Think Tank AS Identifikasi Kemungkinan Pangkalan Rudal Antarbenua Korea Utara
Berita Baru, Washington – Sebuah lembaga think tank AS identifikasi kemungkinan pangkalan rudal antarbenua Korea utara yang berada di dekat perbatasan Korea Utara dengan China.
Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) pada Senin (7/2) menerbitkan laporan yang didasarkan pada gambar satelit tanggal 21 Januari 2022 dari pangkalan di Hoejung-ni, di provinsi Chagang Korea Utara sekitar 25 km dari perbatasan dengan China dan 280 km timur laut dari Pyongyang.
“Pangkalan operasi rudal Hoejung-ni, menurut sumber informasi, kemungkinan akan menampung unit berukuran resimen yang dilengkapi dengan rudal balistik antarbenua (ICBM),” kata laporan itu.
Korea Utara pada akhir Januari lalu telah menguji rudal balistik jarak menengah (IRBM) Hwasong-12 dari Provinsi Chagang.
“Jika ICBM operasional tidak tersedia dalam waktu dekat, kemungkinan rudal balistik jarak menengah (IRBM) akan dikerahkan,” tambah laporan itu.
Laporan tersebut juga menyebutkan Hoejung-ni merupakan salah satu dari sekitar 20 pangkalan rudal balistik yang belum pernah diumumkan oleh Korea Utara.
Meskipun pembangunannya dimulai 20 tahun yang lalu, pangkalan rudal Hoejung-ni adalah salah satu yang terbaru yang harus diselesaikan.
Analis senior CSIS, Joseph S. Bermudez Jr. mengatakan menempatkan ICBM begitu dekat dengan China akan membuat serangan pendahuluan terhadap mereka menjadi sulit karena risiko mengenai wilayah China.
Laporan dari CSIS tersebut muncul setelah serangkaian uji coba rudal Korea Utara baru-baru ini yang menimbulkan kekhawatiran bahwa Korea Utara mungkin akan lanjut melakukan uji coba ICBM.
Korea Utara mulai gencar melakukan uji coba rudal sejak 2017 dan sempat terhenti sejenak saat mantan Presiden AS Donald Trump melakukan pembicaraan rudal dengan Pemimpin Kim Jong Un di tahun 2018.
Namun, karena AS tidak menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan “kebijakan bermusuhan”, Korea Utara kembali memulai uji coba rudal, termasuk rudal hipersonik dan IRBM.
Juru Bicara Departemen Pertahanan AS, Letnan Kolonel Marty Meiners menolak berkomentar tentang “masalah intelijen atau analisis citra komersial.”
“Namun, kami telah sangat jelas tentang ancaman yang ditimbulkan oleh program rudal (Korea Utara), dan komitmen kami untuk membela (Korea Selatan), Jepang, dan tanah air AS, dan komitmen kami untuk menegakkan perdamaian dan stabilitas regional,” katanya.
Laporan tersebut juga muncul setelah Reuters pada hari Sabtu (5/2) melaporkan bahwa untuk mendanai pengembangan rudal nuklir dan balistiknya, Korea Utara melakukan serangkaian serangan siber dan penjualan dari kripto, mengingat sanksi Internasional masih berlaku pada Korea Utara.
CSIS mengatakan tidak ada tanda-tanda unit ICBM di pangkalan itu pada Januari dan tidak ada senjata pelindung anti-pesawat yang terlihat dalam jarak 10 km (6 mil), sementara pangkalan rudal darat-ke-udara terdekat yang “dapat diidentifikasi” berjarak sekitar 50 km.
Namun, dikatakan bahwa gambar-gambarnya menunjukkan Hoejung-ni aktif dan terpelihara dengan baik menurut standar Korea Utara dan bahwa pembangunan kecil infrastrukturnya terus berlanjut.
Gambar-gambar itu menunjukkan dua fasilitas pemeriksaan rudal drive-through yang digunakan untuk mempersenjatai rudal, pengisian bahan bakar, pemeriksaan sistem dan operasi pemeliharaan, kata CSIS.
Setiap fasilitas terdiri dari tempat perlindungan beton besar yang dipotong di sisi gunung yang berdekatan dengan panjang sekitar 35 meter, cukup besar untuk menampung semua peluncur rudal bergerak Korea Utara yang diketahui.