum PSSI) dan lainnya akan bisa membenahi. Tapi mungkin kita bisa melakukan hal-hal yang jadi pondasi pembangunan sepakbola Indonesia, supaya ekspektasinya tak terlalu besar terhadap prestasi dan hal lainnya.”
“Mudah-mudahan kita akan beriringan berjalan karena pasti bola perlu pemerintah, Kemenpora, itu sudah kita rasakan ketika pemerintah tak akur dengan PSSI, maka berpengaruh pada bola Indonesia. Tapi kita buktikan juga selam 3 tahun lebih, PSSI kompak dengan Menpora. Alhamdulillah semua bisa berjalan,” Amali mengharapkan.