Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Warga Pakistan Gelar Protes Tolak Proyek Sabuk dan Jalan Raksasa China
(Foto: The Guardian)

Warga Pakistan Gelar Protes Tolak Proyek Sabuk dan Jalan Raksasa China



Berita Baru, Internasional – Warga Pakistan menggelar protes penolakan terhadap proyek sabuk dan jalan milik China yang berakibat pada krisis air dan ancaman terhadap mata pencaharian masyarakat.

Minggu ini, para demonstran termasuk nelayan dan pekerja lokal memblokir jalan-jalan di Gwadar, sebuah kota pesisir di Balochistan. Mereka membakar ban, meneriakkan slogan-slogan penolakan, menutup sebagian besar kota, menuntut tersedianya air dan listrik serta mencegat kapal pukat China yang menangkap ikan secara ilegal di perairan terdekat dan kemudian dibawa ke Tiongkok. Dua orang terluka ketika pihak berwenang menindak para pengunjuk rasa.

Pada hari Jumat (20/8), pejabat seneor Pakistan mengatakan bahwa seorang pembom bunuh diri menewaskan dua anak, dalam serangan terhadap warga negara China yang mengemudi di sepanjang jalan tol utama ke pelabuhan. “Pembom bunuh diri itu bisa menabrak mobil terakhir konvoi saat melintas,” katanya, membenarkan bahwa dua anak tewas dan seorang insinyur China terluka.

Tanggung jawab atas serangan itu diklaim oleh Balochistan Liberation Army (BLA), seperti kelompok militan lainnya di kawasan itu, mereka menuduh China mengeksploitasi sumber daya mineral Balochistan, dan sebelumnya telah menyerang warga negara China dan konsulat China di Karachi.

“Sudah lebih dari sebulan, kami memprotes dan berunjuk rasa menentang kapal pukat China, kekurangan air dan listrik. Pemerintah tidak pernah mengindahkan tuntutan kami, dan kami harus melakukan mogok kerja total dan kami diserang oleh pemerintah distrik,” kata Faiz Nigori, seorang pekerja politik lokal.

Protes adalah bagian dari penolakan warga atas kehadiran China di Gwadar, yang pelabuhannya merupakan bagian integral dari proyek Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC), di mana China telah menginvestasikan miliaran dolar dalam proyek tersebut.

Di bawah proyek tersebut, Pakistan menyerahkan pelabuhan Gwadar kepada sebuah perusahaan multinasional yang didukung China untuk sewa selama 40 tahun. Ini adalah bagian dari inisiatif sabuk dan jalan raksasa China, yang membentang di 70 negara untuk memberi China rute perdagangan yang jelas dari Asia Timur ke Eropa.

Pemerintah Pakistan menerima investasi China dengan harapan akan membantu meningkatkan ekonomi negara yang sedang sakit. Namun sebagaimana diketahui bahwa Balochistan adalah rumah bagi pemberontakan kekerasan yang telah berlangsung lama, dan kehadiran China di Gwadar telah menjadi penyebab banyak kerusuhan sosial dan menyebabkan sentimen anti-China yang besar.

Hal ini juga memberikan dorongan kepada kelompok-kelompok pemberontak militan Baloch, yang telah melakukan serangan teroris sebagai protes terhadap proyek-proyek CPEC. Namun, ada tanda-tanda bahwa kebencian pada proyek sabuk dan jalan tumbuh di seluruh negeri. Bulan lalu, sembilan pekerja China tewas ketika sebuah kendaraan yang sarat dengan bahan peledak dan dikemudikan oleh seorang penyerang bunuh diri menabrak sebuah konvoi yang akan bekerja di bendungan Dasu, proyek unggulan CPEC lainnya.

Duta Besar China untuk Pakistan juga menjadi sasaran serangan teroris di hotelnya pada bulan April, meskipun dia tidak terluka.

China tidak bisa disalahkan atas kekurangan listrik dan air yang melanda Gwadar dalam beberapa pekan terakhir. Balochistan adalah wilayah Pakistan yang paling tidak berkembang dan paling terabaikan, dan Gwadar tidak terhubung ke jaringan nasional.

Namun, penduduk setempat mengatakan mereka telah dijanjikan bahwa investasi China di Gwadar akan membawa kemajuan pembangunan di daerah tersebut, termasuk pendirian pembangkit listrik tenaga batu bara untuk menyediakan listrik yang sangat dibutuhkan.

Namun, pada tahun-tahun sejak China diberikan sewa di pelabuhan Gwadar, jaminan tersebut sama sekali tidak terealiasai dan sebaliknya penduduk setempat mengatakan bahwa kehadiran China merusak mata pencaharian mereka dan menciptakan kekurangan pangan lokal dengan mengizinkan kapal nelayan China menangkap ikan secara ilegal di perairan Pakistan.

Nigori mengatakan bahwa ketika China mulai mengembangkan pelabuhan Gwadar, pejabat Pakistan mengklaim bahwa kota pelabuhan itu akan menjadi Singapura-nya Pakistan. “Tetapi hari ini, kami tidak memiliki air, listrik, dan kapal pukat China menangkap ikan secara ilegal di pantai kami. Kami hanya ingin hak dasar kami,” katanya.

Mir Sher Baz Khetran, seorang peneliti senior di Institut Studi Strategis Islamabad, mengatakan protes semacam itu dapat mengganggu stabilitas kehadiran China di Pakistan. “Jika tidak ada proyek pembangunan di bawah CPEC, itu akan memperkuat narasi pemberontak tentang eksploitasi sumber daya Balochistan,” katanya.

Bulan lalu, Pakistan menahan lima kapal pukat China karena dicurigai melakukan penangkapan ikan ilegal tidak jauh dari pelabuhan Gwadar. Khudadad Waju, presiden dari Fisherfolk Alliance Gwadar, mengatakan telah mengirim tim nelayan lokal untuk memeriksa ikan yang ditangkap dan mereka mengkonfirmasi bahwa “ikan itu ditangkap di dekat Gwadar”.

Namun, pihak berwenang China membantah bahwa kapal pukat China yang ditahan menangkap ikan secara ilegal dan mengklaim bahwa mereka berlindung dari badai.

Akbar Askani, menteri perikanan untuk pemerintah negara bagian Balochistan, menuduh bahwa pemerintah pusat, yang memiliki hubungan dekat dengan China, memberikan izin kapal-kapal China untuk menangkap ikan di laut sekitar Gwadar, meskipun merugikan masyarakat setempat.