Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Tingkat Pengangguran
Foto yang diabadikan pada 1 Agustus 2024 ini menunjukkan kantor pusat Intel di Santa Clara, California, Amerika Serikat. Intel pada Kamis (1/8) mengatakan akan memangkas 15.000 karyawan di seluruh perusahaan. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya produsen cip itu mengejar perubahan fundamental dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dari para rivalnya. (Xinhua/Li Jianguo)

Tingkat Pengangguran AS Naik di Juli 2024, Memicu Seruan Pemangkasan Suku Bunga



Berita Baru, Washinton – Tingkat pengangguran di Amerika Serikat (AS) naik pada Juli 2024, yang menurut beberapa ekonom memperkuat alasan untuk pemangkasan suku bunga. Pertumbuhan pekerjaan di AS melambat pada Juli, jauh di bawah estimasi awal para analis, menurut data yang dirilis pada Jumat (2/8) oleh Departemen Tenaga Kerja AS.

Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran naik lebih tinggi dan memicu kekhawatiran akan perlambatan ekonomi. Perekonomian AS hanya menambahkan 114.000 pekerjaan di sektor nonpertanian pada Juli, turun dari 179.000 pada bulan sebelumnya dan di bawah estimasi para ekonom sebanyak 185.000 pekerjaan.

Tingkat pengangguran naik menjadi 4,3 persen, tertinggi sejak Oktober 2021, ketika perekonomian masih dalam masa pemulihan dari krisis COVID-19. “Laporan ketenagakerjaan secara mengejutkan lemah dan memperkuat alasan untuk pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat,” kata Barry Bosworth, ekonom sekaligus senior fellow di Brookings Institution. Dikombinasikan dengan laporan harga, ini mungkin merupakan titik kritis bagi bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed). Dikutip dari Xinhua pada Senin (5/8/2024).

Desmond Lachman, senior fellow di American Enterprise Institute dan mantan pejabat di Dana Moneter Internasional (IMF), mengatakan kepada Xinhua bahwa laporan pada Jumat itu mengindikasikan The Fed kurang responsif terhadap situasi ekonomi saat ini.

Lachman menyatakan “sulit untuk memahami” mengapa The Fed belum memulai siklus pemangkasan suku bunga. Pasalnya, ada beberapa faktor yang mendukung pemangkasan tersebut, yakni perekonomian yang melambat, kemajuan nyata sedang dibuat dalam mengurangi inflasi, dan risiko penurunan terhadap pemulihan ekonomi kini meningkat.

“Hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa pada saat the Fed akhirnya mulai menurunkan suku bunga, mereka telah menunggu terlalu lama untuk menghindari resesi ekonomi,” lanjutnya.

Dean Baker, ekonom senior di Pusat Penelitian Ekonomi dan Kebijakan (Center for Economic and Policy Research/CEPR), mengatakan kepada Xinhua bahwa kecuali ada kejutan besar, dapat diasumsikan bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada September.

Satu-satunya pertanyaan yang sebenarnya adalah apakah penurunan itu sebesar 0,25 poin persentase atau 0,50 poin persentase, katanya.

Laporan mengenai lapangan pekerjaan ini dikeluarkan menyusul pengumuman pada Rabu (31/7) pekan lalu bahwa The Fed kemungkinan memangkas suku bunga pada September. Hal ini semakin memperumit pertanyaan tentang kepastian kapan dan seberapa besar pemangkasan suku bunga itu.

Gubernur The Fed Jerome Powell pada Rabu mengatakan pasar tenaga kerja AS sedang mengalami “normalisasi bertahap yang sedang berlangsung” yang akan memungkinkan para pejabat untuk menunggu dan memastikan bahwa data menunjukkan penurunan inflasi, sebelum bank sentral itu mengambil keputusan untuk memangkas suku bunga.

Laporan ini juga muncul setelah pasar anjlok pada Kamis (1/8) pekan lalu, setelah data menunjukkan kenaikan mengejutkan dalam jumlah individu yang mengajukan tunjangan pengangguran. Penurunan ini merupakan aksi jual rugi (sell-off) terburuk tahun ini, memicu kekhawatiran para investor bahwa bank sentral AS mungkin menunggu terlalu lama untuk mulai memangkas suku bunga.

Laporan tingkat pengangguran ini muncul hanya beberapa bulan sebelum pemilihan presiden AS pada November mendatang. “Angka pengangguran yang meningkat merupakan hal yang sulit bagi pemerintahan yang sedang berkuasa, namun tidak jelas apakah ini perkembangan satu bulan ataukah awal dari sebuah tren baru,” kata senior fellow Brookings Institution Darrell West, merujuk pada laporan Jumat tersebut.