Taiwan Ternyata Punya Rudal Jelajah yang Mampu Menjangkau China
Berita Baru, Internasional – Pada hari Selasa (22/9), Presiden Taiwan Tsai Ing Wen mengunjungi Pangkalan Angkatan Udara Makung, instalasi Angkatan Udara Republik Tiongkok di kepulauan Penghu, yang terletak di Selat Taiwan.
Menurut The Drive, pada pertemuan itu, dia menyapa beberapa pilot F-CK-1C/D Indigenous Defense Fighter dan berterima kasih atas ‘kinerja heroik mereka dalam menghalangi lusinan pesawat China yang melintasi garis median selat selama akhir pekan.
Pertemuan Presiden Taiwan Tsai Ing Wen itu disiarkan langsung oleh TV Formosa Taipei hingga membuat hampir seluruh warga Taiwan dapat menyaksikan.
Namun, dalam siaran itu, terlihat juga tampilan senjata di dekat hanggar yang mencakup beberapa rudal jelajah Wan Chien (artinya: sepuluh ribu pedang) yang dibawa oleh pesawat tempur F-CK-1C/D angkatan udara.
Sementara itu, Menurut Missile Threat, salah satu program dari lembaga think thank Center for Strategic and International Studies (CSIS), rudal jelajah Wan Chien buatan Taiwan itu memiliki jangkauan 150 mil. Dengan demikian daratan China, termasuk kota metropolitan Xiamen, bisa menjadi sasaran tembak.
Video itu juga juga menampilkan rudal anti-kapal AGM-84 Harpoon, yang digunakan jet Taiwan untuk melakukan patroli dalam beberapa bulan terakhir.
Harpoons adalah rudal buatan AS dan dijual kepada pemerintah Taiwan melalui jalur ‘pintu belakang’ yang digunakan Washington untuk menjaga Taipei tetap independen dari Beijing.
Di bawah Presiden AS Donald Trump, dukungan AS untuk Taiwan semakin meningkat, bersamaan dengan meningkatnya permusuhan antara Washington dan Beijing di berbagai lini.
Menurut Sputnik, dua dari kesepakatan senjata terbesar AS dengan Taiwan telah ditandatangani atau diusulkan dalam dua tahun terakhir: yaitu pembelian pesawat tempur F-16V “Viper” canggih senilai US$ 8 miliar dan penjualan senjata senilai US$ 7 miliar yang sekarang sedang dibahas oleh Kongres, termasuk rudal serang jarak jauh AGM-84H/K SLAM-ER, yang merupakan versi modifikasi dari Harpoon, dan drone pengintai dan tempur MQ-8B Reaper.
Patroli udara dan laut China di sekitar pulau juga meningkat. Selama akhir pekan, total 37 pesawat Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat melintasi garis median di Selat Taiwan.
Insiden itu terjadi selama kunjungan pejabat tertinggi AS yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menginjakkan kaki di pulau itu sejak Washington mengalihkan pengakuannya terhadap pemerintah China dari Taipei ke Beijing.
Setelah insiden tersebut, Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan mengatakan memiliki hak untuk “membela diri dan melakukan serangan balik”, meskipun pesawat China tidak melanggar integritas teritorial Taiwan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin sama sekali menolak keluhan Taipei.
Pada hari Senin (21/9) kemarin, Wenbin mengatakan kepada wartawan bahwa “Taiwan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari wilayah China. Apa yang disebut garis tengah Selat tidak ada.”