Timor Leste Peringati 20 Tahun Lepas dari Indonesia
Berita Baru, Internasional – Tepat pada hari ini, Jumat (30/8), Timor Leste merayakan dua puluh tahun lepas dari Indonesia dan menjadi negara merdeka.
Di hari bersejarah tersebut, Timor Leste dilaporkan sudah mempersiapkan satu perayaan yang bakal dihadiri sejumlah pemimpin asing, termasuk Perdana Menteri Australia, Scott Morrison.
Dilansir AFP, para delegasi akan bersama-sama merayakan kemerdekaan Timor Leste dari pendudukan Indonesia usai pergolakan yang berujung referendum.
Sejarah bermula pada 1975, kala Indonesia mengambil alih Timor Timur yang ditelantarkan Portugal. Saat itu, Portugal angkat kaki dari Timor Timur karena sedang dilanda Revolusi Anyelir.
Selama 24 tahun setelahnya, militer Indonesia berkuasa di tanah Timor Timur yang saat itu langsung diperkenalkan sebagai provinsi ke-27. Konflik pun tak terhindarkan, hingga merenggut nyawa ratusan ribu orang.
Hingga akhirnya pada 30 Agustus 1999, Timor Leste menggelar referendum untuk menentukan nasib sendiri, memisahkan diri dari Indonesia atau tetap bersama.
Hasilnya, 78 persen warga Timor Lest memilih untuk lepas dari Indonesia. Namun, pergolakan masih terus terjadi hingga menewaskan sekitar 1.400 orang.
Bentrokan kian panas dan terus berlanjut hingga Timor Leste benar-benar mendapatkan status negara independen pada 2002.
Dua dekade berlalu, keluarga korban bentrok berdarah setelah referendum tersebut tak jua mendapatkan keadilan.
Pada 2008, Komisi Pengakuan, Kebenaran, dan Rekonsiliasi Timor Leste menemukan berbagai pelanggaran hak asasi manusia selama pendudukan dan setelah referendum 1999.
Namun, pemimpin Indonesia dan Timor Leste tak kunjung mengadili para pemimpin militer dan milisi yang bertanggung jawab atas pertumpahan darah tersebut.
Tak hanya Indonesia dan Timor Lste, Amerika Serikat juga dilaporkan ambil andil dalam pergolakan pada dua dekade lalu itu.
Dokumen rahasia yang akhirnya dirilis pada pekan ini menguak fakta bahwa pemerintah AS sudah mengetahui militer Indonesia mempersenjatai dan mendukung paramiliter di Timor Timur sebelum referendum 1999.
Meski masih memendam dendam, para keluarga korban terus memupuk mimpi agar Timor Lste maju dan menjadi tempat yang lebih baik bagi generasi selanjutnya. Vital Bere Saldanha, misalnya, tetap optimistis meski ia melihat empat saudaranya tewas akibat kekerasan usai referendum.
“Militer Indonesia dan milisi membunuh orang yang memilih untuk memerdekakan negara ini. Perjuangan menuju kemerdekaan tidak mudah. Namun, kami baru merdeka 20 tahun, perubahan dan perkembangan yang kami alami menunjukkan semuanya bergerak ke arah yang lebih baik,” katanya.
Sumber : CNN, AFP