Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Pesawat Ukraina
(Foto : The Guardian)

Tragedi Penembakan Pesawat Ukraina Berujung Tuntutan Referendum



Berita Baru, Internasional – Sejumlah orang berkumpul di luar Universitas Amirkabir Teheran dengan wajah berkabung. Mereka melakukan aksi solidaritas kepada korban 176 penumpang pesawat Ukraina yang jatuh tertembak rudal di Teheran, Sabtu (11/01) waktu setempat.

Pemerintah Iran sebelumnya telah mengakui militer Iran bertanggungjawab dan telah menembak jatuh pesawat secara tidak sengaja. Presiden Hassan Rouhani menjanjikan akan dilakukan penyelidikan.

“Pengunduran diri tidak cukup, kita perlu penuntutan,” teriak salah satu peserta aksi sembari mengepalkan tangan. “Tak tahu malu,” teriak lainnya menimpali.

Mereka menyerukan tuntutan kepada pemerintah. Tuntutan itu juga ditujukan kepada pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamaeni. “Cara untuk menyelamatkan orang-orang? Referendum, referendum,” teriak orang banyak.

Dilansir dari The Guardian, Minggu (12/1) pertanggungjawaban pemerintah Iran masih belum jelas. Hal itulah yang memicu protes.

“Mereka mengatakan akan menyelidiki insiden itu, tetapi lalu bagaimana? Itu tidak akan menghidupkan siapa pun,” kata seorang wanita bernama Nastaran.

Sebanyak 752 adalah warga Iran, atau warga Kanada keturunan Iran. “Mereka membunuh putra dan putri kita sendiri. Mereka senang telah membalas dendam. Wow, benar-benar pembalasan,” kata Maryam menyindir balas dendam Iran salah sasaran (pesawat komersial Ukraina).

Pesawat itu jatuh setelah Teheran meluncurkan serangan rudal terhadap pangkalan-pangkalan Amerika di Irak sebagai upaya balas dendam atas kematian jenderal Iran, Qassem Soleimani.

Beberapa orang menyatakan kekecewaannya terhadap Amareka. Bahkan militer tampaknya bertindak karena panik. “Mereka terlalu takut dengan tanggapan Amerika sehingga mereka membunuh rakyat kita sendiri,” kata Bijan.

Ungkapan penyesalan secara resmi juga keluar dari komandan angkatan udara yang menembak jatuh pesawat, Ia mengatakan: “Aku berharap aku bisa mati.”

Bahkan outlet media yang biasanya pro pemerintah, seperti kantor berita Tasnim sayap kanan dan memiliki ikatan dengan Pengawal Revolusi Suleimani juga menyerang cara pemerintah menangani tragedi tersebut.

“Cara penyebaran informasi bencana kepada orang-orang sama buruknya dengan bencana itu sendiri,” kata pemimpin redaksi Tasnim, Kian Abdollahi, di Twitter.

“Pejabat yang melaporkan kesalahan ke media bertanggung jawab. Mereka membuat kita semua malu,” pungkasnya.