Tandingi China, Taiwan Mulai Kembangkan Drone Militer
Berita Baru, Jakarta – Setelah Tiongkok berhasil menguasai lebih dari 50 jenis drone militer dengan jumlah diperkirakan mencapai puluhan ribu unit, Taiwan merasa tertinggal dalam persenjataan drone dan kini mulai bergerak untuk mengejar ketertinggalan itu.
Pada musim panas tahun 2022, hanya beberapa bulan setelah Rusia menyerbu Ukraina, Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, telah memimpin rapat tertutup di pusat kota Taipei dengan para pejabat tinggi partainya untuk membahas langkah strategis mengatasi situasi ini.
Dalam laporan internal yang ditampilkan melalui presentasi PowerPoint sebanyak 77 halaman, ditemukan fakta bahwa drones telah menjadi senjata utama Ukraina dalam perangnya melawan Rusia.
“Sejak perang dimulai, Ukraina yang sebelumnya dianggap lemah dalam dominasi udara berhasil dengan cerdik menggunakan drone untuk menciptakan supremasi udara sebagian,” demikian tertulis dalam laporan tersebuta yang dikutip dari Reuters pada Sabtu (22/7/2023).
Namun, situasi ini sangat berbeda bagi Taiwan. Pulau tersebut ditemukan tertinggal jauh dalam kepemilikan dan penggunaan drone dibandingkan dengan negara tetangganya yang jauh lebih kuat, Tiongkok.
Taiwan saat ini hanya memiliki empat jenis drone yang dapat digunakan dengan jumlah yang terbatas, sementara Tiongkok memiliki lebih dari 50 jenis drone dengan jumlah yang melimpah, mulai dari pesawat pengintai bertenaga jet hingga quadcopter kecil yang digunakan oleh pasukan darat.
Kondisi ini mengkhawatirkan Taiwan dan Presiden Tsai Ing-wen menyadari perlunya langkah strategis untuk menutup kesenjangan ini. Seorang sumber yang hadir dalam serangkaian pertemuan mengenai strategi drone ini menyatakan bahwa Tsai Ing-wen telah “memencet tombol” untuk memulai program ambisius pengembangan drone militer yang lebih canggih dan mengungguli Tiongkok dalam hal jumlah dan teknologi.
Program “Tim Nasional Drone” telah diinisiasi oleh pemerintah Taiwan sebagai upaya untuk merekrut pembuat drone komersial dan perusahaan penerbangan dan antariksa di pulau tersebut untuk bekerja sama dengan militer guna mengembangkan drone dengan cepat dan mandiri. Paling tidak, sembilan perusahaan swasta telah bergabung dalam upaya ini.
Salah satu perusahaan yang terlibat adalah Thunder Tiger Group, yang dikenal sebagai pembuat pesawat model radio kendali untuk hobi dan penggunaan komersial. Mereka kini tengah mengembangkan drone untuk militer Taiwan, termasuk helikopter pengintai berbasis kapal atau darat tanpa awak yang dilengkapi dengan rotor berukuran empat meter, memiliki jangkauan hingga 400 kilometer dan mampu berada di udara selama enam jam.
Diharapkan bahwa program ambisius ini akan menghasilkan lebih dari 3.200 drone militer pada pertengahan tahun 2024. Drone-drona ini termasuk mini-drones yang beratnya kurang dari dua kilogram, hingga pesawat pengintai yang lebih besar dengan jangkauan mencapai 150 kilometer.
“Kami perlu segera mengejar ketertinggalan ini, dengan ribuan drone,” ujar Max Lo, seorang pengusaha di bidang antariksa dan koordinator dari upaya pengembangan drone ini. “Kami berusaha semaksimal mungkin untuk mengembangkan drone dengan spesifikasi komersial untuk kegunaan militer. Kami berharap dapat dengan cepat meningkatkan kapasitas kami berdasarkan teknologi yang sudah ada, agar kami bisa sejajar dengan Ukraina.”
Dengan program ambisius ini, Taiwan berharap bisa menutup kesenjangan dan meningkatkan kemampuan militer mereka dalam menghadapi Tiongkok yang lebih kuat, terutama dalam era peperangan modern yang semakin bergantung pada teknologi drone.