Turki Pelajari Sistem Kesehatan Haji Indonesia
Berita Baru, Makkah – Perwakilan Kementerian Kesehatan Turki mengunjungi Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah pada Kamis (22/8) siang Waktu Arab Saudi. Kunjungan ini dalam rangka mengetahui lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan bagi jemaah haji Indonesia.
Tiga orang delegasi Kemenkes Turki terdiri dari Asma Arten, Kepala Departemen Edukasi Kesehatan; Fatimah Alzahra, Kepala Perawat; dan Jakfar Kaskalan, staf bagian administrasi. Ketiganya diterima oleh dr. M. Imran, Kepala Seksi Kesehatan Daker Makkah; dr. Ali Setiawan, Sp.B, Direktur KKHI Makkah; dan sejumlah petugas kesehatan.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, drg. Widyawati, MKM, melalui siaran pers yang diterima redaksi Beritabaru.co.
Dr. Imran menjelaskan fasilitas kesehatan yang dimiliki oleh Indonesia di Arab Saudi. Kemenkes RI mempunyai dua KKHI, di Makkah dan Madinah. Kedua fasilitas kesehatan ini ditopang oleh tim kesehatan yang terbagi menjadi Tim Promotif Preventif (TPP), Tim Gerak Cepat (TGC) dan Tim Kuratif Rehabilitatif (TKR). Selain itu juga ada Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang langsung memberikan layanan di kloter.
“Jadi kita jelaskan kalo kita punya tim yang tujuannya melakukan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kepada jemaah. Tiap tim ada tugasnya masing-masing”. Kata Imran.
Lebih detil Imran menjelaskan tugas dari setiap tim kesehatan. TPP memberikan penyuluhan kesehatan ke kloter-kloter di hotel. Sementara TGC untuk memberikan pertolongan emergensi di setiap sektor. Sedangkan di KKHI ada TKR yang memberikan layanan medis bagi jemaah yang sakit.
Pihak Turki sendiri menyampaikan bahwa mereka menyiapkan 500 dokter dan paramedis. Mereka juga memiliki 3 klinik kesehatan di Makkah dan 3 klinik kesehatan di Madinah. Sumber daya kesehatan yang disiapkan tersebut untuk melayani sekitar 80 ribu jemaah haji Turki.
Dalam hal kapasitas, fasilitas kesehatan Indonesia memiliki keunggulan dalam menangani pasien yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. Sementara Turki sendiri punya kebijakan dan fasilitas yang mampu membawa pulang jemaahnya yang butuh perawatan intensif dengan ‘air ambulance’.
Usai berdialog, perwakilan Kemenkes Turki berkesempatan melihat-lihat ruang ICU, IGD dan apotek di KKHI Makkah.
Dr. dr. Eka Jusup Singka, MSc, Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, di Jakarta menuturkan, bahwa studi banding dari negara lain bukan hanya saat ini saja, namun sudah dilakukan beberapa kali oleh sejumlah negara lainnya.
“Bukan hanya Turki. Malaysia, Qatar, Maldives, dan Bangladesh pun pernah menemui saya utk belajar kesehatan haji”. Katanya. [Soe/Siaran Pers]