Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Kim Jong Un melihat peluncuran rudal balistik hipersonik dari kereta. Foto: KCNA.
Kim Jong Un melihat peluncuran rudal balistik hipersonik dari kereta. Foto: KCNA.

Tak Takut dengan Sanksi AS, Korea Utara Kembali Luncurkan Rudal yang Ketiga Kalinya



Berita Baru, Seoul – Seperti masa bodoh dengan sanksi baru dari Amerika Serikat, Korea Utara kembali luncurkan rudal yang ketiga kalinya dalam sepekan pada Jumat (14/1).

Hal itu diumumkan oleh Staf Gabungan Seoul dan penjaga pantai Jepang. “Korea Utara menembakkan proyektil tak dikenal ke arah timur,” kata Kepala Staf Gabungan Seoul, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

Selain itu, penjaga pantai Jepang juga mengatakan telah mendeteksi “peluncuran dari Korea Utara dari apa yang tampaknya menjadi rudal balistik atau rudal pada 14h55”.

Seorang juru bicara penjaga pantai mengatakan bahwa pihaknya masih menganalisis daerah di mana proyektil itu jatuh dan apakah itu satu objek atau lebih.

Jika peluncuran itu benar, maka peluncuran rudal balistik itu akan menjadi yang ketiga kalinya sejak 5 Januari saat Korea Utara mengkonfirmasi peluncuran itu sebagai peluncuran rudal hipersonik.

Kemudian pada Selasa (11/1), Korea Utara kembali melakukan peluncuran rudal balistik hipersonik dengan dihadiri langsung oleh Kim Jong Un.

Senjata hipersonik bergerak lebih cepat dan lebih dapat bermanuver daripada rudal konvensional dan juga sedang dikembangkan oleh China, Rusia, dan Amerika Serikat.

Sebelumnya, pada Kamis (13/1), pemerintahan Biden telah menjatuhkan sanksi pada Korea Utara “untuk mencegah kemajuan program Korea Utara dan untuk menghambat upayanya untuk mengembangkan teknologi senjata.”

Korea Utara menegaskan modernisasi militer dan uji coba misilnya diperlukan untuk pertahanan diri.

Sebuah pernyataan kementerian luar negeri yang diunggah oleh kantor berita resmi negara, KCNA, memperingatkan “reaksi yang lebih kuat dan pasti” yang tidak ditentukan jika AS mengambil sikap konfrontatif.

Pembicaraan denuklirisasi antara AS dan Korea telah terhenti sejak runtuhnya KTT di Hanoi 2019 yang mempertemukan Kim Jong Un dan Presiden AS saat itu Donald Trump.

Kemudian Joe Biden juga mencoba untuk mendorong Korea Utara untuk kembali ke meja perundingan dan bersikeras bahwa AS terbuka untuk diskusi tanpa syarat.

Korea Utara berpendapat bahwa sementara AS berbicara tentang diplomasi dan dialog, tindakannya menunjukkan “masih asyik dengan kebijakannya untuk mengisolasi dan mencekik” Korea Utara.

“AS sengaja meningkatkan situasi bahkan dengan aktivasi sanksi independen, tidak puas dengan merujuk aktivitas DPRK yang adil ke Dewan Keamanan PBB,” kata pernyataan itu.