UINSA dan UIN Maliki Beserta PTKIS Se-Jatim Gelar Doa-Tahlil untuk Korban Tragedi Kanjuruhan
Berita Baru, Jakarta – Pimpinan dan civitas akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya bersama dengan pimpinan dan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang beserta seluruh pimpinan dan civitas akademika Perguruan Tinggi Keislaman Swasta di lingkungan Kopertais Wilayah IV menggelar doa dan tahlil untuk korban dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan (7/10).
Acara yang diikuti oleh ratusan civitas akademika ini dilakukan secara daring. Acara dimulai pukul 19.30 WIB dan diikuti oleh ratusan peserta. Acara ini merupakan wujud solidaritas PTKI se-Jawa Timur terhadap korban dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan.
“Di sini, kami bersama menyatakan. Duka cita yang mendalam kepada korban dan keluarganya, baik yang meninggal maupun yang luka-luka, atas tragedi yang menimpa, karena tidak ada sepakbola yang lebih berharga dari nyawa manusia,” kata Prof. Akh. Muzakki, selaku Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya dalam keterangannya yang diterima Beritabaru.co, Sabtu (8/10).
Lebih lanjut, Prof. Muzakki menyerukan kepada semua pihak untuk memperkuat solidaritas dan memberi dukungan dan bantuan terhadap korban dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan dan menyerukan kepada pihak-pihak tertentu untuk tidak memanfaatkan tragedi ini demi kepentingan sempit dan sesaat bagi kelompok tertentu, di mana hal itu merupakan perilaku ‘mengail keuntungan di atas kesedihan orang lain’ yang sungguh nista.
Sementara itu Prof. M. Zainuddin, selaku Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Meminta kepada pihak-pihak terkait untuk memperbaiki manajemen sepak bola secara profesional dengan menempatkan sepak bola sebagai bagian dari komitmen membangun persatuan dan martabat bangsa.
“Memberi kepercayaan dan dukungan kepada Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) untuk mengusut tuntas tragedi kemanusiaan ini dan mengambil langkah-langkah yang cepat dan tepat dalam rangka tegaknya kebenaran dan keadilan bagi semua pihak,” ujarnya.
Menurut Ketua Forum Pimpinan PTKIS Jawa Timur, Dr. Abdul Aziz Wahab, Tragedi Kanjuruhan (1 Oktober 2022) bukan hanya tragedi sepak bola. Lebih dari itu, ia adalah tragedi kemanusiaan. Tragedi Kanjuruhan dengan korban jiwa sebanyak 125 orang, 406 orang luka ringan, 30 orang luka sedang, dan 29 orang luka ringan (berdasarkan keterangan Kadiv Humas Polri per 4 Oktober 2022) adalah tragedi yang mengoyak nilai-nilai kemanusiaan kita semua. Tidak ada satu event sepak bola yang memakan korban dengan jumlah yang begitu fantastis sepanjang sejarah sepak bola tanah air, bahkan dunia.
“Tragedi ini harus menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Sepak bola atau olahraga apapun harus sportif. Sportivitas merupakan kesadaran yang selalu melekat, bahwa ‘lawan’ bertanding adalah kawan yang diikat dalam persaudaraan keolahragaan. Sportivitas juga merupakan sikap mental yang menunjukkan martabat ksatria seorang olahragawan,” pungkasnya.