Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Tsamara Amani: Agar Anak Muda Tidak Hanya Menjadi Gimmick

Tsamara Amani: Agar Anak Muda Tidak Hanya Menjadi Gimmick



Berita Baru, Jakarta – Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Tsamara Amani Alatas dalam pemaparannya, ia menyampaikan ada ketidak percayaan antara publik dan partai politik yang selama ini terjadi pasca reformasi.

Ia melihat bahwa sebenarnya partai politik bukan semata-mata tentang usia muda atau kepemudaan.Tapi yang paling penting, paparnya, adalah semangat dan keinginan dari setiap politisi atau tokoh dalam menawarkan kebijakan yang konkret untuk anak muda.

“Jangan sampai kita hanya bicara bahwa kita anak muda perwakilan anak muda tapi sebenarnya tidak ada kebijakan konkret atau upaya untuk menyelesaikan persoalan-persoalan anak muda,” ungkapnya.

Lebih-lebih hari ini semakin hanyak permasalahan yang menyangkut anak muda. Seperti kasus pengangguran terdidik yang angkanya tinggi, dilanggarnya hak-hak pekerja yang mayoritas dari mereka adalah anak muda.

Pada tahun 2019 misalnya, ia melanjutkan, banyak sekali politisi-politisi yang tiba-tiba menjadi anak muda. Tiba-tiba bersepatu sneakers, memakai topi, nongkrong di kafe. Padahal, menurutnya, anak muda itu tidak satu.

“Seolah-olah anak muda itu digeneralisasi menjadi anak muda gaul Jakarta yang nongkrong di kafe. Padahal anak muda itu luas sekali. Dan tidak bisa direpresentasikan dengan gaya gaul pakai sneakers dan pakai topi saja. Persoalannya itu kompleks,” ujarnya.

Sebagai politisi muda, ia berusaha untuk mengedukasi kepada anak muda bahwa apa yang terjadi kepada mereka merupakan kondisi politik. Maka penyadaran-penyadaran bahwa masalah yang mereka hadapi itu bisa diselesaikan dengan memilih anggota-anggota legislatif atau pesiden yang bagus itu perlu dilakukan.

Tidak hanya itu, lanjutnya, ketika sadar tidak hanya berakhir di proses memilih. “Tapi juga mencoba mengisi diskursus-diskursus publik ketika pemilu dengan diskursus persoalan anak muda sehari-hari,” imbuhnya.

Ia beranggapan ketika diskursus publik diisi oleh persoalan-persoalan anak muda, maka para politisi mau tidak mau akan mencoba memikirkan dan menjawab persoalan-persoalan tersebut.

“Itu yang perlu ditingkatkan. Agar di tahun 2024 anak muda tidak hanya menjadi gimmick.”

Menurutnya, tahun 2019 lalu, terlalu banyak gimmick tentang anak muda. Namun 2024 Pekerjaan Rumah bersama adalah mengisi diskursus politik Indonesia dengan isu-isu anak muda yang konkret. “Dan mencoba menghasilkan solusi kebijakan yang konkret juga untuk mereka,” harapnya.