TOKOH – Beritabaru.co https://beritabaru.co Meluruskan Distorsi Informasi Mon, 15 Jan 2024 18:43:14 +0000 id hourly 1 https://beritabaru.co/wp-content/uploads/2019/09/cropped-Berita-Baru-Icon-32x32.png TOKOH – Beritabaru.co https://beritabaru.co 32 32 Dari Akademisi ke Dunia Politik (Menelusuri Rekam Jejak Imam Muhlis, Calon DPRD Cilacap Dapil 6) https://beritabaru.co/menelusuri-rekam-jejak-imam-muhlis/ Mon, 15 Jan 2024 18:43:14 +0000 https://beritabaru.co/?p=179823 Imam Muhlis

Berita Baru, Tokoh - “Politik itu suci, tidak kotor”, ungkap Imam Muhlis atau akrab disapa Cak Muhlis saat diwawancarai tim redaksi. Menurutnya, berdirinya Republik ini karena kesucian politik. NKRI ini lahir karena perjanjian dan kesepakatan politik, dalam Islam disebut al mitsaq al wathoni (wujud perjanjian kebangsaan). “Wujud perjanjian politik tertinggi di Republik ini adalah ideologi Pancasila, mirip Piagam Madinah/shahifatul madinah”. Kata Cak Muhlis.

Nah, atas dasar itu, Cak Muhlis mulai tertarik menekuni literatur politik sejak muda, bahkan Tesisnya mengambil konsentrasi seputar politik, hukum, dan Pancasila. Perjalanan dan pengalaman hidupnya dalam dunia akademik dan politik tak dapat diragukan lagi. Pria bernama lengkap Imam Muhlis, S.H.I., M.H atau biasa dipanggil Cak Muhlis tak hanya berdiam diri menggeluti teori-teori saja, ia bertekad mengkombinasikan antara teori politik dengan realitas yang sesungguhnya. “Teori politik yang ada dalam buku itu perlu diuji di lapangan”, tegas Imam Muhlis. Selain pendidikan formal yang ia geluti, Cak Muhlis juga merupakan seorang santri. Kurang lebih 6 tahun ia mengenyam pendidikan agama di Pesantren Raudlah-Najiyah, Sumenep. Selain itu, ia juga memperoleh gelar sarjana dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, kemudian melanjutkan studinya pada program Pasca Sarjana UGM Yogyakarta dengan konsentrasi bidang studi Hukum Tata Negara. Diusianya yang cukup matang, dibekali pengalaman dan kecerdasan, menjadikannya figur yang patut dipertimbangkan dan dipilih, khususnya dalam kancah politik Kabupaten Cilacap. Kini, ia mendedikasikan dirinya sebagai calon DPRD Kabupaten Cilacap Dapil 6 (Kesugihan, Maos, Jeruklegi, Sampang) dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Berikut beberapa pengalaman karir Imam Muhlis:
  1. Dosen Universitas Islam Madura Pamekasan,
  2. Dosen Institute Agama Islam NU Kebumen Jateng,
  3. Peneliti Program in Search of Balance (ISB) kerjasama Universitas GadjahMada dan Universitas Agder Norwegia,
  4. Dosen Universitas Nahdlatul Ulama al Ghazali (UNUGHA) Cilacap,
  5. Tim Peneliti Ensiklopedi Pamekasan: Alam, Masyarakat,dan Budaya, Pemkab Pamekasan- Fak. Ilmu Budaya UGM
  6. Tim Peneliti Ensiklopedia Radikal, Yayasan Lazuardi Birru, Jakarta,
  7. Tenaga Ahli Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,
  8. Tenaga Ahli Fraksi PKB DPRD Kab. Cilacap,
  9. Asisten Stafsus kemnaker RI,
  10. Tenaga Ahli DPR RI.
Tidak hanya itu, Imam Muhlis juga banyak menoreh prestasi dan penghargaan yang memukau, di antaranya: Meraih Beasiswa Riset Tesis pada Program In Search of Balance (ISB) kerjasama Universitas Gadjah Mada dan Universitas Agder Norwegia serta terpilih sebagai Karya Tulis Ilmiah terbaik dalam “Call for Paper: Ahmad Syafii Maarif dalam Perspektif”. Cak Muhlis tidak hanya dikenal sebagai pengajar berpengalaman, tetapi juga seorang yang paham tentang hukum tata negara, selain itu ia juga penulis yang cukup produktif. Lebih dari 38 karya ilmiah yang telah dihasilkannya, tersebar di berbagai media cetak, membahas beragam topik yang relevan dan memberikan pandangan baru kepada pembaca. Dengan pendidikan yang cukup, pengalaman kerja yang beragam, dan pencapaian yang gemilang, Cak Muhlis cukup menonjol sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk memimpin dan mewakili aspirasi masyarakat Cilacap, khususnya warga Dapil 6, yeng meliputi kecamatan Kesugihan, Maos, Jeruklegi, dan Sampang. “Politik adalah seni sekaligus disiplin ilmu tertinggi”, pungkasnya.]]>
Imam Muhlis

Berita Baru, Tokoh - “Politik itu suci, tidak kotor”, ungkap Imam Muhlis atau akrab disapa Cak Muhlis saat diwawancarai tim redaksi. Menurutnya, berdirinya Republik ini karena kesucian politik. NKRI ini lahir karena perjanjian dan kesepakatan politik, dalam Islam disebut al mitsaq al wathoni (wujud perjanjian kebangsaan). “Wujud perjanjian politik tertinggi di Republik ini adalah ideologi Pancasila, mirip Piagam Madinah/shahifatul madinah”. Kata Cak Muhlis.

Nah, atas dasar itu, Cak Muhlis mulai tertarik menekuni literatur politik sejak muda, bahkan Tesisnya mengambil konsentrasi seputar politik, hukum, dan Pancasila. Perjalanan dan pengalaman hidupnya dalam dunia akademik dan politik tak dapat diragukan lagi. Pria bernama lengkap Imam Muhlis, S.H.I., M.H atau biasa dipanggil Cak Muhlis tak hanya berdiam diri menggeluti teori-teori saja, ia bertekad mengkombinasikan antara teori politik dengan realitas yang sesungguhnya. “Teori politik yang ada dalam buku itu perlu diuji di lapangan”, tegas Imam Muhlis. Selain pendidikan formal yang ia geluti, Cak Muhlis juga merupakan seorang santri. Kurang lebih 6 tahun ia mengenyam pendidikan agama di Pesantren Raudlah-Najiyah, Sumenep. Selain itu, ia juga memperoleh gelar sarjana dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, kemudian melanjutkan studinya pada program Pasca Sarjana UGM Yogyakarta dengan konsentrasi bidang studi Hukum Tata Negara. Diusianya yang cukup matang, dibekali pengalaman dan kecerdasan, menjadikannya figur yang patut dipertimbangkan dan dipilih, khususnya dalam kancah politik Kabupaten Cilacap. Kini, ia mendedikasikan dirinya sebagai calon DPRD Kabupaten Cilacap Dapil 6 (Kesugihan, Maos, Jeruklegi, Sampang) dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Berikut beberapa pengalaman karir Imam Muhlis:
  1. Dosen Universitas Islam Madura Pamekasan,
  2. Dosen Institute Agama Islam NU Kebumen Jateng,
  3. Peneliti Program in Search of Balance (ISB) kerjasama Universitas GadjahMada dan Universitas Agder Norwegia,
  4. Dosen Universitas Nahdlatul Ulama al Ghazali (UNUGHA) Cilacap,
  5. Tim Peneliti Ensiklopedi Pamekasan: Alam, Masyarakat,dan Budaya, Pemkab Pamekasan- Fak. Ilmu Budaya UGM
  6. Tim Peneliti Ensiklopedia Radikal, Yayasan Lazuardi Birru, Jakarta,
  7. Tenaga Ahli Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,
  8. Tenaga Ahli Fraksi PKB DPRD Kab. Cilacap,
  9. Asisten Stafsus kemnaker RI,
  10. Tenaga Ahli DPR RI.
Tidak hanya itu, Imam Muhlis juga banyak menoreh prestasi dan penghargaan yang memukau, di antaranya: Meraih Beasiswa Riset Tesis pada Program In Search of Balance (ISB) kerjasama Universitas Gadjah Mada dan Universitas Agder Norwegia serta terpilih sebagai Karya Tulis Ilmiah terbaik dalam “Call for Paper: Ahmad Syafii Maarif dalam Perspektif”. Cak Muhlis tidak hanya dikenal sebagai pengajar berpengalaman, tetapi juga seorang yang paham tentang hukum tata negara, selain itu ia juga penulis yang cukup produktif. Lebih dari 38 karya ilmiah yang telah dihasilkannya, tersebar di berbagai media cetak, membahas beragam topik yang relevan dan memberikan pandangan baru kepada pembaca. Dengan pendidikan yang cukup, pengalaman kerja yang beragam, dan pencapaian yang gemilang, Cak Muhlis cukup menonjol sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk memimpin dan mewakili aspirasi masyarakat Cilacap, khususnya warga Dapil 6, yeng meliputi kecamatan Kesugihan, Maos, Jeruklegi, dan Sampang. “Politik adalah seni sekaligus disiplin ilmu tertinggi”, pungkasnya.]]>
https://beritabaru.co/wp-content/uploads/2024/01/20240116_013643_0000-300x189.jpg
Sarah Monica, Diri yang Terus Mencari Kemurnian https://beritabaru.co/sarah-monica-diri-yang-terus-mencari-kemurnian/ Tue, 21 Nov 2023 04:12:06 +0000 https://beritabaru.co/?p=178565 Sarah Monica bangkitnya kemurungan

Berita Baru- Sarah Monica merupakan aktivis, budayawan, serta penyair yang mengalami banyak tahap proses pembelajaran. Latarnya berasal dari Betawi yang kemudian pindah ke Bogor, membuatnya akrab dengan ekosistem perkotaan. Menamatkan sarjana dan Pascasarjana di Universitas Indonesia, membuat Sarmon, panggilan akrabnya, melakukan perburuan kepada hal-hal baru dan asing di benaknya. Teori antropologi dari kampus ia gunakan untuk menyusuri lamat-lamat kebudayaan desa, sirkel pinggiran, hingga seniman dan budayawan. Semangat penyusuran inilah yang menjadikan Sarmon memiliki lingkar pergaulan yang luas. Ia akrab dengan pesantren, bahkan termasuk menjadi jajaran pengurus pusat Lesbumi NU; lingkungan akademis yang membuatnya kerap melakukan riset budaya di berbagai daerah; hingga seniman kondang dengan pautan umur yang cukup jauh seperti Nasirun dan Uda Alfi, bisa ia akrabi. Usaha menyingkap berbagai hal baru ini dirupakan oleh Sarah Monica dalam buku antologi puisi pertamanya yang berjudul, “Bangkitnya Kemurungan.” Di bedah di Svarga Coffee & Eatery, Jogja, pada Senin (20/11), puluhan orang yang hadir menyimak ‘kemurnian’ yang selama ini dijajaki. Penulis lawas sekaligus pembedah, Heru Joni Putra, mengatakan bahwa keyword untuk membaca puisi-puisinya Sarmon adalah kemurnian. Yakni sebentuk perjalanan yang selalu dilakukan dalam upaya mencari ketransendenan yang menghampiri labirin-labirin masyarakat dari berbagai budaya. Kemurnian itu didapat dari hasil perenungan yang mendalam. Genre yang diambil oleh Sarmon, kata Mas Heru, ialah puisi tentang puisi. Sebuah mode puisi yang jarang digunakan, penyair menggagaskan filosofinya tentang puisi, yang begitu nampak misalnya dalam puisi Sarmon berjudul “Kematian Puisi,” “Sarah Monica,” dan “Pengakuan.” Memang cukup lama. Bangkitnya Kemurungan ditulis oleh Sarah Monica dalam rentang 13 tahun, dari 2010 hingga 2022. Rentang waktu yang cukup panjang ini menyuguhkan pembacaan atas perjalanan kehidupan yang penuh dengan kekacauan, penindasan, peperangan, serta kedukaan. Bukan berguna atau tidak eksistensi puisi di tengah kacau balau kehidupan, buku karya Sarmon ini menjadi kawan perjalanan dalam dunia yang penuh duka, untuk terus menggali kemurnian-kemurnian, untuk hidup dalam tempo yang lebih lambat—tidak tergesa-gesa. Tampak sekali, Sarmon memposisikan dirinya sebagai bagian dari semesta. Yang membuatnya merasa bahwa dirinya memiliki keterikatan yang kuat dengan entitas lain. Bahkan, ujar Mas Heru, Bangkitnya Kemurungan menjadi tanda bahwa penulis buku tersebut mampu menemukan kedalaman makna dan arti, ‘melebih’ makna dan arti yang disuguhkan dalam teori antropologi yang selama ini digeluti di kampus. Raudal Tanjung Banua menyanjung Bangkitnya Kemurungan sebagai antologi puisi yang sudah matang, tidak tergesa-gesa, serta penuh dengan renungan spiritual. Dengan nada penuh nasihat, Nasirun berujar bahwa jalan Sarmon untuk menemukan dirinya lewat puisi. Jalan yang terus disusuri untuk mengenali diri yang sejati, yang akan mengantarkan pada muara Yang Transenden.  
Sarah Monica  Segalanya adalah tanya. Di malam-malam menangis di jalan-jalan panjang kerinduan pergilah dalam pencarianmu terbakarlah di palung dadamu. Kau merasuki masa lampau mencandu hikmah di bibir peristiwa. Mata tempatmu belajar berbahasa memenjarakanmu dalam semu belantara segala nafsu. Perjalananmu, Sarah Monica menjauhi diri demi mendekati keabadian, mencuri misteri dari bisik batu dan kebisingan, mengintip kartu-kartu takdir yang dimainkan Tuhan lalu kau tertawakan.  
]]>
Sarah Monica bangkitnya kemurungan

Berita Baru- Sarah Monica merupakan aktivis, budayawan, serta penyair yang mengalami banyak tahap proses pembelajaran. Latarnya berasal dari Betawi yang kemudian pindah ke Bogor, membuatnya akrab dengan ekosistem perkotaan. Menamatkan sarjana dan Pascasarjana di Universitas Indonesia, membuat Sarmon, panggilan akrabnya, melakukan perburuan kepada hal-hal baru dan asing di benaknya. Teori antropologi dari kampus ia gunakan untuk menyusuri lamat-lamat kebudayaan desa, sirkel pinggiran, hingga seniman dan budayawan. Semangat penyusuran inilah yang menjadikan Sarmon memiliki lingkar pergaulan yang luas. Ia akrab dengan pesantren, bahkan termasuk menjadi jajaran pengurus pusat Lesbumi NU; lingkungan akademis yang membuatnya kerap melakukan riset budaya di berbagai daerah; hingga seniman kondang dengan pautan umur yang cukup jauh seperti Nasirun dan Uda Alfi, bisa ia akrabi. Usaha menyingkap berbagai hal baru ini dirupakan oleh Sarah Monica dalam buku antologi puisi pertamanya yang berjudul, “Bangkitnya Kemurungan.” Di bedah di Svarga Coffee & Eatery, Jogja, pada Senin (20/11), puluhan orang yang hadir menyimak ‘kemurnian’ yang selama ini dijajaki. Penulis lawas sekaligus pembedah, Heru Joni Putra, mengatakan bahwa keyword untuk membaca puisi-puisinya Sarmon adalah kemurnian. Yakni sebentuk perjalanan yang selalu dilakukan dalam upaya mencari ketransendenan yang menghampiri labirin-labirin masyarakat dari berbagai budaya. Kemurnian itu didapat dari hasil perenungan yang mendalam. Genre yang diambil oleh Sarmon, kata Mas Heru, ialah puisi tentang puisi. Sebuah mode puisi yang jarang digunakan, penyair menggagaskan filosofinya tentang puisi, yang begitu nampak misalnya dalam puisi Sarmon berjudul “Kematian Puisi,” “Sarah Monica,” dan “Pengakuan.” Memang cukup lama. Bangkitnya Kemurungan ditulis oleh Sarah Monica dalam rentang 13 tahun, dari 2010 hingga 2022. Rentang waktu yang cukup panjang ini menyuguhkan pembacaan atas perjalanan kehidupan yang penuh dengan kekacauan, penindasan, peperangan, serta kedukaan. Bukan berguna atau tidak eksistensi puisi di tengah kacau balau kehidupan, buku karya Sarmon ini menjadi kawan perjalanan dalam dunia yang penuh duka, untuk terus menggali kemurnian-kemurnian, untuk hidup dalam tempo yang lebih lambat—tidak tergesa-gesa. Tampak sekali, Sarmon memposisikan dirinya sebagai bagian dari semesta. Yang membuatnya merasa bahwa dirinya memiliki keterikatan yang kuat dengan entitas lain. Bahkan, ujar Mas Heru, Bangkitnya Kemurungan menjadi tanda bahwa penulis buku tersebut mampu menemukan kedalaman makna dan arti, ‘melebih’ makna dan arti yang disuguhkan dalam teori antropologi yang selama ini digeluti di kampus. Raudal Tanjung Banua menyanjung Bangkitnya Kemurungan sebagai antologi puisi yang sudah matang, tidak tergesa-gesa, serta penuh dengan renungan spiritual. Dengan nada penuh nasihat, Nasirun berujar bahwa jalan Sarmon untuk menemukan dirinya lewat puisi. Jalan yang terus disusuri untuk mengenali diri yang sejati, yang akan mengantarkan pada muara Yang Transenden.  
Sarah Monica  Segalanya adalah tanya. Di malam-malam menangis di jalan-jalan panjang kerinduan pergilah dalam pencarianmu terbakarlah di palung dadamu. Kau merasuki masa lampau mencandu hikmah di bibir peristiwa. Mata tempatmu belajar berbahasa memenjarakanmu dalam semu belantara segala nafsu. Perjalananmu, Sarah Monica menjauhi diri demi mendekati keabadian, mencuri misteri dari bisik batu dan kebisingan, mengintip kartu-kartu takdir yang dimainkan Tuhan lalu kau tertawakan.  
]]>
https://beritabaru.co/wp-content/uploads/2023/11/IMG_20231121_105600-277x300.jpg
Kisah Inspiratif Victor Reynard Runtung Mengejar Beasiswa Sarjana Computer Science di China https://beritabaru.co/kisah-inspiratif-victor-reynard-runtung-mengejar-beasiswa-sarjana-computer-science-di-china/ Tue, 07 Nov 2023 07:43:41 +0000 https://beritabaru.co/?p=178224 Kisah Inspiratif Victor Reynard Runtung Mengejar Beasiswa Sarjana Computer Science di China

Berita Baru, Jakarta - Victor Reynard Runtung, seorang siswa SMA Maitreyawira berhasil mencapai keinginannya untuk mendapatkan beasiswa penuh jenjang sarjana Computer Science di Anhui University, China. Adapun, Victor menyebutkan dirinya memilih program studi Computer Science karena melihat potensi dan relevansi luar biasa di era digital saat ini. Victor juga mencatat bahwa pilihan untuk belajar di luar negeri, khususnya di China, memberinya kesempatan untuk menggali keahlian dalam bidang ilmu komputer di lingkungan yang sangat berbeda. Ia memiliki kesempatan untuk dapat melihat bagaimana teknologi digunakan dan dikembangkan pada negara dengan budaya yang unik. Selain itu, interaksi dengan mahasiswa maupun dosen dari latar belakang yang beragam juga akan memberinya perspektif global yang cukup berharga. “Saya ingin menambah koneksi dan belajar lebih mendalam bahasa dan budaya luar dengan berkuliah langsung disana”, ucap Victor. Meskipun proses mendapatkan beasiswa untuk studi di luar negeri tidak selalu mudah, Victor menyadari bahwa persiapan dan usaha untuk memenuhi persyaratan beasiswa memerlukan komitmen yang tinggi. Ia melihat hal ini sebagai investasi jangka panjang yang sangat bernilai karena mendapatkan beasiswa untuk belajar Computer Science di Anhui University memberinya peluang dalam mengejar impian akademiknya tanpa harus khawatir tentang beban finansial yang berat. Victor dibantu oleh Yoedu Study Network, sebuah lembaga konsultan pendidikan yang sejak tahun 2020 telah membantu lebih dari 200 siswa untuk mempersiapkan proses pendaftaran beasiswa dan pemilihan kampus unggulan di China sesuai dengan minat yang dimiliki. Diketahui dari laman resmi Yoedu, beasiswa tersebut dapat mencakup biaya kuliah, biaya asrama, dan tunjangan hidup setiap bulannya. Victor menjelaskan bahwa Yoedu telah memberikan banyak bantuan lainnya dalam pengaturan perjalanan sampai dengan tiba di kampus tujuan, termasuk proses pengurusan asrama, melaporkan diri ke pihak berwenang, serta mendukung pembuatan kartu mahasiswa dan SIM card di China. “Yoedu telah membantu saya dalam banyak hal, terutama dalam mengurus tiket pesawat dan bagasi keberangkatan. Yoedu juga membantu mengurus tempat penginapan disaat kami transit di china. Lalu saat sampai di kampus, Yoedu juga masih membantu proses pengurusan asrama, lapor polisi, serta pembuatan kartu mahasiswa dan sim card China, ” jelasnya. Melalui adanya pelayanan yang diberikan oleh Tim Yoedu, Victor merasa didukung dan siap menghadapi tantangan yang mungkin timbul selama perjalanan pendidikannya. Tidak lupa, Victor juga menyarankan agar siswa lain yang berencana untuk kuliah di luar negeri mencoba sendiri dan tidak terlalu mendengarkan pendapat orang lain. Ia menekankan pentingnya pengalaman diri sendiri dan menikmati setiap momen yang ada.]]>
Kisah Inspiratif Victor Reynard Runtung Mengejar Beasiswa Sarjana Computer Science di China

Berita Baru, Jakarta - Victor Reynard Runtung, seorang siswa SMA Maitreyawira berhasil mencapai keinginannya untuk mendapatkan beasiswa penuh jenjang sarjana Computer Science di Anhui University, China. Adapun, Victor menyebutkan dirinya memilih program studi Computer Science karena melihat potensi dan relevansi luar biasa di era digital saat ini. Victor juga mencatat bahwa pilihan untuk belajar di luar negeri, khususnya di China, memberinya kesempatan untuk menggali keahlian dalam bidang ilmu komputer di lingkungan yang sangat berbeda. Ia memiliki kesempatan untuk dapat melihat bagaimana teknologi digunakan dan dikembangkan pada negara dengan budaya yang unik. Selain itu, interaksi dengan mahasiswa maupun dosen dari latar belakang yang beragam juga akan memberinya perspektif global yang cukup berharga. “Saya ingin menambah koneksi dan belajar lebih mendalam bahasa dan budaya luar dengan berkuliah langsung disana”, ucap Victor. Meskipun proses mendapatkan beasiswa untuk studi di luar negeri tidak selalu mudah, Victor menyadari bahwa persiapan dan usaha untuk memenuhi persyaratan beasiswa memerlukan komitmen yang tinggi. Ia melihat hal ini sebagai investasi jangka panjang yang sangat bernilai karena mendapatkan beasiswa untuk belajar Computer Science di Anhui University memberinya peluang dalam mengejar impian akademiknya tanpa harus khawatir tentang beban finansial yang berat. Victor dibantu oleh Yoedu Study Network, sebuah lembaga konsultan pendidikan yang sejak tahun 2020 telah membantu lebih dari 200 siswa untuk mempersiapkan proses pendaftaran beasiswa dan pemilihan kampus unggulan di China sesuai dengan minat yang dimiliki. Diketahui dari laman resmi Yoedu, beasiswa tersebut dapat mencakup biaya kuliah, biaya asrama, dan tunjangan hidup setiap bulannya. Victor menjelaskan bahwa Yoedu telah memberikan banyak bantuan lainnya dalam pengaturan perjalanan sampai dengan tiba di kampus tujuan, termasuk proses pengurusan asrama, melaporkan diri ke pihak berwenang, serta mendukung pembuatan kartu mahasiswa dan SIM card di China. “Yoedu telah membantu saya dalam banyak hal, terutama dalam mengurus tiket pesawat dan bagasi keberangkatan. Yoedu juga membantu mengurus tempat penginapan disaat kami transit di china. Lalu saat sampai di kampus, Yoedu juga masih membantu proses pengurusan asrama, lapor polisi, serta pembuatan kartu mahasiswa dan sim card China, ” jelasnya. Melalui adanya pelayanan yang diberikan oleh Tim Yoedu, Victor merasa didukung dan siap menghadapi tantangan yang mungkin timbul selama perjalanan pendidikannya. Tidak lupa, Victor juga menyarankan agar siswa lain yang berencana untuk kuliah di luar negeri mencoba sendiri dan tidak terlalu mendengarkan pendapat orang lain. Ia menekankan pentingnya pengalaman diri sendiri dan menikmati setiap momen yang ada.]]>
https://beritabaru.co/wp-content/uploads/2023/11/WhatsApp-Image-2023-11-07-at-14.42.55-300x225.jpeg
Cerita malam. Siapa Penceramah yang di terima dan di tolak…? https://beritabaru.co/cerita-malam-siapa-penceramah-yang-di-terima-dan-di-tolak/ Tue, 25 Jul 2023 12:04:24 +0000 https://beritabaru.co/?p=174456 Cerita malam. Siapa Penceramah yang di terima dan di tolak…?

Oleh: Taufik Hasyim*)

Sejak beberapa minggu lalu, banyak pertanyaan masuk ke saya baik melalui telpon atau tulisan WhatsApp (WA) .

Kenapa KH Imaduddin di tolak? dulu Gus Muwafiq ditolak dan KH Makruf Amin di hadang, sedangkan penceramah Si A, dan Si B tidak di tolak.

Dalam benak saya juga timbul pertanyaan itu dan sampai saat ini saya belum menemukan jawaban yang bisa di terima baik oleh akal maupun oleh nalar keagamaan.

Jika kita memaknai penceramah atau Da'i, adalah orang yang berdakwah mengajak umat untuk patuh menjalankan perintah Allah dan perintah Rasulullah serta menjauhi larangan Allah dan larangan Rasululllah yang tentunya Dia harus paham tentang hukum-hukum syariat dan bisa menyampaikan hukum-hukum itu kepada umat melalui berbagai cara, baik melalui pengajian di pasantren, madrasah, majlis ta'lim maupun di mimbar pengajian yang diadakan oleh masyarakat.

Berbeda dengan kampanye politik yang tidak mengharuskan oratornya paham dalam ilmu agama.

Namun akhir akhir ini di madura sering terjadi penolakan terhadap penceramah tertentu untuk tidak datang ke madura dengan alasan yang kurang jelas.

Hal ini membuat saya sebagai orang awam tidak paham apa syarat dan kualifikasi seorang penceramah ditolak atau di terima di madura ketika tebang pilih dalam menerima atau menolak seseorang.

Jika kualifikasinya seorang penceramah harus diterima dan di tolak adalah keilmuan, kenapa seorang yang ilmu agamanya di ragukan dan menafsiri al qur'an seenaknya (menafsiri hewan sebagai ulama, misalnya) bisa di terima? Namun jika di luar kelompoknya meskipun keilmuan dan sanad ilmunya jelas kenapa di tolak?

Lalu, jika syarat dan kualifikasi penceramah ditolak dan diterima adalah uswah, kenapa penceramah yang materi ceramahnya tidak jelas, caci maki dan ujaran kebencian di terima, padahal kita tau bahwa Rasulullah SAW tidak pernah mencaci dan selalu santun dalam berdakwah, sedangkan penceramah yang santun dan penuh ilmiah di tolak?

Jika melihat tujuan mengundang Da'i itu untuk mengajak umat agar takwa pada Allah, mengajak persatuan, mengajak perdamaian, lantas kenapa yang terjadi sebaliknya? Hal ini tentunya menjadi pertanyan di benak orang orang yang berfikir jernih dan objektif.

Sebagai hamba Allah, Manusia seharusnya rendah diri, merasa hina disisi Allah. Sebab hanya Allah-lah yang satu-satunya Tuhan pemilik alam semesta jagad raya ini, hanya Dia yang berhak mengatur alam dan isinya bukan manusia yang posisinya sebagai Hamba.

Allah yang akan memberi hidayah pada siapapun yang di kehendaki dan Allah juga yang akan menyiksa siapapun yang di kehendaki.


Manusai hanya di tugas oleh Allah untuk menyampaikan (tabligh) risalah ketauhidan dan hukum syariat. Manusia tidak diperintah untuk menghukum, mengkafirkan, menilai dan memunafikan hamba lainnya.

Imam Syafii, pendiri Madzhab Syafii men-sunnahkan Doa Qunut waktu Shalat Subuh, Imam Hambali tidak men-sunnahkan Doa Qunut waktu Shalat Subuh. namun keduanya saling menghargai dan pengikutnya tidak saling menolak.

Kita perlu meniru para ulama ulama terdahulu, selama perbedaan itu bukan masalah Ushul yang mengakibatkan Fatalnya keimanan seseorang, sudah selayaknya saling menghormati, sebab sebagai sesama hamba kita sedang ber-ijtihad mecari jalan menuju Ridlo-Nya.


Bukankah Nabi bersabda, bahwa "Barang siapa ber-ijtihad dan benar, maka akan mendapat dua pahala, dan jika salah, akan mendapatkan satu pahala".

Kami akan berdakwah, berjalan sesuai ijtihad kami dan ijtihad guru-guru kami, silahkan kalian ber-dakwah sesuai dengan jalan kalian, mari berjalan bersama sama menuju Ridlo-nya sesuai ijtihad kita masing-masing, sebab tidak ada jaminan tentang ijtihad siapa yang benar di mata Allah. SWT.


Perbuatan kita, amal kita, bahkan kebaikan kita-pun berasal dari-Nya.

Allahul Musta'an.

*) Ketua PCNU Pamekasan

]]>
Cerita malam. Siapa Penceramah yang di terima dan di tolak…?

Oleh: Taufik Hasyim*)

Sejak beberapa minggu lalu, banyak pertanyaan masuk ke saya baik melalui telpon atau tulisan WhatsApp (WA) .

Kenapa KH Imaduddin di tolak? dulu Gus Muwafiq ditolak dan KH Makruf Amin di hadang, sedangkan penceramah Si A, dan Si B tidak di tolak.

Dalam benak saya juga timbul pertanyaan itu dan sampai saat ini saya belum menemukan jawaban yang bisa di terima baik oleh akal maupun oleh nalar keagamaan.

Jika kita memaknai penceramah atau Da'i, adalah orang yang berdakwah mengajak umat untuk patuh menjalankan perintah Allah dan perintah Rasulullah serta menjauhi larangan Allah dan larangan Rasululllah yang tentunya Dia harus paham tentang hukum-hukum syariat dan bisa menyampaikan hukum-hukum itu kepada umat melalui berbagai cara, baik melalui pengajian di pasantren, madrasah, majlis ta'lim maupun di mimbar pengajian yang diadakan oleh masyarakat.

Berbeda dengan kampanye politik yang tidak mengharuskan oratornya paham dalam ilmu agama.

Namun akhir akhir ini di madura sering terjadi penolakan terhadap penceramah tertentu untuk tidak datang ke madura dengan alasan yang kurang jelas.

Hal ini membuat saya sebagai orang awam tidak paham apa syarat dan kualifikasi seorang penceramah ditolak atau di terima di madura ketika tebang pilih dalam menerima atau menolak seseorang.

Jika kualifikasinya seorang penceramah harus diterima dan di tolak adalah keilmuan, kenapa seorang yang ilmu agamanya di ragukan dan menafsiri al qur'an seenaknya (menafsiri hewan sebagai ulama, misalnya) bisa di terima? Namun jika di luar kelompoknya meskipun keilmuan dan sanad ilmunya jelas kenapa di tolak?

Lalu, jika syarat dan kualifikasi penceramah ditolak dan diterima adalah uswah, kenapa penceramah yang materi ceramahnya tidak jelas, caci maki dan ujaran kebencian di terima, padahal kita tau bahwa Rasulullah SAW tidak pernah mencaci dan selalu santun dalam berdakwah, sedangkan penceramah yang santun dan penuh ilmiah di tolak?

Jika melihat tujuan mengundang Da'i itu untuk mengajak umat agar takwa pada Allah, mengajak persatuan, mengajak perdamaian, lantas kenapa yang terjadi sebaliknya? Hal ini tentunya menjadi pertanyan di benak orang orang yang berfikir jernih dan objektif.

Sebagai hamba Allah, Manusia seharusnya rendah diri, merasa hina disisi Allah. Sebab hanya Allah-lah yang satu-satunya Tuhan pemilik alam semesta jagad raya ini, hanya Dia yang berhak mengatur alam dan isinya bukan manusia yang posisinya sebagai Hamba.

Allah yang akan memberi hidayah pada siapapun yang di kehendaki dan Allah juga yang akan menyiksa siapapun yang di kehendaki.


Manusai hanya di tugas oleh Allah untuk menyampaikan (tabligh) risalah ketauhidan dan hukum syariat. Manusia tidak diperintah untuk menghukum, mengkafirkan, menilai dan memunafikan hamba lainnya.

Imam Syafii, pendiri Madzhab Syafii men-sunnahkan Doa Qunut waktu Shalat Subuh, Imam Hambali tidak men-sunnahkan Doa Qunut waktu Shalat Subuh. namun keduanya saling menghargai dan pengikutnya tidak saling menolak.

Kita perlu meniru para ulama ulama terdahulu, selama perbedaan itu bukan masalah Ushul yang mengakibatkan Fatalnya keimanan seseorang, sudah selayaknya saling menghormati, sebab sebagai sesama hamba kita sedang ber-ijtihad mecari jalan menuju Ridlo-Nya.


Bukankah Nabi bersabda, bahwa "Barang siapa ber-ijtihad dan benar, maka akan mendapat dua pahala, dan jika salah, akan mendapatkan satu pahala".

Kami akan berdakwah, berjalan sesuai ijtihad kami dan ijtihad guru-guru kami, silahkan kalian ber-dakwah sesuai dengan jalan kalian, mari berjalan bersama sama menuju Ridlo-nya sesuai ijtihad kita masing-masing, sebab tidak ada jaminan tentang ijtihad siapa yang benar di mata Allah. SWT.


Perbuatan kita, amal kita, bahkan kebaikan kita-pun berasal dari-Nya.

Allahul Musta'an.

*) Ketua PCNU Pamekasan

]]>
https://beritabaru.co/wp-content/uploads/2023/07/1618610340-300x169.jpeg
Melihat Kembali Penyebaran Islam di Nusantara Bersama Lutfi Ghozali https://beritabaru.co/melihat-kembali-penyebaran-islam-di-nusantara-bersama-lutfi-ghozali/ https://beritabaru.co/melihat-kembali-penyebaran-islam-di-nusantara-bersama-lutfi-ghozali/#respond Fri, 23 Sep 2022 09:20:31 +0000 https://beritabaru.co/?p=133329 Islam

Berita Baru, Tokoh – Islam tiba di Indonesia bukan tanpa sebab. Ada proses yang rumit di balik penyebaran Islam hingga ke Nusantara. Beberapa teori muncul ke permukaan, mencoba memberikan argumentasi yang paling logis untuknya.

Pandangan yang paling populer menyebut, Islam datang ke Indonesia melalui perdagangan. Para pedaganglah—entah yang dari India atau pun Timur Tengah—yang bertanggung jawab atas tersebarnya Islam di Nusantara.

Meski demikian, dalam gelar wicara Bercerita ke-104 Beritabaru.co, penulis buku Nyarkub Menyulam Silam Lutfi Ghozali tidak sependapat dengan teori tersebut. Ia mengatakan, pada masa itu, pedagang menempati kasta bawah, sedangkan berdakwah adalah tugas bagi mereka yang berada di kasta atas.

Dengan ungkapan lain, untuk menyebarkan Islam bukanlah kapasitas para pedagang. Jadi, ketika orang menyebut, Islam disebarkan lewat perdagangan, ini perlu dipertanyakan.

“Ada yang tidak tepat ya. Pedagang pada masa itu tidak memiliki kapasitas untuk menyebarkan Islam karena mereka tergolong kasta bawah,” kata Gus Lutfi, sapaan akrabnya, pada Rabu (21/9).  

Gus Lutfi lebih sependapat dengan dua teori lainnya: politik dan pernikahan. Yang paling masuk akal, ungkapnya, adalah teori politik dan kemudian disusul teori pernikahan. Islam tiba di Indonesia karena faktor politik dan berkembang melalui pernikahan.

Apa bukti Islam benar-benar ada di Nusantara?

Eksistensi Islam di Nusantara, menurut Gus Lutfi, bisa dibuktikan melalui tiga (3) hal secara umum: peninggalan berupa kitab-kitab, ageman, dan bangunan.

Ageman merujuk pada dua (2) model, yakni busana dan pusaka. “Dari ujung barat sampai timur nusantara, ada beragam busana dan pusaka yang kita miliki,” ungkapnya.

Adapun bangunan bisa berupa yang profan seperti keraton dan bangsal, dan yang sakral meliputi masjid dan makam. Semua unsur masjid dan elemen-elemen yang ada dalam makam masuk dalam kategori bangunan sakral yang menandai bahwa Islam benar-benar ada pada satu waktu di masa lalu.

“Dari peta bukti penyebaran Islam itu, banyak kajian sudah dilakukan kecuali yang di bagian makam. Soal makam ini masih jarang yang menyentuh, khususnya dari santri. Jadi, sebab itulah saya tertarik mendalaminya,” jelas Gus Lutfi.

Membaca masa lalu Islam dari nisan

Dalam diskusi yang ditemani oleh Al Muiz Liddinillah ini, Gus Lutfi juga bercerita tentang jenis dan spesifikasi nisan.

Dari segi jenis, nisan bisa dibedakan menjadi dua (2): nisan demak dan troloyo. “Ini teori umum ya. Tapi yang menarik dari ini adalah bahwa pembagian ini tidak sesederhana bahwa ini nisan demak dan ini nisan troloyo,” katanya.

Adapun dari segi spesifikasi, ada empat (4) model yang bisa dicermati, yakni berdasarkan darah atau keturunan, berdasarkan keilmuan, hierarki politik, tanda kematian.

Pertama merujuk pada tanda biologis. Suatu nisan di suatu tempat terhubung dengan nisan di tempat lain karena ada hubungan darah. Biasanya ada simbol khusus yang mengaitkan keduanya.

Kedua lebih pada relasi guru-murid. Seorang murid bisa saja berkelana ke suatu tempat yang jauh dari gurunya, tapi ketika meninggal nisan yang akan digunakan adalah nisan yang gurunya pakai.

“Dari pakem nisan seperti ini kan kita akhirnya bisa melihat bagaimana Islam dulu disebarkan ya,” tutur Gus Lutfi.

“Contohnya, ada itu makam di daerah Nganjuk yang nisannya sama dengan nisan di wilayah Ampel Denta. Dari situ, kita bisa menarik kesimpulan bahwa keduanya terikat dan ikatan yang paling masuk akal adalah guru-murid,” imbuhnya.

Ketiga menunjuk nisan yang dibedakan karena jabatan politik. Biasanya, urutannya begini: pembesar, keluarga utama, dan hierarki pejabat.

“Dari Nisan juga, kita bisa membaca hierarki politik,” kata Gus Lutfi dalam podcast bertema Menyulam Sejarah Islam dari Nisan Kuburan ini.

Terakhir condong pada apa pun yang tidak ada di tiga poin sebelumnya. Spesifikasi nisan yang ini sekadar sebagai tanda kematian.

Karena itu, bahan yang digunakan adalah kayu atau yang gampang rusak. Ini berbeda dari nisan-nisan sebelumnya yang bahannya dari batu, entah batu kaput maupun andesit.

“Soal batu apa yang digunakan, itu tergantung pada sumber daya alam yang ada. Di Ampel Denta, batu yang dipakai adalah kapur dan andesit, sedangkan di Giri Kedaton batu karang,” jelasnya.

]]>
Islam

Berita Baru, Tokoh – Islam tiba di Indonesia bukan tanpa sebab. Ada proses yang rumit di balik penyebaran Islam hingga ke Nusantara. Beberapa teori muncul ke permukaan, mencoba memberikan argumentasi yang paling logis untuknya.

Pandangan yang paling populer menyebut, Islam datang ke Indonesia melalui perdagangan. Para pedaganglah—entah yang dari India atau pun Timur Tengah—yang bertanggung jawab atas tersebarnya Islam di Nusantara.

Meski demikian, dalam gelar wicara Bercerita ke-104 Beritabaru.co, penulis buku Nyarkub Menyulam Silam Lutfi Ghozali tidak sependapat dengan teori tersebut. Ia mengatakan, pada masa itu, pedagang menempati kasta bawah, sedangkan berdakwah adalah tugas bagi mereka yang berada di kasta atas.

Dengan ungkapan lain, untuk menyebarkan Islam bukanlah kapasitas para pedagang. Jadi, ketika orang menyebut, Islam disebarkan lewat perdagangan, ini perlu dipertanyakan.

“Ada yang tidak tepat ya. Pedagang pada masa itu tidak memiliki kapasitas untuk menyebarkan Islam karena mereka tergolong kasta bawah,” kata Gus Lutfi, sapaan akrabnya, pada Rabu (21/9).  

Gus Lutfi lebih sependapat dengan dua teori lainnya: politik dan pernikahan. Yang paling masuk akal, ungkapnya, adalah teori politik dan kemudian disusul teori pernikahan. Islam tiba di Indonesia karena faktor politik dan berkembang melalui pernikahan.

Apa bukti Islam benar-benar ada di Nusantara?

Eksistensi Islam di Nusantara, menurut Gus Lutfi, bisa dibuktikan melalui tiga (3) hal secara umum: peninggalan berupa kitab-kitab, ageman, dan bangunan.

Ageman merujuk pada dua (2) model, yakni busana dan pusaka. “Dari ujung barat sampai timur nusantara, ada beragam busana dan pusaka yang kita miliki,” ungkapnya.

Adapun bangunan bisa berupa yang profan seperti keraton dan bangsal, dan yang sakral meliputi masjid dan makam. Semua unsur masjid dan elemen-elemen yang ada dalam makam masuk dalam kategori bangunan sakral yang menandai bahwa Islam benar-benar ada pada satu waktu di masa lalu.

“Dari peta bukti penyebaran Islam itu, banyak kajian sudah dilakukan kecuali yang di bagian makam. Soal makam ini masih jarang yang menyentuh, khususnya dari santri. Jadi, sebab itulah saya tertarik mendalaminya,” jelas Gus Lutfi.

Membaca masa lalu Islam dari nisan

Dalam diskusi yang ditemani oleh Al Muiz Liddinillah ini, Gus Lutfi juga bercerita tentang jenis dan spesifikasi nisan.

Dari segi jenis, nisan bisa dibedakan menjadi dua (2): nisan demak dan troloyo. “Ini teori umum ya. Tapi yang menarik dari ini adalah bahwa pembagian ini tidak sesederhana bahwa ini nisan demak dan ini nisan troloyo,” katanya.

Adapun dari segi spesifikasi, ada empat (4) model yang bisa dicermati, yakni berdasarkan darah atau keturunan, berdasarkan keilmuan, hierarki politik, tanda kematian.

Pertama merujuk pada tanda biologis. Suatu nisan di suatu tempat terhubung dengan nisan di tempat lain karena ada hubungan darah. Biasanya ada simbol khusus yang mengaitkan keduanya.

Kedua lebih pada relasi guru-murid. Seorang murid bisa saja berkelana ke suatu tempat yang jauh dari gurunya, tapi ketika meninggal nisan yang akan digunakan adalah nisan yang gurunya pakai.

“Dari pakem nisan seperti ini kan kita akhirnya bisa melihat bagaimana Islam dulu disebarkan ya,” tutur Gus Lutfi.

“Contohnya, ada itu makam di daerah Nganjuk yang nisannya sama dengan nisan di wilayah Ampel Denta. Dari situ, kita bisa menarik kesimpulan bahwa keduanya terikat dan ikatan yang paling masuk akal adalah guru-murid,” imbuhnya.

Ketiga menunjuk nisan yang dibedakan karena jabatan politik. Biasanya, urutannya begini: pembesar, keluarga utama, dan hierarki pejabat.

“Dari Nisan juga, kita bisa membaca hierarki politik,” kata Gus Lutfi dalam podcast bertema Menyulam Sejarah Islam dari Nisan Kuburan ini.

Terakhir condong pada apa pun yang tidak ada di tiga poin sebelumnya. Spesifikasi nisan yang ini sekadar sebagai tanda kematian.

Karena itu, bahan yang digunakan adalah kayu atau yang gampang rusak. Ini berbeda dari nisan-nisan sebelumnya yang bahannya dari batu, entah batu kaput maupun andesit.

“Soal batu apa yang digunakan, itu tergantung pada sumber daya alam yang ada. Di Ampel Denta, batu yang dipakai adalah kapur dan andesit, sedangkan di Giri Kedaton batu karang,” jelasnya.

]]>
https://beritabaru.co/melihat-kembali-penyebaran-islam-di-nusantara-bersama-lutfi-ghozali/feed/ 0 https://beritabaru.co/wp-content/uploads/2022/09/20220923_161029-300x300.jpg
Desa Mandiri Energi dan Optimisme Robi Juandry https://beritabaru.co/desa-mandiri-energi-dan-optimisme-robi-juandry/ https://beritabaru.co/desa-mandiri-energi-dan-optimisme-robi-juandry/#respond Wed, 14 Sep 2022 04:10:10 +0000 https://beritabaru.co/?p=132537 Energi

Berita Baru, Tokoh – Ketika bertemu dengan World Bank pada 16 Februari 2022, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan, pemerintah komitmen mencapai 23 persen penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) pada bauran energi di tahun 2025.

Di akhir 2021, ungkapnya, bauran energi dari EBT mencapai 11,7 persen. Melihat potensi EBT di Indonesia yang melimpah, pemerintah optimis bisa secepatnya melakukan transisi dari energi fosil ke EBT agar target Net Zero Emission (NZE) 2060 bisa tercapai.

Di celah ini, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Energi Mahasiswa Indonesia (DEM I) Robi Juandry masuk dengan tawaran gagasan Desa Mandiri Energi (DME).

Dalam gelar wicara Bercerita Beritabaru.co ke-103, berkenaan dengan target Kementerian ESDM tersebut, Robi mengatakan DME bisa memainkan peran penting, khususnya pada bagian pemenuhan energi listrik di pedesaan.

Kenyataan bahwa DME identik dengan pengoptimalan EBT merupakan alasan mengapa demikian. Desa-desa di Indonesia, tegas Robi, memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah untuk menjadi desa mandiri energi berbasis EBT.

Ia memberi contoh sungai dan peternakan. Di banyak desa, sungai dan peternakan bisa dengan mudah ditemukan.

Melalui sungai, Pemerintah Desa (Pemdes) atau masyarakat setempat bisa mendapatkan energi dari mikro hidro dan melalui peternakan, mereka bisa memakai metode biogas.

“Dari situ kan nanti kita bisa mengalirkan listrik, sehingga desa-desa bisa mandiri energi,” ungkap Robi pada Selasa (13/9).  

Melampaui kendala laten keadilan energi

SDA di desa mendukung untuk membangun DME, tapi untuk mengalihkan aliran sungai menjadi energi listrik misalnya membutuhkan biaya yang tidak murah.

Di waktu bersamaan, Kata Robi, prioritas penganggaran nasional belum tertuju pada transisi ke EBT. Ini adalah persoalan.

“Butuh biaya memang dan sedangkan untuk konteks desa, anggaran khusus ke arah itu belum ada,” jelasnya.

Meski demikian, Robi masih optimis dengan program DME. Optimisme Robi bukan tanpa alasan.

Kepercayaannya pada DME berkelindan dengan budaya gotong royong. Robi melihat, soal anggaran, solusi selalu ada.

Pertama, desa bisa memberdayakan potensi pemuda. Jika pemuda dioptimalkan, diberi fasilitas, diberi akses untuk berjejaring, pengoptimalan SDA sebagai sumber EBT sangat mungkin terjadi.

Kedua, desa bisa memanfaatkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan yang ada di wilayahnya.

“Ini sekalian membantu mereka agar dana CSR tepat sasaran dan dana ini nilainya lumayan,” kata Robi dalam diskusi yang didampingi oleh Annisa Nuril Deanty host Beritabaru.co.  

Ketiga bisa dilakukan melalui iuran. Hari ini, tandas Robi, untuk keperluan publik, desa berpeluang untuk memanfaatkan platform iuran digital dengan sasaran seluruh masyarakat Indonesia.

“Ada banyak platform ya sekarang dan kita bisa menggunakannya untuk menggali dana guna membangun infrastruktur untuk sumber EBT di desa. Tinggal nanti kita perlu memetakan desa mana saja yang butuh dengan pertimbangan yang logis dan bermanfaat bagi publik,” paparnya.  

Dengan ungkapan lain, DME perlu untuk dikembangkan bersama. Di samping untuk memberi hak energi masyarakat yang desanya belum teraliri listik dengan baik, ini juga krusial agar Indonesia bisa memiliki energi berbasis EBT yang ramah lingkungan.

]]>
Energi

Berita Baru, Tokoh – Ketika bertemu dengan World Bank pada 16 Februari 2022, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan, pemerintah komitmen mencapai 23 persen penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) pada bauran energi di tahun 2025.

Di akhir 2021, ungkapnya, bauran energi dari EBT mencapai 11,7 persen. Melihat potensi EBT di Indonesia yang melimpah, pemerintah optimis bisa secepatnya melakukan transisi dari energi fosil ke EBT agar target Net Zero Emission (NZE) 2060 bisa tercapai.

Di celah ini, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Energi Mahasiswa Indonesia (DEM I) Robi Juandry masuk dengan tawaran gagasan Desa Mandiri Energi (DME).

Dalam gelar wicara Bercerita Beritabaru.co ke-103, berkenaan dengan target Kementerian ESDM tersebut, Robi mengatakan DME bisa memainkan peran penting, khususnya pada bagian pemenuhan energi listrik di pedesaan.

Kenyataan bahwa DME identik dengan pengoptimalan EBT merupakan alasan mengapa demikian. Desa-desa di Indonesia, tegas Robi, memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah untuk menjadi desa mandiri energi berbasis EBT.

Ia memberi contoh sungai dan peternakan. Di banyak desa, sungai dan peternakan bisa dengan mudah ditemukan.

Melalui sungai, Pemerintah Desa (Pemdes) atau masyarakat setempat bisa mendapatkan energi dari mikro hidro dan melalui peternakan, mereka bisa memakai metode biogas.

“Dari situ kan nanti kita bisa mengalirkan listrik, sehingga desa-desa bisa mandiri energi,” ungkap Robi pada Selasa (13/9).  

Melampaui kendala laten keadilan energi

SDA di desa mendukung untuk membangun DME, tapi untuk mengalihkan aliran sungai menjadi energi listrik misalnya membutuhkan biaya yang tidak murah.

Di waktu bersamaan, Kata Robi, prioritas penganggaran nasional belum tertuju pada transisi ke EBT. Ini adalah persoalan.

“Butuh biaya memang dan sedangkan untuk konteks desa, anggaran khusus ke arah itu belum ada,” jelasnya.

Meski demikian, Robi masih optimis dengan program DME. Optimisme Robi bukan tanpa alasan.

Kepercayaannya pada DME berkelindan dengan budaya gotong royong. Robi melihat, soal anggaran, solusi selalu ada.

Pertama, desa bisa memberdayakan potensi pemuda. Jika pemuda dioptimalkan, diberi fasilitas, diberi akses untuk berjejaring, pengoptimalan SDA sebagai sumber EBT sangat mungkin terjadi.

Kedua, desa bisa memanfaatkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan yang ada di wilayahnya.

“Ini sekalian membantu mereka agar dana CSR tepat sasaran dan dana ini nilainya lumayan,” kata Robi dalam diskusi yang didampingi oleh Annisa Nuril Deanty host Beritabaru.co.  

Ketiga bisa dilakukan melalui iuran. Hari ini, tandas Robi, untuk keperluan publik, desa berpeluang untuk memanfaatkan platform iuran digital dengan sasaran seluruh masyarakat Indonesia.

“Ada banyak platform ya sekarang dan kita bisa menggunakannya untuk menggali dana guna membangun infrastruktur untuk sumber EBT di desa. Tinggal nanti kita perlu memetakan desa mana saja yang butuh dengan pertimbangan yang logis dan bermanfaat bagi publik,” paparnya.  

Dengan ungkapan lain, DME perlu untuk dikembangkan bersama. Di samping untuk memberi hak energi masyarakat yang desanya belum teraliri listik dengan baik, ini juga krusial agar Indonesia bisa memiliki energi berbasis EBT yang ramah lingkungan.

]]>
https://beritabaru.co/desa-mandiri-energi-dan-optimisme-robi-juandry/feed/ 0 https://beritabaru.co/wp-content/uploads/2022/09/20220914_110208-300x300.jpg
Kronologi Perjalanan Hidup Penulis Kontroversial Salman Rushdie https://beritabaru.co/kronologi-perjalanan-hidup-penulis-kontroversial-salman-rushdie/ https://beritabaru.co/kronologi-perjalanan-hidup-penulis-kontroversial-salman-rushdie/#respond Sat, 13 Aug 2022 12:03:21 +0000 https://beritabaru.co/?p=129330 Salman Rushdie menjadi sorotan dengan novel keduanya "Midnight's Children" pada tahun 1981, yang memenangkan pujian internasional dan Penghargaan Booker bergengsi Inggris. Foto: Charly Triballeau/AFP.

Berita Baru – Penulis kontroversial Salman Rushdie mempunyai jalan panjang sebelum akhirnya ia kini dirawat di rumah sakit setelah insiden penikaman dirinya pada Jumat (12/8) kemarin.

Karya kontroversialnya, The Satanic Verses, tidak hanya mendapat kecaman dan dilarang terbit di beberapa negara, termasuk tempat lahirnya di India, tapi juga membuat dirinya mendapat ‘bounty’ sekitar $3 juta dari pemimpin besar Iran, Ayatollah Khomeini.

Setelah itu, ia terpaksa untuk bersembunyi di Amerika Serikat dan setelah 20 tahun tinggal di AS, pada tahun 2016 ia resmi berkewarganegaraan AS.

Dikutip dari Al Jazeera, berikut adalah timeline jalan panjang kehidupan Salman Rushdie:

19 Juni 1947: Salman Rushdie lahir di Bombay, sekarang Mumbai, India.

1981: Novel keduanya, Midnight’s Children, memenangkan Booker Prize, sebuah penghargaan prestisius di dunia penulis Inggris.

1988: The Satanic Verses dirilis, namun buku itu dilarang terbit di beberapa negara, termasuk Bangladesh, Pakistan, Afrika Selatan dan negara-negara lain. India juga melarang impor buku itu.

1989: Iran mengeluarkan “fatwa” yang menyerukan agar Salman Rushdie dibunuh karena menghina Islam di dalam buku The Satanic Verses.

Sejak muncul fatwa itu, ia bersembunyi selama lebih dari satu dekade, berpindah-pindah antara rumah aman dan hidup dengan nama samaran Joseph Anton.

1990: Newsweek menerbitkan sebuah esai oleh Rushdie, In Good Faith, di mana ia berusaha untuk mempertahankan novel tersebut.

1993: Dia berpartisipasi dalam pendirian International Parliament of Writers yang bertujuan melindungi penulis dan kebebasan berbicara. Namun, organisasi itu dibubarkan pada tahun 2003.

1995: Setelah enam tahun di bawah perlindungan polisi dan tinggal di rumah persembunyian, Salman Rushdie muncul di London dalam penampilan publik pertamanya yang diumumkan sebelumnya sejak ‘fatwa’ itu dikeluarkan.

1999: Salman Rushdie diberi visa pemerintah India dan membolehkannya kembali ke tanah kelahirannya, namun keputusan ini memicu protes umat Islam di India.

2005: Buku Shalimar the Clown terbit. Buku itu banyak menceritakan mengenai daerah lembah di Pegunungan Himalaya, Kashmisr, India.

2007: Dia dianugerahi gelar kebangsawanan oleh Ratu Elizabeth II atas jasanya di bidang sastra, yang memicu protes luas di kalangan Muslim, terutama di Pakistan.

2008: Novel Midnight’s Children dinobatkan sebagai “Booker of Bookers”, sebuah penghargaan yang sangat prestesius, dan menjadikan buku itu sebagai novel pemenang Booker terbaik dalam 40 tahun.

2009: Iran mengatakan ‘bounty’ untuk Salman Rushdie “masih valid”.

Januari 2012: Rushdie membatalkan rencana menghadiri festival sastra di Jaipur, India, setelah protes dari beberapa kelompok Muslim India.

2012: Rushdie menerbitkan buku Joseph Anton, sebuah memoar yang menceritakan kisah kehidupannya bertahun-tahun hidup dalam persembunyiannya.

2014: Rushdie memenangkan Penghargaan PEN tahunan atas dukungannya terhadap kebebasan berbicara dan apa yang disebut juri sebagai bantuannya yang murah hati kepada penulis lain.

2015: Buku Two Years, Eight Months and Twenty-Eight Nights terbit.

Oktober 2015: Gesekan Salman Rushdie dan Iran terjadi saat Pameran Buku Frankfurt. Di satu sisi, Salman Rushdie memperingatkan bahaya baru terhadap kebebasan berbicara. Di sisi lain, Kementerian Kebudayaan Iran membatalkan keikutsertaannya di pameran tersebut karena Salman Rushdie.

2016: Salman Rushdie menjadi warga negara AS setelah sekitar 20 tahun tinggal di New York.

2020: Salman Rushdie kembali mendapatkan penghargaan Booker Prize dalam karya terbarunya, Quichotte. Buku Quichotte bisa dikatakan seperti versi modern dari cerita epik asal Spanyol, Don Quixote karya Miguel de Cervantes.

2022: Salman Rushdie mendapat gelar bangsawan dan menjadi Companion of Honor dalam penghargaan ulang tahun tahunan Ratu Inggris.

Agustus 2022: Rushdie diserang di atas panggung di sebuah acara sastra di Chautauqua, negara bagian New York barat, dan diterbangkan dengan helikopter ke rumah sakit setempat untuk perawatan.

]]>
Salman Rushdie menjadi sorotan dengan novel keduanya "Midnight's Children" pada tahun 1981, yang memenangkan pujian internasional dan Penghargaan Booker bergengsi Inggris. Foto: Charly Triballeau/AFP.

Berita Baru – Penulis kontroversial Salman Rushdie mempunyai jalan panjang sebelum akhirnya ia kini dirawat di rumah sakit setelah insiden penikaman dirinya pada Jumat (12/8) kemarin.

Karya kontroversialnya, The Satanic Verses, tidak hanya mendapat kecaman dan dilarang terbit di beberapa negara, termasuk tempat lahirnya di India, tapi juga membuat dirinya mendapat ‘bounty’ sekitar $3 juta dari pemimpin besar Iran, Ayatollah Khomeini.

Setelah itu, ia terpaksa untuk bersembunyi di Amerika Serikat dan setelah 20 tahun tinggal di AS, pada tahun 2016 ia resmi berkewarganegaraan AS.

Dikutip dari Al Jazeera, berikut adalah timeline jalan panjang kehidupan Salman Rushdie:

19 Juni 1947: Salman Rushdie lahir di Bombay, sekarang Mumbai, India.

1981: Novel keduanya, Midnight’s Children, memenangkan Booker Prize, sebuah penghargaan prestisius di dunia penulis Inggris.

1988: The Satanic Verses dirilis, namun buku itu dilarang terbit di beberapa negara, termasuk Bangladesh, Pakistan, Afrika Selatan dan negara-negara lain. India juga melarang impor buku itu.

1989: Iran mengeluarkan “fatwa” yang menyerukan agar Salman Rushdie dibunuh karena menghina Islam di dalam buku The Satanic Verses.

Sejak muncul fatwa itu, ia bersembunyi selama lebih dari satu dekade, berpindah-pindah antara rumah aman dan hidup dengan nama samaran Joseph Anton.

1990: Newsweek menerbitkan sebuah esai oleh Rushdie, In Good Faith, di mana ia berusaha untuk mempertahankan novel tersebut.

1993: Dia berpartisipasi dalam pendirian International Parliament of Writers yang bertujuan melindungi penulis dan kebebasan berbicara. Namun, organisasi itu dibubarkan pada tahun 2003.

1995: Setelah enam tahun di bawah perlindungan polisi dan tinggal di rumah persembunyian, Salman Rushdie muncul di London dalam penampilan publik pertamanya yang diumumkan sebelumnya sejak ‘fatwa’ itu dikeluarkan.

1999: Salman Rushdie diberi visa pemerintah India dan membolehkannya kembali ke tanah kelahirannya, namun keputusan ini memicu protes umat Islam di India.

2005: Buku Shalimar the Clown terbit. Buku itu banyak menceritakan mengenai daerah lembah di Pegunungan Himalaya, Kashmisr, India.

2007: Dia dianugerahi gelar kebangsawanan oleh Ratu Elizabeth II atas jasanya di bidang sastra, yang memicu protes luas di kalangan Muslim, terutama di Pakistan.

2008: Novel Midnight’s Children dinobatkan sebagai “Booker of Bookers”, sebuah penghargaan yang sangat prestesius, dan menjadikan buku itu sebagai novel pemenang Booker terbaik dalam 40 tahun.

2009: Iran mengatakan ‘bounty’ untuk Salman Rushdie “masih valid”.

Januari 2012: Rushdie membatalkan rencana menghadiri festival sastra di Jaipur, India, setelah protes dari beberapa kelompok Muslim India.

2012: Rushdie menerbitkan buku Joseph Anton, sebuah memoar yang menceritakan kisah kehidupannya bertahun-tahun hidup dalam persembunyiannya.

2014: Rushdie memenangkan Penghargaan PEN tahunan atas dukungannya terhadap kebebasan berbicara dan apa yang disebut juri sebagai bantuannya yang murah hati kepada penulis lain.

2015: Buku Two Years, Eight Months and Twenty-Eight Nights terbit.

Oktober 2015: Gesekan Salman Rushdie dan Iran terjadi saat Pameran Buku Frankfurt. Di satu sisi, Salman Rushdie memperingatkan bahaya baru terhadap kebebasan berbicara. Di sisi lain, Kementerian Kebudayaan Iran membatalkan keikutsertaannya di pameran tersebut karena Salman Rushdie.

2016: Salman Rushdie menjadi warga negara AS setelah sekitar 20 tahun tinggal di New York.

2020: Salman Rushdie kembali mendapatkan penghargaan Booker Prize dalam karya terbarunya, Quichotte. Buku Quichotte bisa dikatakan seperti versi modern dari cerita epik asal Spanyol, Don Quixote karya Miguel de Cervantes.

2022: Salman Rushdie mendapat gelar bangsawan dan menjadi Companion of Honor dalam penghargaan ulang tahun tahunan Ratu Inggris.

Agustus 2022: Rushdie diserang di atas panggung di sebuah acara sastra di Chautauqua, negara bagian New York barat, dan diterbangkan dengan helikopter ke rumah sakit setempat untuk perawatan.

]]>
https://beritabaru.co/kronologi-perjalanan-hidup-penulis-kontroversial-salman-rushdie/feed/ 0 https://beritabaru.co/wp-content/uploads/2022/08/Salman-Rushdie-perjalanan-300x169.jpg
Dwi Ardiansyah: RKUHP ini Dekolonialisasi atau Otoritarianisme? https://beritabaru.co/dwi-ardiansyah-rkuhp-ini-dekolonialisasi-atau-otoritarianisme/ https://beritabaru.co/dwi-ardiansyah-rkuhp-ini-dekolonialisasi-atau-otoritarianisme/#respond Thu, 14 Jul 2022 07:33:56 +0000 https://beritabaru.co/?p=125474 Dwi Ardiansyah

Berita Baru, Tokoh – Presiden Mahasiswa (Presma) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Dwi Ardiansyah mengatakan, pihaknya meragukan upaya dekolonialisasi di balik rencana pengesahan Rancangan Undang-Undang Hukup Pidana (RKUHP).

Dilihat dari beberapa poinnya, ungkap Dwi, arah RKUHP bukan ke dekolonialisasi, tapi justru menuju otoritarianisme.

“Pertanyaan besarnya itu, RKUHP ini untuk dekolonialisasi atau malah otoriter?” tegasnya dalam gelar wicara Bercerita ke-102 Beritabaru.co, Selasa (12/7).

Satu contoh yang melatarbelakangi kenapa Dwi sampai pada pertanyaan tersebut adalah soal unjuk rasa mahasiswa.

Dalam draf RKUHP pasal 256, unjuk rasa yang digelar tanpa izin di jalan atau tempat umum dan mengakibatkan terganggunya kepentingan umum bisa berdampak pada hukum pidana.

Dwi menyesalkan adanya akibat pidana dalam pasal tersebut. Belum lagi, tegasnya, tidak ada yang bisa memastikan, maksud “kepentingan umum” di situ mengacu pada kalangan mana.

Di sisi lain, Dwi menyampaikan ketika melalui audiensi aspirasi mahasiswa bisa direspons dengan baik oleh pemerintah, sebenarnya unjuk rasa tidak diperlukan.

Namun, yang terjadi sebaliknya, sehingga alternatifnya adalah unjuk rasa. “Ya bagaimanapun ketika audiensi diabaikan, jalan paling efektif untuk menyampaikan aspirasi adalah jalanan!” kata Dwi.

Dalam kaitannya dengan kritik, bagi Dwi pemerintah tetap membutuhkan kritik untuk menjalankan pemerintahan, khususnya aspirasi dari masyarakat sipil.

Masyarakat sipil di sini tidak bisa diposisikan hanya sebagai pengawas, tetapi juga pihak yang bisa mengontrol.

“Sistem kontrolnya di mana ketika lembaga pemerintah tidak mau dikritik? Pemerintah harus terbuka pada banyaknya aspirasi. Pemerintah harus mampu mengakomodasi itu semua. Masyarapat sipil di sini bukan sekadar watchdog,” jelasnya.

Dwi Tidak menolak

Dalam diskusi yang ditemani oleh Annisa Nuril Deanty host Beritabaru.co ini, Dwi menegaskan pihaknya bukan menolak secara keseluruhan RKUHP.

RKUHP, ungkapnya, disusun oleh para pakar dan pihak-pihak yang kompeten di bidangnya. Pertimbangan yang digunakan tentu tidak main-main.

Meski demikian, Dwi menghimbau pada pemerintah untuk melakukan peninjauan ulang draf RKUHP, khususnya berkenaan dengan kebebasan berpendapat dan keterbukaan informasi pada publik.

“Untuk Pak Jokowi sendiri, kami paham, beliau telah melewati masa-masa yang berat. Meski begitu, bukan berarti semuanya harus segera disahkan,” keluh Dwi.

Poinnya, Dwi berharap pemerintah tidak anti terhadap aspirasi masyarakat.

]]>
Dwi Ardiansyah

Berita Baru, Tokoh – Presiden Mahasiswa (Presma) Universitas Negeri Surabaya (UNESA) Dwi Ardiansyah mengatakan, pihaknya meragukan upaya dekolonialisasi di balik rencana pengesahan Rancangan Undang-Undang Hukup Pidana (RKUHP).

Dilihat dari beberapa poinnya, ungkap Dwi, arah RKUHP bukan ke dekolonialisasi, tapi justru menuju otoritarianisme.

“Pertanyaan besarnya itu, RKUHP ini untuk dekolonialisasi atau malah otoriter?” tegasnya dalam gelar wicara Bercerita ke-102 Beritabaru.co, Selasa (12/7).

Satu contoh yang melatarbelakangi kenapa Dwi sampai pada pertanyaan tersebut adalah soal unjuk rasa mahasiswa.

Dalam draf RKUHP pasal 256, unjuk rasa yang digelar tanpa izin di jalan atau tempat umum dan mengakibatkan terganggunya kepentingan umum bisa berdampak pada hukum pidana.

Dwi menyesalkan adanya akibat pidana dalam pasal tersebut. Belum lagi, tegasnya, tidak ada yang bisa memastikan, maksud “kepentingan umum” di situ mengacu pada kalangan mana.

Di sisi lain, Dwi menyampaikan ketika melalui audiensi aspirasi mahasiswa bisa direspons dengan baik oleh pemerintah, sebenarnya unjuk rasa tidak diperlukan.

Namun, yang terjadi sebaliknya, sehingga alternatifnya adalah unjuk rasa. “Ya bagaimanapun ketika audiensi diabaikan, jalan paling efektif untuk menyampaikan aspirasi adalah jalanan!” kata Dwi.

Dalam kaitannya dengan kritik, bagi Dwi pemerintah tetap membutuhkan kritik untuk menjalankan pemerintahan, khususnya aspirasi dari masyarakat sipil.

Masyarakat sipil di sini tidak bisa diposisikan hanya sebagai pengawas, tetapi juga pihak yang bisa mengontrol.

“Sistem kontrolnya di mana ketika lembaga pemerintah tidak mau dikritik? Pemerintah harus terbuka pada banyaknya aspirasi. Pemerintah harus mampu mengakomodasi itu semua. Masyarapat sipil di sini bukan sekadar watchdog,” jelasnya.

Dwi Tidak menolak

Dalam diskusi yang ditemani oleh Annisa Nuril Deanty host Beritabaru.co ini, Dwi menegaskan pihaknya bukan menolak secara keseluruhan RKUHP.

RKUHP, ungkapnya, disusun oleh para pakar dan pihak-pihak yang kompeten di bidangnya. Pertimbangan yang digunakan tentu tidak main-main.

Meski demikian, Dwi menghimbau pada pemerintah untuk melakukan peninjauan ulang draf RKUHP, khususnya berkenaan dengan kebebasan berpendapat dan keterbukaan informasi pada publik.

“Untuk Pak Jokowi sendiri, kami paham, beliau telah melewati masa-masa yang berat. Meski begitu, bukan berarti semuanya harus segera disahkan,” keluh Dwi.

Poinnya, Dwi berharap pemerintah tidak anti terhadap aspirasi masyarakat.

]]>
https://beritabaru.co/dwi-ardiansyah-rkuhp-ini-dekolonialisasi-atau-otoritarianisme/feed/ 0 https://beritabaru.co/wp-content/uploads/2022/07/20220714_142419-300x300.jpg
Gus Hans dan Potret Haji Pascapandemi https://beritabaru.co/gus-hans-dan-potret-haji-pascapandemi/ https://beritabaru.co/gus-hans-dan-potret-haji-pascapandemi/#respond Wed, 06 Jul 2022 13:26:05 +0000 https://beritabaru.co/?p=124742 Haji

Berita Baru, Tokoh – Karena menyasar aspek terpenting dari peradaban—interaksi antarmanusia—Pandemi berhasil menggeser tatanan apa pun yang sebelumnya ada. Tidak luput darinya adalah ritual haji.

Seperti disampaikan oleh Zahrul Azhar Hans, langsung dari Arab Saudi, dalam gelar wicara Bercerita ke-101 Beritabaru.co, boleh dikatakan jemaat haji tahun 2022 adalah yang paling beruntung.

Sebab, ungkapnya, mereka mendapatkan berbagai layanan istimewa yang tidak didapat jemaat haji sebelumnya.

“Dan perlu dicatat, adanya perubahan dalam pelayanan dan sebagainya ini merupakan efek dari Pandemi, untuk menyesuaikan,” ungkap Gus Hans, sapaan akrabnya, Selasa (5/7).

Gus Hans membagi perubahan dalam haji 2022 menjadi dua (2): perubahan di bidang mobilitas dan pelayanan.

Pertama berhubungan dengan kebijakan pengurangan jemaat haji. Jika sebelumnya kuota umum mencapai sekitar 2 juta, maka tahun 2022 terbatas pada sekitar 1 juta.

“Indonesia tahun ini yang berangkat hanya 100.051 jemaat. Ini jauh lebih sedikit dibanding sebelumnya yang mencapai sekitar 200.000,” katanya.

Ini berdampak pada lahirnya beberapa kenyamanan, mulai tidak adanya antrean yang padat, tempat tidur yang luas, hingga tidak perlu berdesak-desakan ketika tawaf.  

Selain itu, dari Arab Saudi pun, ada kebijakan bahwa wilayah tawaf dikhususkan hanya untuk jemaat haji. Di luar itu tidak boleh, tegas Gus Hans.

“Ya jadi, enak ya, tawaf kita kali ini bisa lebih santai dan khusyuk, tidak perlu terlibat dorong-dorongan, apalagi kita tahu, postur tubuh orang Indonesia itu kan relative lebih kecil di banding bangsa lain,” jelasnya.

Kedua berkelindan dengan adanya pergantian pengelolaan haji. Sebelumnya, haji dikelola oleh muasasah yang orientasinya non-profit dan sekarang oleh semacam syarikah yang berorientasi sebaliknya.

Ketika haji dikelola muasasah, Gus Hans melanjutkan, jemaat tidak akan mendapatkan sambutan apa pun kecuali wajah yang muram dan kecut. Itu pun, seluruhnya adalah laki-laki.

Namun, ketika itu sudah dikelola secara professional oleh syarikat, sejak turun dari bandara, senyum hangat menyapa. Pihak yang menyambut pun kali ini beragam, ada laki-laki, perempuan, ada yang bercadar, dan ada yang sekadar berkerudung.

“Pokoknya, bagi yang sebelumnya pernah umrah atau haji dan tahun ini berangkat lagi, pasti dia akan merasakan perubahan yang luar biasa,” ungkap Gus Hans.

“Pengalaman hajinya beda! Tapi, lagi-lagi, ono rego, ono rupo. Semuanya lebih mahal,” imbuhnya.

Untuk tempat tinggal selama 40 hari, fasilitasnya pun beda. Jemaat minimal akan tinggal di hotel bintang 3.

Untuk tempat mencuci dan menjemur pun, panitia sudah menyediakan khusus di masing-masing hotel, sehingga jemaat tidak perlu bingung soal kehidupan sehari-hari.

Tidak ada lagi rebutan cium hajar aswad

Meski demikian, segenap perubahan yang menyenangkan itu hadir bukan tanpa risiko. Jemaat haji 2022 tidak diperkenankan untuk mencium hajar aswad.

Pasalnya, sejak pandemi, sekeliling Ka’bah sudah dipasang semacam barikade untuk menghindari jemaat berkerumun di sekitar Ka’bah.

“Tapi di sisi lain, ini ada bagusnya sih. Sebab dengan adanya aturan ini, keabsahan tawaf jemaat lebih bisa dipastikan,” kata salah satu anggota Media Center Haji (MCH) Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) ini.

Beberapa kendala haji 2022

Dalam diskusi yang ditemani oleh Aulina Umaza ini, Guz Hans juga bercerita tentang kendala-kendala haji 2022.

Ia menyebut, kendala pertama berkenaan dengan adanya beberapa jemaat yang terdeteksi positif COVID-19.

Namun, kata Gus Hans, setelah mereka diisolasi di ruang karantina khusus selama tiga hari dan dites lagi rupanya sudah negatif, mereka diberangkatkan langsung lewat kloter lainnya.

“Jadi, untuk kendala ini sudah bisa diatasi dengan baik. Kami memilih untuk karantina dulu di Surabaya, supaya nanti tidak malah ditolak di sana ya,” jelasnya.

Kendala selanjutnya merujuk pada adanya kesalahpahaman antara jemaat dan beberapa penjual kartu untuk ponsel di Bandara Jeddah.

Gus Hans menjelaskan, ini terjadi pada kloter-kloter awal. Ketika jemaat baru turun dari pesawat, mereka langsung didekati oleh para penjual kartu sembari meminta paspor.

Jemaat mengira, mereka adalah petugas bandara, tapi belakangan diketahui, mereka adalah penjual kartu yang sedang menawarkan dengan cara yang unik—dan berbahasa Arab—pada jemaat untuk membeli kartu.

Adanya persinggungan antara jemaat dan penjual tersebut menyebabkan proses perjalanan menuju hotel terhambat. Meski demikian, di kloter selanjutnya, ini tidak terjadi.

Kendala terakhir lebih pada persoalan teknis, yakni tentang tempat menjemur pakaian alternatif.

Sebagian jemaat masih bingung soal tempat menjemur pakaian di hotel, apalagi bintang 4. Panitia sudah menginformasikan tentu, tapi karena jarak tempat jemurnya terlalu jauh, maka mereka memutuskan untuk menjemur pakaiannya di tangga darurat.

Sebagian lainnya, bahkan ada yang menjadikan alat pemadam kebakaran di hotel sebagai cantolan untuk menjemur handuk.

“Lucu kadang, mendapati hal-hal seperti ini. Sebenarnya, tempat jemur pakaian sudah kami sediakan di aula di lantai tertentu dalam satu hotel. Tapi, karena jauh dari kamarnya mungkin, maka mereka lebih memilih tangga darurat,” kata Gus Hans terkekeh.

Dari kendala yang terakhir, Gus Hans menghimbau pada segenap Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) untuk memperhatikan bentuk manasik di luar manasik syariah, yakni manasik teknis dan budaya.

Loh, ini juga penting, soalnya kita nanti akan tinggal selama 40 hari di negara orang dan dengan fasilita yang jauh berbeda dari yang ada di rumah,” katanya.

“Ya seperti manasik mencuci dan menjemur pakaian di hotel bintang 4. Agar, jemaat itu tidak kebingungan untuk hal-hal teknis,” imbuhnya.

]]>
Haji

Berita Baru, Tokoh – Karena menyasar aspek terpenting dari peradaban—interaksi antarmanusia—Pandemi berhasil menggeser tatanan apa pun yang sebelumnya ada. Tidak luput darinya adalah ritual haji.

Seperti disampaikan oleh Zahrul Azhar Hans, langsung dari Arab Saudi, dalam gelar wicara Bercerita ke-101 Beritabaru.co, boleh dikatakan jemaat haji tahun 2022 adalah yang paling beruntung.

Sebab, ungkapnya, mereka mendapatkan berbagai layanan istimewa yang tidak didapat jemaat haji sebelumnya.

“Dan perlu dicatat, adanya perubahan dalam pelayanan dan sebagainya ini merupakan efek dari Pandemi, untuk menyesuaikan,” ungkap Gus Hans, sapaan akrabnya, Selasa (5/7).

Gus Hans membagi perubahan dalam haji 2022 menjadi dua (2): perubahan di bidang mobilitas dan pelayanan.

Pertama berhubungan dengan kebijakan pengurangan jemaat haji. Jika sebelumnya kuota umum mencapai sekitar 2 juta, maka tahun 2022 terbatas pada sekitar 1 juta.

“Indonesia tahun ini yang berangkat hanya 100.051 jemaat. Ini jauh lebih sedikit dibanding sebelumnya yang mencapai sekitar 200.000,” katanya.

Ini berdampak pada lahirnya beberapa kenyamanan, mulai tidak adanya antrean yang padat, tempat tidur yang luas, hingga tidak perlu berdesak-desakan ketika tawaf.  

Selain itu, dari Arab Saudi pun, ada kebijakan bahwa wilayah tawaf dikhususkan hanya untuk jemaat haji. Di luar itu tidak boleh, tegas Gus Hans.

“Ya jadi, enak ya, tawaf kita kali ini bisa lebih santai dan khusyuk, tidak perlu terlibat dorong-dorongan, apalagi kita tahu, postur tubuh orang Indonesia itu kan relative lebih kecil di banding bangsa lain,” jelasnya.

Kedua berkelindan dengan adanya pergantian pengelolaan haji. Sebelumnya, haji dikelola oleh muasasah yang orientasinya non-profit dan sekarang oleh semacam syarikah yang berorientasi sebaliknya.

Ketika haji dikelola muasasah, Gus Hans melanjutkan, jemaat tidak akan mendapatkan sambutan apa pun kecuali wajah yang muram dan kecut. Itu pun, seluruhnya adalah laki-laki.

Namun, ketika itu sudah dikelola secara professional oleh syarikat, sejak turun dari bandara, senyum hangat menyapa. Pihak yang menyambut pun kali ini beragam, ada laki-laki, perempuan, ada yang bercadar, dan ada yang sekadar berkerudung.

“Pokoknya, bagi yang sebelumnya pernah umrah atau haji dan tahun ini berangkat lagi, pasti dia akan merasakan perubahan yang luar biasa,” ungkap Gus Hans.

“Pengalaman hajinya beda! Tapi, lagi-lagi, ono rego, ono rupo. Semuanya lebih mahal,” imbuhnya.

Untuk tempat tinggal selama 40 hari, fasilitasnya pun beda. Jemaat minimal akan tinggal di hotel bintang 3.

Untuk tempat mencuci dan menjemur pun, panitia sudah menyediakan khusus di masing-masing hotel, sehingga jemaat tidak perlu bingung soal kehidupan sehari-hari.

Tidak ada lagi rebutan cium hajar aswad

Meski demikian, segenap perubahan yang menyenangkan itu hadir bukan tanpa risiko. Jemaat haji 2022 tidak diperkenankan untuk mencium hajar aswad.

Pasalnya, sejak pandemi, sekeliling Ka’bah sudah dipasang semacam barikade untuk menghindari jemaat berkerumun di sekitar Ka’bah.

“Tapi di sisi lain, ini ada bagusnya sih. Sebab dengan adanya aturan ini, keabsahan tawaf jemaat lebih bisa dipastikan,” kata salah satu anggota Media Center Haji (MCH) Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) ini.

Beberapa kendala haji 2022

Dalam diskusi yang ditemani oleh Aulina Umaza ini, Guz Hans juga bercerita tentang kendala-kendala haji 2022.

Ia menyebut, kendala pertama berkenaan dengan adanya beberapa jemaat yang terdeteksi positif COVID-19.

Namun, kata Gus Hans, setelah mereka diisolasi di ruang karantina khusus selama tiga hari dan dites lagi rupanya sudah negatif, mereka diberangkatkan langsung lewat kloter lainnya.

“Jadi, untuk kendala ini sudah bisa diatasi dengan baik. Kami memilih untuk karantina dulu di Surabaya, supaya nanti tidak malah ditolak di sana ya,” jelasnya.

Kendala selanjutnya merujuk pada adanya kesalahpahaman antara jemaat dan beberapa penjual kartu untuk ponsel di Bandara Jeddah.

Gus Hans menjelaskan, ini terjadi pada kloter-kloter awal. Ketika jemaat baru turun dari pesawat, mereka langsung didekati oleh para penjual kartu sembari meminta paspor.

Jemaat mengira, mereka adalah petugas bandara, tapi belakangan diketahui, mereka adalah penjual kartu yang sedang menawarkan dengan cara yang unik—dan berbahasa Arab—pada jemaat untuk membeli kartu.

Adanya persinggungan antara jemaat dan penjual tersebut menyebabkan proses perjalanan menuju hotel terhambat. Meski demikian, di kloter selanjutnya, ini tidak terjadi.

Kendala terakhir lebih pada persoalan teknis, yakni tentang tempat menjemur pakaian alternatif.

Sebagian jemaat masih bingung soal tempat menjemur pakaian di hotel, apalagi bintang 4. Panitia sudah menginformasikan tentu, tapi karena jarak tempat jemurnya terlalu jauh, maka mereka memutuskan untuk menjemur pakaiannya di tangga darurat.

Sebagian lainnya, bahkan ada yang menjadikan alat pemadam kebakaran di hotel sebagai cantolan untuk menjemur handuk.

“Lucu kadang, mendapati hal-hal seperti ini. Sebenarnya, tempat jemur pakaian sudah kami sediakan di aula di lantai tertentu dalam satu hotel. Tapi, karena jauh dari kamarnya mungkin, maka mereka lebih memilih tangga darurat,” kata Gus Hans terkekeh.

Dari kendala yang terakhir, Gus Hans menghimbau pada segenap Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) untuk memperhatikan bentuk manasik di luar manasik syariah, yakni manasik teknis dan budaya.

Loh, ini juga penting, soalnya kita nanti akan tinggal selama 40 hari di negara orang dan dengan fasilita yang jauh berbeda dari yang ada di rumah,” katanya.

“Ya seperti manasik mencuci dan menjemur pakaian di hotel bintang 4. Agar, jemaat itu tidak kebingungan untuk hal-hal teknis,” imbuhnya.

]]>
https://beritabaru.co/gus-hans-dan-potret-haji-pascapandemi/feed/ 0 https://beritabaru.co/wp-content/uploads/2022/07/Ketua-IA-UPNVY-KH-Zahrul-Azhar-Asumta-300x190.jpeg
Celia Siura, Mikroplastik, dan Masa Depan Lingkungan https://beritabaru.co/celia-siura-mikroplastik-dan-masa-depan-lingkungan/ https://beritabaru.co/celia-siura-mikroplastik-dan-masa-depan-lingkungan/#respond Wed, 29 Jun 2022 13:02:20 +0000 https://beritabaru.co/?p=123658 mikroplastik

Berita Baru, Tokoh – Beberapa bulan yang lalu, penelitian mengungkap bahwa 77% sampel darah manusia mengandung mikroplastik.

Sebagai pihak yang bertanggung jawab atas riset tersebut—bekerja sama dengan Vrije Universiteit, Amsterdam— melalui Chief Operating Officer (COO) Common Seas Indonesia Celia Siura menegaskan, penyebab utama kenapa itu terjadi adalah ulah manusia.

Bagaimana mereka mengelola sampah, mengonsumsi produk dengan bahan dasar plastik, dan semacamnya berkontribusi pada adanya kandungan mikroplastik dalam darahnya sendiri.

Yang menarik, Celia menceritakan, dari 22 sampel yang ada, salah satunya milik Chief Executive Officer (CEO) Common Seas dan rupanya, darahnya terkontaminasi mikroplastik.

Menurut Celia, pimpinannya adalah pribadi yang sangat hati-hati terkait plastik. Namun, kenyataannya mikroplastik masih mengalir bebas dalam darahnya.

Ini menunjukkan, terangnya, bahwa untuk kasus Indonesia pencemaran mikoplastik sudah cukup parah.

“Dari 22 orang yang kami ambil sampel darahnya, ada CEO kami di situ. Dan hasilnya, darahnya terkontaminasi mikroplastik. Beliau adalah sosok yang sangat tegas soal plastik, tapi buktinya masih terkena,” kata Celia.

“Ini membuktikan satu hal. Kadar pencemaran mikroplastik di sini sudah lumayan parah,” imbuhnya dalam gelar wicara Bercerita ke-100 Beritabaru.co, Selasa (28/6).

Mikroplastik memiliki banyak jenis dan dari semuanya, ada tiga (3) yang bersemayam di tubuh manusia, yakni Polietilena Tereftalat (PET), Polistirena (PS), dan Polietilena (PE).

Celia menyebut, PET adalah jenis yang digunakan untuk membuat botol air mineral dan baik PET atau pun sisanya bisa masuk ke darah manusia melalui media air, udara, dan makanan.

Ketika ketiganya mengandung mikroplastik dan kita minum, hirup, atau makan, maka kandungan mikroplastiknya akan turut masuk dalam tubuh dan menyatu dengan darah.

https://www.youtube.com/watch?v=0LGzT4kz3XE

Bahaya mikroplastik untuk manusia dan lingkungan

Dalam diskusi yang ditemani oleh host kenamaan Beritabaru.co Al Muiz Liddinillah ini, Celia pun menjelaskan bagaimana kontaminasi mikroplastik dalam darah bisa membahayakan manusia.

Darah, ungkapnya, ibarat sungai dalam tubuh manusia. Apa pun yang ada padanya akan menyebar ke seluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru dan otak.

Akibatnya, seseorang akan lebih berpeluang terkena kanker, gangguan saraf, gangguan pencernaan, dan semacamnya.

Untuk hewan dan tumbuhan pun, menurut Celia mikroplastik adalah ancaman besar. Semakin ke sini, semakin banyak ditemukan ikan-ikan dan padi atau jagung dengan kandungan mikroplastik.

Laut, sungai, dan area persawahan yang tercemar merupakan faktor yang memungkinkan itu terjadi.

Ikan-ikan mengonsumsi mikroplastik di laut, sedangkan padi dan jagung menyerap kandungan mikroplastik dari air sungai atau sampah plastik yang bertebaran.

“Jangan salah loh, plastik atau popok sekali pakai yang dibuang sembarangan di area persawahan itu kandungan mikroplastiknya bisa diserap oleh tumbuhan dan ketika ini terjadi maka, padi akan tercemar,” jelas Celia.

Celia menuturkan bahkan ikan yang terkontaminasi mikroplastik setidaknya akan mengalami tiga (3) hal.

Pertama, mereka akan mendapatkan gangguan pencernaan. Kedua, mereka akan mengidap kelainan hormon atau interseks yang ini bisa menyebabkan mereka tidak bisa bereproduksi. Ketiga kematian.

Poinnya, bila laut tercemar, volume ikan akan terancam dan ini berarti manusia akan sulit ke depannya untuk menemukan sumber protein.

“Ikan yang mengandung mikroplastik, saat kita konsumsi pun, nanti akan berdampak pada darah kita. Jadi, ini akan sangat sulit, jika kita tidak mau berbenah sejak dini,” kata Celia.

Penyebab utama

Menurut Celia, ada dua pihak yang menjadikan pencemaran lingkungan di Indonesia semakin buruk: manusia dan perusahaan plastik.

Pertama merujuk pada kebiasaan sebagian besar masyarakat Indonesia yang masih gemar membuang sampah di sungai.

Celia memberi contoh masyarakat Jawa Timur. Di Jawa Timur, khususnya yang berdampingan dengan Sungai Brantas, ada kepercayaan bahwa siapa pun tidak boleh membakar popok sekali pakai.

Ketika itu dilanggar, maka si bayi akan mendapatkan sesuatu yang tidak diinginkan. Kepercayaan ini ditransmisikan secara turun temurun. Akibatnya, mereka membuang popok tersebut ke sungai.

Menurut data, Sungai Brantas masuk dalam jajaran 20 sungai paling tercemar di dunia. Tidak lain, ini merupakan buah dari kebiasaan buruk manusia dalam mengelola sampah.

“Padahal ada sekitar 20 juta orang yang tinggal di sekitar Sungai Brantas. Maksudnya, membuang popok sekali pakai ke Sungai Brantas ini akan berdampak langsung pada sejumlah jiwa tersebut,” ungkap Celia.

Kedua berhubungan dengan regulasi yang tidak tegas pada perusahaan-perusahaan yang menghasilkan plastik.

Celia menyebut, pemerintah penting untuk menerapkan regulasi pajak khusus pada perusahaan plastik atau mengoptimalkan regulasi yang sudah ada terkait itu.

Pasalnya, untuk menanggulangi sampah dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga pajak khusus tadi bisa dialokasikan ke sini.

Di samping itu, yang menjadikan Indonesia konsisten berada di urutan kedua dunia penghasil sampah plastik adalah tidak adanya keseriusan pemerintah dalam mengelola sampah, kurangnya perusahaan daur ulang sampah yang mumpuni, dan kurangnya regulasi yang mendukung.

“Jumlah sampah plastik yang kita keluarkan itu setiap tahunnya bertambah 10%. Ini jumlah yang tidak sedikit. Jadi keseriusan berbagai pihak dalam merespons sampah sangat dibutuhkan,” kata Celia.

Upaya Common Seas

Sebagai sebentuk upaya untuk merespons pencemaran lingkungan di Indonesia Common Seas cenderung ke menjawab akar masalah ketimbang mengumpulkan sampah-sampah yang ada.

Common Seas menginisiasi gerakan menggunakan popok pakai ulang. Gerakan ini, salah satunya sudah dilakukan di Jember dan didukung oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Common Seas secara perlahan dan terukur mengajak masyarakat, khususnya para ibu, untuk menggunakan popok pakai ulang demi terjaganya lingkungan dari pencemaran sampah popok sekali pakai.

Banyak informasi penting tentang bahaya popok sekali pakai untuk lingkungan, masyarakat dapatkan dari Common Seas, sehingga mereka tidak enggan untuk mencoba dan kemudian beralih.

Celia memaparkan, dari gerakan tersebut, ada 87% ibu-ibu muda yang sudah menggunakan popok pakai ulang.

Dari segi ekonomi, mereka mengaku bisa menghemat sampai 80%. Ruam di bayi pun berkurang 85%. Infeksi urin menjadi 0% dan kabar baiknya lagi terjadi penurunan sampah popok sekali pakai di sungai di Jember sekitar 30%.

“Pun, Pemerintah Jember saat ini mulai melakukan daur ulang popok sekali pakai agar tidak mencemari sungai. Artinya, mereka sudah mulai memperbaiki sistem pengelolaan sampahnya,” tegas Celia gembira.  

]]>
mikroplastik

Berita Baru, Tokoh – Beberapa bulan yang lalu, penelitian mengungkap bahwa 77% sampel darah manusia mengandung mikroplastik.

Sebagai pihak yang bertanggung jawab atas riset tersebut—bekerja sama dengan Vrije Universiteit, Amsterdam— melalui Chief Operating Officer (COO) Common Seas Indonesia Celia Siura menegaskan, penyebab utama kenapa itu terjadi adalah ulah manusia.

Bagaimana mereka mengelola sampah, mengonsumsi produk dengan bahan dasar plastik, dan semacamnya berkontribusi pada adanya kandungan mikroplastik dalam darahnya sendiri.

Yang menarik, Celia menceritakan, dari 22 sampel yang ada, salah satunya milik Chief Executive Officer (CEO) Common Seas dan rupanya, darahnya terkontaminasi mikroplastik.

Menurut Celia, pimpinannya adalah pribadi yang sangat hati-hati terkait plastik. Namun, kenyataannya mikroplastik masih mengalir bebas dalam darahnya.

Ini menunjukkan, terangnya, bahwa untuk kasus Indonesia pencemaran mikoplastik sudah cukup parah.

“Dari 22 orang yang kami ambil sampel darahnya, ada CEO kami di situ. Dan hasilnya, darahnya terkontaminasi mikroplastik. Beliau adalah sosok yang sangat tegas soal plastik, tapi buktinya masih terkena,” kata Celia.

“Ini membuktikan satu hal. Kadar pencemaran mikroplastik di sini sudah lumayan parah,” imbuhnya dalam gelar wicara Bercerita ke-100 Beritabaru.co, Selasa (28/6).

Mikroplastik memiliki banyak jenis dan dari semuanya, ada tiga (3) yang bersemayam di tubuh manusia, yakni Polietilena Tereftalat (PET), Polistirena (PS), dan Polietilena (PE).

Celia menyebut, PET adalah jenis yang digunakan untuk membuat botol air mineral dan baik PET atau pun sisanya bisa masuk ke darah manusia melalui media air, udara, dan makanan.

Ketika ketiganya mengandung mikroplastik dan kita minum, hirup, atau makan, maka kandungan mikroplastiknya akan turut masuk dalam tubuh dan menyatu dengan darah.

https://www.youtube.com/watch?v=0LGzT4kz3XE

Bahaya mikroplastik untuk manusia dan lingkungan

Dalam diskusi yang ditemani oleh host kenamaan Beritabaru.co Al Muiz Liddinillah ini, Celia pun menjelaskan bagaimana kontaminasi mikroplastik dalam darah bisa membahayakan manusia.

Darah, ungkapnya, ibarat sungai dalam tubuh manusia. Apa pun yang ada padanya akan menyebar ke seluruh bagian tubuh, termasuk paru-paru dan otak.

Akibatnya, seseorang akan lebih berpeluang terkena kanker, gangguan saraf, gangguan pencernaan, dan semacamnya.

Untuk hewan dan tumbuhan pun, menurut Celia mikroplastik adalah ancaman besar. Semakin ke sini, semakin banyak ditemukan ikan-ikan dan padi atau jagung dengan kandungan mikroplastik.

Laut, sungai, dan area persawahan yang tercemar merupakan faktor yang memungkinkan itu terjadi.

Ikan-ikan mengonsumsi mikroplastik di laut, sedangkan padi dan jagung menyerap kandungan mikroplastik dari air sungai atau sampah plastik yang bertebaran.

“Jangan salah loh, plastik atau popok sekali pakai yang dibuang sembarangan di area persawahan itu kandungan mikroplastiknya bisa diserap oleh tumbuhan dan ketika ini terjadi maka, padi akan tercemar,” jelas Celia.

Celia menuturkan bahkan ikan yang terkontaminasi mikroplastik setidaknya akan mengalami tiga (3) hal.

Pertama, mereka akan mendapatkan gangguan pencernaan. Kedua, mereka akan mengidap kelainan hormon atau interseks yang ini bisa menyebabkan mereka tidak bisa bereproduksi. Ketiga kematian.

Poinnya, bila laut tercemar, volume ikan akan terancam dan ini berarti manusia akan sulit ke depannya untuk menemukan sumber protein.

“Ikan yang mengandung mikroplastik, saat kita konsumsi pun, nanti akan berdampak pada darah kita. Jadi, ini akan sangat sulit, jika kita tidak mau berbenah sejak dini,” kata Celia.

Penyebab utama

Menurut Celia, ada dua pihak yang menjadikan pencemaran lingkungan di Indonesia semakin buruk: manusia dan perusahaan plastik.

Pertama merujuk pada kebiasaan sebagian besar masyarakat Indonesia yang masih gemar membuang sampah di sungai.

Celia memberi contoh masyarakat Jawa Timur. Di Jawa Timur, khususnya yang berdampingan dengan Sungai Brantas, ada kepercayaan bahwa siapa pun tidak boleh membakar popok sekali pakai.

Ketika itu dilanggar, maka si bayi akan mendapatkan sesuatu yang tidak diinginkan. Kepercayaan ini ditransmisikan secara turun temurun. Akibatnya, mereka membuang popok tersebut ke sungai.

Menurut data, Sungai Brantas masuk dalam jajaran 20 sungai paling tercemar di dunia. Tidak lain, ini merupakan buah dari kebiasaan buruk manusia dalam mengelola sampah.

“Padahal ada sekitar 20 juta orang yang tinggal di sekitar Sungai Brantas. Maksudnya, membuang popok sekali pakai ke Sungai Brantas ini akan berdampak langsung pada sejumlah jiwa tersebut,” ungkap Celia.

Kedua berhubungan dengan regulasi yang tidak tegas pada perusahaan-perusahaan yang menghasilkan plastik.

Celia menyebut, pemerintah penting untuk menerapkan regulasi pajak khusus pada perusahaan plastik atau mengoptimalkan regulasi yang sudah ada terkait itu.

Pasalnya, untuk menanggulangi sampah dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga pajak khusus tadi bisa dialokasikan ke sini.

Di samping itu, yang menjadikan Indonesia konsisten berada di urutan kedua dunia penghasil sampah plastik adalah tidak adanya keseriusan pemerintah dalam mengelola sampah, kurangnya perusahaan daur ulang sampah yang mumpuni, dan kurangnya regulasi yang mendukung.

“Jumlah sampah plastik yang kita keluarkan itu setiap tahunnya bertambah 10%. Ini jumlah yang tidak sedikit. Jadi keseriusan berbagai pihak dalam merespons sampah sangat dibutuhkan,” kata Celia.

Upaya Common Seas

Sebagai sebentuk upaya untuk merespons pencemaran lingkungan di Indonesia Common Seas cenderung ke menjawab akar masalah ketimbang mengumpulkan sampah-sampah yang ada.

Common Seas menginisiasi gerakan menggunakan popok pakai ulang. Gerakan ini, salah satunya sudah dilakukan di Jember dan didukung oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Common Seas secara perlahan dan terukur mengajak masyarakat, khususnya para ibu, untuk menggunakan popok pakai ulang demi terjaganya lingkungan dari pencemaran sampah popok sekali pakai.

Banyak informasi penting tentang bahaya popok sekali pakai untuk lingkungan, masyarakat dapatkan dari Common Seas, sehingga mereka tidak enggan untuk mencoba dan kemudian beralih.

Celia memaparkan, dari gerakan tersebut, ada 87% ibu-ibu muda yang sudah menggunakan popok pakai ulang.

Dari segi ekonomi, mereka mengaku bisa menghemat sampai 80%. Ruam di bayi pun berkurang 85%. Infeksi urin menjadi 0% dan kabar baiknya lagi terjadi penurunan sampah popok sekali pakai di sungai di Jember sekitar 30%.

“Pun, Pemerintah Jember saat ini mulai melakukan daur ulang popok sekali pakai agar tidak mencemari sungai. Artinya, mereka sudah mulai memperbaiki sistem pengelolaan sampahnya,” tegas Celia gembira.  

]]>
https://beritabaru.co/celia-siura-mikroplastik-dan-masa-depan-lingkungan/feed/ 0 https://beritabaru.co/wp-content/uploads/2022/06/Celia-Siura-300x300.jpg