Unggul Lawan Petahana, Alberto Fernandez Menangkan Pilpres Argentina
Berita Baru, Internasional – Calon presiden Alberto Fernandez memimpin perolehansuara dalam Pilpres Argentina yang digelar Minggu (27/10).
Fernandez berhasil mengungguli petahana Mauricio Macri dengan perolehan 47,48 persen suara. Macri yang berasal dari partai konservatif itu meraup 41,08 persen. Dengan hasil itu, Fernandez dipastikan menang tanpa perlu pemungutan suara putara kedua.
Setelah tempat pemungutan suara ditutup, Alberto Fernandez langsung merangkul sang kekasih. Pendukungnya pun lalu bersorak.
Dia kemudian menyapa para pendukung yang berkumpul di luar gerbang apartemen. “Alberto presidente!” teriak para pendukung. Sementara ratusan orang yang berkumpul di kantor pemenangan mengibarkan bendera Argentina.
“Saya sangat senang. Kami menunggu perubahan ini sejak lama. Kami lelah dengan semua yang telah terjadi,” kata salah satu pendukung Juan Jose De Antonio, dikutip dari Associated Press.
Pilpres ini digelar di tengah anjloknya sektor perekonomian Argentina. Para pemilih Fernandez diyakini adalah orang-orang yang kecewa dengan kinerja Macri dalam menangani krisis ekonomi.
Akan tetapi, terpilihnya Fernández dikhawatirkan akan mengembalikan Argentina ke arah Peronis berhaluan kiri.
Macri terpilih sebagai
presiden pada 2015 mengalahkan Cristina Fernandez. Kini Cristina Fernandez maju
kembali menjadi calon wakil presiden mendampingi Alberto Fernandez.
Kemenangan Fernandez menjadi sinyal referendum pinjaman pemerintah dari Dana
Moneter Internasional (IMF) dan penghematan belanja yang dilakukan sebagai
syarat pinjaman tersebut.
Sebelumnya Macri juga kalah di pemilu pendahuluan. Kala itu pelaku pasar
khawatir, sebab Macri merupakan sosok pro bisnis sedangkan Fernandez
cenderung lebih sosialis.
Sejatinya, popularitas Macri sudah anjlok setelah Argentina mengalami krisis mata uang tahun lalu, di mana nilai tukar peso sempat anjlok 50 persen.
Kemudian, Macri juga dikritik karena melakukan kebijakan pengetatan anggaran yang mengecewakan rakyat Argentina karena daya belinya ikut tergerus. Kebijakan ini berujung pada penarikan dana bantuan IMF sebesar US$56 miliar, yang dinilai analis harus segera direstrukturisasi.
Sumber : CNN