Tak Terima Palestina Digempur, Iran: Israel Akan Bayar Mahal
Berita Baru, Teheran – Kepala Korp Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), Mayor Jenderal IRGC Hossein Salami menegaskan kepada publik bahwa Israel akan bayar mahal “untuk kejahatan” atau serangan baru-baru ini di Palestina.
Hal itu diungkapkan Salami saat bertemu dengan pemimpin Kelompok Jihad Islam (Palestina) Ziyad al-Nakhalah di Teheran dengan menekankan bahwa Palestina “tidak sendirian.”
“Kami bersama Anda di jalan ini sampai akhir, dan biarkan Palestina dan warga Palestina tahu bahwa mereka tidak sendirian,” kata Salami kepada Ziad al-Nakhala, dikutip dari Anadolu Agency.
Nakhalah, yang tiba di Teheran pada hari Rabu, mengadakan serangkaian pertemuan dengan pejabat tinggi Iran, termasuk Presiden Ebrahim Raisi, Menteri Luar Negeri Hossein Amir-Abdollahian, dan penasihat utama Pemimpin Tertinggi Ali Akbar Velayati.
Kunjungan itu bertepatan dengan serangan udara Israel di Gaza yang berlangsung sejak Jumat (5/8). Serangan pada hari Jumat itu diketahui telah menewaskan 13 warga Palestina dan hampir 114 orang lainnya terluka.
Kelompok Jihad Islam membalas dengan puluhan serangan roket Israel tersebut, namun Israel mengkalim berhasil menangkis semua serangan roket tersebut.
Ketegangan konflik Palestina-Israel dua hari ini mengalami peningkatan hampir di seluruh wilayah Palestina sejak Senin (1/8), ketika pasukan Israel menahan Bassam al-Saadi, seorang pemimpin senior kelompok Jihad Islam, dalam serangan di kota Jenin, Tepi Barat.
“Hari ini, semua kemampuan jihad anti-Zionis berada di tempat kejadian dalam formasi bersatu yang bekerja untuk membebaskan Yerusalem dan menegakkan hak-hak rakyat Palestina,” imbuh Salami.
Menunjuk upaya Israel menjalin “normalisasi” dengan beberapa negara regional, Salami mengatakan Israel secara bertahap mulai mendekati negara Arab “karena frustrasi yang disebabkan oleh ketidakmampuan Amerika untuk mendukung mereka.”
“Ketika Palestina memperoleh kekuasaan dan kekuatan ini menjadi lebih terlihat, kelemahan dan ketidakmampuan Zionis menjadi lebih jelas dan menjadi lebih sulit bagi mereka untuk terus bekerja,” kata Salami, seraya menambahkan bahwa “kelemahan” ini telah menempatkan Israel “di jalan yang benar kehancuran.”
Salami pun memuji memuji persatuan antara kelompok-kelompok Palestina sebagai “fakta mulia” yang katanya “menciptakan vitalitas, pertumbuhan, dan otoritas untuk perlawanan Islam Palestina”.
Pada tahun 2020, Israel menandatangani perjanjian yang disponsori AS untuk menormalkan hubungan dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan, dan Maroko.
Langkah itu dikecam oleh Palestina dan beberapa pengamat langkah itu tak ubahnya seperti menikam Palestina dari belakang.
Pada gilirannya, Nakhalah mengatakan kelompok perlawanan Palestina telah membuat “kemajuan yang baik dan efektif” dalam hal kemampuan militer, menekankan bahwa proses itu akan berlanjut.
Dia menyatakan keyakinannya bahwa kelompok-kelompok Palestina, termasuk Jihad Islam, “dalam posisi yang baik” dan “mampu membalas” terhadap setiap serangan dari Israel.