Tekan Kasus Campak di Papua Tengah Tak Meluas, Kemenkes Lakukan Langkah Antisipatif
Berita Baru, Jakarta – Kasus campak di Provinsi Papua Tengah meningkat dalam tiga bulan terakhir. Hal ini menjadikan daerah tersebut masuk dalam kategori berisiko. Atas kejadian itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan berbagai langkah antisipatif.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu menyebutkan, langkah antisipatif itu diantaranya melakukan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Papua Tengah dan Dinas Kesehatan di kabupaten terkonfirmasi.
Kemenkes juga meningkatkan surveilans aktif dan pemantauan penemuan kasus baru di Provinsi Papua Tengah, meningkatkan cakupan imunisasi, dan memenuhi kelengkapan fasyankes untuk persiapan penanganan kasus campak.
“Setelah menerima laporan ini, kami bergegas melakukan upaya tindaklanjut agar tidak semakin meluas,” kata Dirjen Maxi dalam keterangannya, Minggu (5/3).
Diketahui, dalam keterangnya tersebut Maxi melaporkan bahwa kasus campak di Provinsi Papua Tengah meningkat dalam tiga bulan terakhir. Menurutnya, per 3 Maret 2023, total kasus dilaporkan sebanyak 397 orang yang tersebar di 7 kabupaten.
Tujuh kabupaten yang dimaksud Maxi diantaranya Nabire, Paniai, Puncak Jaya, Mimika, Puncak, Dogiyai, Intan Jaya dan Deiyai. Maxi menyebut meningkatnya kasus campak ini akibat cakupan imunisasi yang rendah.
“Per 3 Maret 2023, kasus yang dilaporkan sebanyak 397 orang tersebar di tujuh kabupaten di Papua Tengah. Sekitar 48 orang telah terkonfirmasi laboratorium positif campak, terbanyak di Kabupaten Mimika 25 kasus, Kabupaten Nabire 16 kasus, dan Kabupaten Paniai 7 kasus,” ujar Maxi.
Maxi menjelaskan, dari hasil pemeriksaan didapati 1 kasus konfirmasi rubella di Kabupaten Mimika. Dari kasus konfirmasi campak dan rubella tersebut, sebanyak 19 orang masih menjalani perawatan, sedangkan 182 orang sudah dinyatakan sembuh dan 2 orang meninggal.
“Jumlah kasus kematian tercatat 2 kasus, satu kasus berasal dari Kabupaten Nabire dan 1 kasus dari Kabupaten Paniai,” papar Maxi.
Menurut Maxi, kenaikan kasus campak di Provinsi Papua Tengah disebabkan oleh rendahnya cakupan imunisasi MR untuk anak-anak di tahun 2022. Berdasarkan laporan Kemenkes, cakupan imunisasi MR1 hanya 64,1 persen, kemudian turun menjadi 48,6% pada Imunisasi MR 2.
“Temuan kami di lapangan, 87% Kasus yang telah dilaporkan belum pernah mendapatkan imunisasi MR. Ini terjadi di hampir semua kelompok umur, bahkan status imunisasinya sebagian besar 0 (zero),” terang Maxi.
Dirjen Maxi lantas mengingatkan bahwa imunisasi MR masih menjadi cara yang ampuh untuk mencegah dua penyakit sekaligus yakni campak dan rubella. Karenanya, ia mengimbau masyarakat untuk tidak ragu mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan imunisasi MR.