Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

fosil

WALHI: Indonesia Krisis Ketergantungan Bahan Bakar Fosil



Berita Baru, Jakarta – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menegaskan bahwa Indonesia sebenarnya tidak krisis energi, tetapi krisis ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Tata kelola pembangkitan energi listrik di Indonesia hingga hari ini masih terpusat pada sumber energi fosil yang ini pun dikuasai oleh oligarki.

Berdasarkan rilis resmi WALHI, Kamis (6/1), 60% energi listrik Indonesia dipasok oleh bahan bakar fosil, yakni batu bara, mengetahui bahwa pasokan listrik nasional hanya dikelola oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Di waktu bersamaan, selama ini banyak pengusaha batu baru tidak memenuhi kewajibannya—karena tidak adanya sanksi yang tegas—untuk memasok kebutuhan batu bara dalam negeri dan lebih memilih untuk mengekspornya.

“Ini berakibat pada dua hal secara umum. Pertama, bahan bakar fosil menjadi produk yang rentan langka dan kedua terbitlah Surat Edaran Menteri ESDM tentang larangan ekspor batu bara dan penegasan pada para pengusahanya untuk memberi pasokan dalam negeri,” jelas Fanny Tri Jambore, Manajer Pengkampanye Tambang dan Energi WALHI.  

Kelindan antara 60% energi listri yang dipasok dari batu bara, bahan bakar fosil yang dikuasai oligarki, dan pengusaha batu bara yang enggan memenuhi kewajibannya, menurut WALHI, mengandaikan pemerintah untuk segera mengambil langkah percepatan transisi energi ke arah sumber energi terbarukan.

Langkah pertama yang bisa dilakukan yaitu dengan menutup Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara tua yang telah beroperasi lebih dari 30 tahun dan pembangkit dengan efisiensi rendah.

Kemudian yang kedua, pemerintah penting untuk menghentikan pemberian izin PLTU baru, termasuk pemberian subsidi pada energi fosil.

“Yang kedua ini sesuai dengan komitmen globap pada COP26 yang tertuang dalam Pakta Iklim Glasgow,” ujarnya.