Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Negosiasi Taliban dan Afghanistan
(Foto: AFP)

Taliban Tolak Tim Negosiasi Afghanistan



Berita Baru, Internasional – Taliban merupakan kelompok teroris terlarang di beberapa Negara. Zabihullah Mujahid selaku juru bicara Taliban mengatakan pada hari Sabtu (28/3) bahwa Taliban telah menolak tim negosiasi pemerintah Afghanistan. Taliban mengklaim bahwa daftar tim negosiasi tidak sesuai dengan perjanjian sebelumnya antara Taliban dan Amerika Serikat.

“Tetapi ketika tim [negosiasi] diumumkan oleh pemerintah Afghanistan, hal itu melanggar kebijakan prinsip kami dan perjanjian yang sudah disepakati dengan Amerika,” ujar Mujahid.

Zahibullah mengatakan, tim negosiasi harus mewakili semua pihak agar mencapai perdamaian di Afghanistan dan menghilangkan semua masalah dalam pembicaraan intra-Afghanistan.

Selain itu, Mujahid menegaskan kembali kesediaan Taliban untuk kembali berpartisipasi dalam pembicaraan “dengan semua pihak Afghanistan yang berpengaruh sesuai dengan perjanjian.”

Pada Sabtu malam waktu setempat, terjadi bentrokan antara Polisi Nasional Afghanistan dengan kelompok teroris Taliban di distrik Spin Buldak Kandahar – Afghanistan selatan dekat perbatasan dengan Pakistan. Bentrokan itu menyebabkan enam Taliban tewas dan tujuh lainnya cedera.

Di samping itu, menurut sumber sipil, empat polisi juga terluka dalam bentrokan itu.

Pada hari Kamis (26/3), Javid Faisal selaku juru bicara Dewan Keamanan Nasional mengumumkan bahwa 100 tahanan Taliban akan dibebaskan pada 31 Maret.

Pada 29 Februari, AS dan Taliban menyetujui perjanjian damai di ibukota Qatar, Doha, di mana negosiasi intra-Afghanistan dijadwalkan akan dimulai pada 10 Maret. Meskipun demikian, krisis kekuasaan antara Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dan saingan politiknya, Abdullah Abdullah, yang menolak untuk mengakui kekalahannya dalam pemilihan presiden, serta keengganan pemerintah Afghanistan untuk bertukar tahanan dengan Taliban, mengakibatkan terhentinya proses perdamaian.


SumberSputnik News