Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Targetkan Monumen Perbudakan dan Penindasan, Aktivis BLM Rusak Patung Egede di Greenland

Targetkan Monumen Perbudakan dan Penindasan, Aktivis BLM Rusak Patung Egede di Greenland



Berita Baru, Internasional – Seorang pria berusia 30-an diduga telah merusak patung pendeta Denmark-Norwegia, Hans Egede, di ibukota Greenland, Nuuk, menjelang Hari Nasional Greenland.

Patung Egede (1686-1758), yang masyhur karena karya misionarisnya di Greenland pada tahun 1720-an dan dijuluki sebagai “Rasul Greenland” telah disemprot dengan cat berwarna merah dan dicoret dengan kalimat “dekolonisasi” di atasnya.

Seperti dilansir dari Sputnik News, tindakan vandalisme ini muncul seiring dengan kampanye Black Lives Matter (BLM) di seluruh dunia yang menargetkan monumen perbudakan dan penindasan.

Rekan-rekan aktivis BLM mendukung tindakan ini dengan mengatakan bahwa sudah saatnya untuk “berhenti membayar upeti kepada penjajah” dan sebaliknya mengakui trauma dari penduduk asli Inuit di Greenland.

“Banyak yang melihat Hans Egede sebagai penyelamat saya dan orang-orang saya, tetapi bukan itu masalahnya. Dia adalah orang yang mengerikan. Dia tidak melihat orang-orang saya sebagai manusia tetapi sebagai sumber daya. Kita harus mulai menceritakan kisah itu dari mata kita: dari mata orang Inuit “, aktivis dan pelukis Aqqalu Berthelsen mengatakan kepada TV2.

Menyusul tindakan vandalism tersebut, anggota parlemen Greenland Aki-Matilda Høegh-Dam dari partai Siumut mengatakan bahwa patung Egede harus dipindahkan dan dikirim ke museum.

“Bagaimanapun, Hans Egede adalah seorang misionaris yang mempelopori penjajahan Greenland di bawah raja Denmark. Patung ini berdiri di atas gunung dan hampir menjulang di atas Nuuk, dan pada akhirnya melambangkan kekerasan kolonial”, katanya kepada Radio Denmark. Menurutnya, tindakan vandalisme mengisyaratkan bahwa publik “putus asa” dan memerlukan dialog.

Rekan anggota Greenland, Aaja Chemnitz Larsen, dari Inuit Ataqatigiit mengatakan bahwa ia paham betul tindakan di balik vandalisme, dan menyebutnya sebagai  “proses internal,” di mana Greenland perlu mendiskusikan masa lalunya.

Namun, sejarawan Thorkild Kjærgaard, mantan kepala departemen sejarah di Universitas Nuuk, meyakini tuduhan masa lalu kolonial pulau itu tidak masuk akal.

“Hans Egede dikritik karena menjajah Greenland, tetapi dia melakukan kebalikannya. Faktanya berkat Hans Egede bahwa Greenland tidak pernah menjadi koloni Inggris dan orang Inuit mempertahankan bahasa mereka sendiri,” kata Kjærgaard, menekankan bahwa inilah mengapa Egede dikagumi sebagai tokoh nasional di Denmark.

Dengan populasi sebanyak 56.000, Greenland adalah wilayah dengan kepadatan penduduk paling rendah di dunia, dengan iklim yang tidak bersahabat dan kurangnya infrastruktur di antara pemukiman pesisir yang terisolasi.

Meskipun memiliki otonomi luas, Greenland tetap menjadi bagian dari Alam Denmark dan sangat bergantung pada subsidi tahunan DKK 3,5 miliar ($ 510 juta). Beberapa politisi Greenland telah mendorong kemerdekaan penuh.

Aksi vandalism ini mengikuti kampanye Black Lives Matter di seluruh dunia yang menargetkan monumen perdagangan budak dan penjajah. Kampanye itu berakar dari kemarahan atas kematian seorang pria Afrika-Amerika, George Floyd, oleh seorang polisi berkulit putih.

Sejak itu, berbagai monumen mulai dari pedagang budak Inggris, jenderal Konfederasi, hingga Perdana Menteri Inggris Winston Churchill dan para pendiri AS telah dirusak atau dihancurkan.

Sebelumnya, pada tahun 1977, 2012, dan 2015, patung Hans Egede telah dirusak. Dan pada 2012, cat dan angka “666” ditulis di alas patung dalam ukurang yang besar berwarna merah.