Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kekuatan Militer China
© REUTERS / China Daily

Terbitkan Laporan, Pentagon Khawatir terhadap Kekuatan Militer China



Berita Baru, Internasional – Baru-baru ini, Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) menerbitkan sebuah laporan yang menyebutkan bahwa Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLAAF) tetap menjadi ‘pasukan penerbangan terbesar di dunia’ dan terbesar ketiga dalam hal seluruh kekuatan militer di dunia.

Laporan itu berjudul Military and Securitu Developments Involving The People’s Republic of China 2020 yang diterbitkan oleh Kementerian Pertahanan AS untuk laporan Kongres.

“PLAAF dengan cepat mengejar angkatan udara Barat di berbagai kemampuan dan kompetensi,” tulis laporan setebal 200 halaman itu.

Dalam laporan itu juga disebutkan bahwa kemampuan Angkatan Udara China secara total memiliki 2.500 pesawat dan sekitar 2.000 pesawat tempur.

“Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLAAF) dan PLAN Aviation bersama-sama merupakan pasukan penerbangan terbesar di wilayah tersebut dan terbesar ketiga di dunia, dengan total lebih dari 2.500 pesawat dan sekitar 2.000 pesawat tempur,” tulis laporan itu.

Sementara itu, Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat (PLARF) juga disebutkan telah mengembangkan kekuatan rudal konvensional dan nuklir berbasis darat.

“PLARF mengembangkan dan mengirimkan berbagai macam rudal balistik dan rudal jelajah yang diluncurkan di darat. China sedang mengembangkan rudal balistik antarbenua (ICBM) baru yang secara signifikan akan meningkatkan kekuatan rudal berkemampuan nuklirnya. Jumlah hulu ledak di ICBM darat China yang mampu mengancam Amerika Serikat diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 200 dalam lima tahun ke depan,” tulis laporan itu.

Laporan itu juga menggambarkan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) sebagai kekuatan darat terbesar di dunia, yang ‘terus bertransisi menjadi kekuatan darat yang modern, bergerak, dan mematikan’ dari tahun ke tahun.

Menurut laporan Kementerian Pertahanan AS itu, pada tahun 2019 PLA ‘menerjunkan sistem tempur dan peralatan komunikasi yang di-upgrage dan meningkatkan kemampuannya untuk melakukan dan mengelola operasi gabungan dan senjata gabungan yang kompleks.’

Terbitkan Laporan, Pentagon Khawatir terhadap Kekuatan Militer China
Dua jet tempur siluman J-20 milik Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLAAF) unjuk gigi selama Pameran Penerbangan dan Dirgantara Internasional Tiongkok ke-12 atau biasa dikenal sebagai Airshow Tiongkok 2018, Selasa, 6 November 2018, di kota Zhuhai, Tiongkok selatan. Provinsi Guangdong. Foto: AP Photo/Kin Cheung via Sputnik.

Mengomentari laporan dari Pentagon China Military Power 2020, editor pertahanan di majalah The National Interest Kris Osborn mencatat dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Fox News pada hari Minggu (6/9) bahwa AS tidak hanya peduli tentang ‘kuantitas’ PLAAF namun juga ‘peningkatan teknis kecanggihan dan taktik multi-misi yang digunakannya.’

Kris Osborn juga mengingatkan bahwa laporan itu menyebutkan militer China mengoperasikan sistem pertahanan udara S-400 canggih buatan Rusia.

Laporan itu muncul setelah Presiden China Xi Jinping menekankan pentingnya mengembangkan pasukan udara tak berawak sebagai bagian dari PLAAF yang katanya ‘sudah memiliki pesawat canggih dan senjata pertahanan udara.’

“Drone sangat mengubah skenario perang. Hal ini diperlukan untuk memperkuat penelitian, pendidikan, dan pelatihan tempur drone, dan mempercepat pelatihan pilot dan komandan drone,” kata Presiden Xi Jinping kepada para mahasiswa di Universitas Penerbangan Angkatan Udara PLA di Changchun, Provinsi Jilin, beberapa bulan yang lalu, dilansir dari Sputnik.

Laporan ini juga muncul mengikuti laporan dari Badan Intelijen Pertahanan AS mengenai kekuatan militer China pada 2019. Laporan itu mengungkapkan bahwa PLAAF ‘sedang mengembangkan pembom siluman jarak menengah dan jarak jauh baru’ yang mampu menyerang ‘target regional dan global.’

Laporan tersebut menambahkan bahwa upaya berkelanjutan Beijing untuk memodernisasi angkatan lautnya ‘menutup kesenjangan dengan angkatan udara Barat di berbagai spektrum kemampuan, seperti kinerja pesawat, […] dan peperangan elektronik.’