Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Vent Du Nord
(imdb.com)

“Vent du Nord” dan Alternatif dalam Kehidupan



Beritabaru.co, Jakarta. – “Vent du Nord” (Northern Wind) menjadi salah satu film yang diputar pada rangkaian pemutaran film Ciné-Macet bulan Agustus ini di IFI (Institut Francais Indonesia) Jakarta.

Film yang dirilis pada tahun 2017 ini merupakan film drama besutan sutradara kelahiran Tunisia, Walid Mattar. Film ini merupakan debut film panjang pertamanya, setelah sebelumnya telah beberapa kali menyutradarai film pendek.

“Vent du Nord” menceritakan seputar kehidupan dua orang pria dari kelas pekerja dengan usia dan latar belakang yang berbeda di dua benua yang berbeda pula yang memiliki satu keterkaitan tidak langsung.

Di Prancis Utara, Herve, seorang pria berusia paruh baya, sudah menghabiskan lebih dari tiga puluh tahun hidupnya untuk bekerja memotong kulit di pabrik sepatu. Karena satu dan lain hal, pabrik tempat Herve bekerja harus melakukan relokasi pabrik ke negara lain. Penutupan pabrik membuat Herve, yang usianya tidak lagi muda harus mencari mata pencaharian baru. Kelihaiannya dalam memancing ikan mengantarkannya pada sebuah gagasan untuk memiliki kapal dan menjadi nelayan.

Philippe Rebbot berperan sebagai Herve
Philippe Rebbot berperan sebagai Herve (imdb.com)

Sementara itu di Tunisia, Foued, seorang pemuda yang harus merawat ibunya yang sedang sakit seorang diri, sedang mencoba peruntungannya dengan bekerja memotong kulit di sebuah pabrik sepatu. Keberadaan Karima, perempuan yang menjadi pujaan hati Foued, menjadi penyemangat baginya untuk terus bekerja di pabrik, walaupun menurut Foued upah yang didapatnya dari bekerja di pabrik kurang mencukupi.

Konflik- konflik kehidupan yang menarik terjadi, baik pada kehidupan Herve yang selalu berusaha menuruti perintah dan menghindari keributan, maupun pada kehidupan Foued yang jiwanya mudah meluap dan terkadang kurang cermat.

“Vent du Nord” dan Alternatif dalam Kehidupan
Mohamed Amine Hamzaoui berperan sebagai Foued, pemuda Tunisia yang bekerja di pabrik sepatu. (imdb.com)

Setelah memiliki kapal, Herve mengajak anak lelaki semata wayangnya, seorang pengangguran yang akan menjadi tentara dalam beberapa bulan kedepan, memancing ikan bersamanya. Sementara Foued mencoba menaklukan hati Karima dengan memberikan telepon genggam hasil curian temannya kepada Karima.

Keluwesan para aktor dalam menyelami perannya patut dijadikan nilai lebih dari film ini. Philippe Rebbot berhasil memerankan sosok Herve Lepoutre yang selalu tampak kikuk dan selalu memilih menghindari masalah. Kecenderungan dari sifat Herve ini diimbangi oleh karakter istrinya Veronique, yang diperankan oleh Corrinne Masiero. Veronique sendiri digambarkan sebagai perempuan yang optimis yang terkadang penuh spontanitas. Selain itu Mohamed Amine Hamzaoui yang memiliki latar belakang sebagai rapper, tampak menyatu dengan perannya sebagai Foued yang berapi-api dan sering membuat keputusan tanpa berpikir panjang, namun juga sangat menyayangi ibunya. Para aktor tidak saja dapat membuat kita mengerti mengenai masing-masing karakter, tapi mereka juga berperan menjadikan dialog-dialog yang ada terasa nyata dan dekat.

Penyusunan berbagai peristiwa yang membangun proses, keterkaitan, friksi maupun pengambilan keputusan-keputusan dalam film ini, dituliskan dengan sederhana namun juga cakap. Dalam penulisan naskah film, Walid Mattar bekerja sama dengan Leyla Bouzid, seorang penulis sekaligus sutradara kelahiran Tunisia, dan juga Claude Le Pape seorang penulis naskah kelahiran Prancis yang naskahnya pernah beberapa kali menjadi nominasi penulisan naskah terbaik pada César Awards.

Detail dari pemilihan sudut- sudut pengambilan gambar yang artistik dan memiliki arti, didukung dengan musik pengiring yang menarik membuat film berdurasi delapan puluh sembilan menit ini patut untuk dinikmati.

“Vent du Nord” hadir menawarkan konsep mengenai pertanyaan maupun harapan yang terbuka untuk berbagai kemungkinan di masa depan, ketidakpastian yang biasa kita temui dalam hidup, keputusan yang kita lakukan yang memberi dampak dan dapat mengantarkan kita kepada hal lainnya. Keseluruhannya dikemas lewat drama yang ringan namun berkesan dan memanjakan mata.

“Vent du Nord” masih dapat disaksikan di IFI Wijaya pada tanggal 5 & 19 Agustus 2019, di jam 19.00 WIB dan di IFI Thamrin pada tanggal 20 Agustus 2019, di jam 19.00 WIB. [Rizki Hasan]