Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Uskup Agung Canterbury Justin Welby menyaksikan pemakaman Pangeran Philip Inggris, suami Ratu Elizabeth, yang meninggal pada usia 99 tahun, di Kapel St George, di Windsor, Inggris, 17 April 2021. Foto: Yui Mok/Pool via Reuters/File.
Uskup Agung Canterbury Justin Welby menyaksikan pemakaman Pangeran Philip Inggris, suami Ratu Elizabeth, yang meninggal pada usia 99 tahun, di Kapel St George, di Windsor, Inggris, 17 April 2021. Foto: Yui Mok/Pool via Reuters/File.

Uskup Agung Canterbury Mengutuk Rencana Suaka Rwanda Inggris



Berita Baru, London – Uskup Agung Canterbury mengutuk rencana pemerintah Inggris untuk mengirim puluhan ribu pencari suaka ke negara Rwanda di Afrika Timur, dengan mengatakan kebijakan itu tidak sesuai dengan “penghakiman Tuhan”.

Saat menyampaikan khotbah pada Minggu Paskah di Katedral Canterbury, Minggu (17/4), Justin Welby mengatakan strategi yang diumumkan pekan lalu oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menimbulkan “pertanyaan etis yang serius”.

PM Johnson mengumumkan bahwa siapa pun yang tiba di Inggris secara ilegal sejak 1 Januari 2022 dapat dipindahkan ke Rwanda berdasarkan kesepakatan itu.

Pemerintah PM Johnson mengatakan akan membantu memutus jaringan penyelundupan manusia dan membendung arus migran melintasi Selat, tetapi hal itu langsung menuai kritik keras dari para politisi dan badan amal.

“Detilnya untuk politik dan politisi. Prinsipnya harus berdiri di atas penghakiman Tuhan dan itu tidak bisa,” kata Welby.

“Tidak dapat memikul beban tanggung jawab nasional kita sebagai negara yang dibentuk oleh nilai-nilai Kristen, karena mensubkontrakkan adalah tanggung jawab kita, meskipun itu ke negara yang berusaha untuk berbuat baik seperti Rwanda, adalah kebalikan dari sifat Tuhan yang mengambil tanggung jawab sendiri atas kegagalan kami,” imbuh Welby, dikutip dari Reuters.

Welby adalah pemimpin spiritual Persekutuan Anglikan di seluruh dunia yang beranggotakan sekitar 85 juta orang Kristen.

Tahun lalu, lebih dari 28.000 migran dan pengungsi menyeberang dari daratan Eropa ke Inggris.

Kedatangan migran dengan perahu telah menjadi sumber ketegangan antara Prancis dan Inggris, terutama setelah 27 migran tenggelam ketika sampan mereka mendadak kempes pada November.