Vatikan Pecat Pendeta Anti Aborsi Frank Pavone
Berita Baru, Internasional – Vatikan telah memecat pendeta anti-aborsi AS, Frank Pavone, karena disebut telah menyebar kebencian dan hujatan di media sosial serta ketidaktaatan dengan uskupnya.
Sebuah surat kepada para uskup AS dari duta besar Vatikan untuk AS, Uskup Agung Christophe Pierre, mengatakan keputusan terhadap Pavone, yang mengepalai kelompok anti-aborsi Priest for Life, telah diambil dan tidak ada kesempatan untuk naik banding.
Seperti dilansir dari The Guardian, Pavone telah diselidiki oleh keuskupannya saat itu di Amarillo, Texas, karena telah menempatkan janin yang diaborsi di atas altar dan memposting videonya di dua situs media sosial pada tahun 2016. Video tersebut disertai dengan postingan yang mengatakan bahwa Hillary Clinton dan Partai Demokrat akan mengizinkan aborsi berlanjut, dan bahwa Donald Trump dan Partai Republik ingin melindungi anak-anak yang belum lahir.
Pavone tetap menjadi pendukung kuat Trump. Hal ini terlihat melalui profil Twitter-nya yang menampilkan fotonya mengenakan topi Maga dengan foto latar belakang yang menampilkan mantan presiden AS.
Dalam tweet terbarunya pada hari Minggu, Pavone membandingkan nasibnya dengan anak yang belum lahir. “Jadi dalam setiap profesi, termasuk imamat, jika Anda membela bayi yang belum lahir, Anda akan diperlakukan seperti mereka! Satu-satunya perbedaan adalah ketika kami ‘diaborsi’, kami terus berbicara, keras dan jelas.”
Atas postingan tersebut, para pendukung Pavone memujinya, termasuk uskup Tyler, Texas, Joseph Strickland, yang menyebut dukungan Joe Biden untuk hak aborsi sebagai tindakan jahat.
Pavone telah mengajukan banding ke Vatikan atas pembatasan yang ditempatkan pada pelayanannya pada tahun 2011 oleh uskup Amarillo dan berhasil membuat pembatasan tersebut dilonggarkan dan dipindahkan dari Texas sambil tetap aktif dengan Priests for Life.
Dalam suratnya, Pierre mengutip informasi dari Kongregasi Klerus bahwa Pavone telah dinyatakan bersalah dalam proses kanonik “komunikasi yang menghujat di media sosial dan ketidaktaatan yang terus-menerus terhadap instruksi sah dari uskup diosesan”. Surat itu pertama kali dilaporkan oleh Catholic News Agency.
Pernyataan itu mengatakan Pavone diberi kesempatan yang luas untuk membela diri serta untuk tunduk kepada uskupnya.
Pernyataan tersebut menyimpulkan bahwa karena Priests for Life bukan organisasi Katolik, kelompok tersebut akan menentukan apakah dia dapat melanjutkan perannya “sebagai orang awam.”
Laisisasi, atau direduksi menjadi negara awam, adalah salah satu sanksi terberat dalam hukum kanon gereja.