Social Network Analysis – Beritabaru.co https://beritabaru.co Meluruskan Distorsi Informasi Mon, 12 Oct 2020 03:17:42 +0000 id hourly 1 https://beritabaru.co/wp-content/uploads/2019/09/cropped-Berita-Baru-Icon-32x32.png Social Network Analysis – Beritabaru.co https://beritabaru.co 32 32 Analisis Jaringan Sosial, UU Cipta Kerja Gerus Dukungan Kepada Jokowi https://beritabaru.co/analisis-jaringan-sosial-uu-cipta-kerja-gerus-dukungan-kepada-jokowi/ https://beritabaru.co/analisis-jaringan-sosial-uu-cipta-kerja-gerus-dukungan-kepada-jokowi/#respond Sun, 11 Oct 2020 19:37:50 +0000 https://beritabaru.co/?p=44601 Analisis Jaringan Sosial, UU Cipta Kerja Gerus Dukungan Kepada Jokowi

Berita Baru, Jakarta - Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan Pemerintah telah mengesahkan RUU Cipta Kerja melalui rapat paripurna pada Senin (5/10) lalu.

Ketua Badan Legislasi DPR RI Supratman Ali Atgas mengklaim, sebelum sampai pada tahap pengesahan, terdapat 64 kali rapat yang dijalankan oleh DPR RI yang terdiri dari 2 kali rapat kerja, 56 kali rapat Panja, dan sisanya 6 kali rapat dengan tim perumus.

Faktanya, penetapan UU Cipta Kerja telah memicu reaksi publik yang cukup keras. Berbagai petisi dan pernyataan sikap secara tegas menolak UU tersebut. Ujungnya aksi demonstrasi yang digalang kelompok mahasiswa, buruh, petani, nelayan dan organisasi masyarakat sipil telah pecah di Ibukota Jakarta dan banyak Daerah lainnya di Indonesia.

Berdasarkan hasil Social Network Analysis (SNA) yang dilakukan oleh Drone Emprit, pro-kontra UU Cipta Kerja juga ramai diperbincangkan di dunia maya, khususnya melalui platform media sosial Twitter.

Menurut founder Drone Emprit, Ismail Fahmi, analisis SNA Jokowi tersebut dilakukan oleh Drone Emprit dalam periode yang cukup panjang yaitu Januari 2014 sampai Oktober 2020, dengan kata kunci “Jokowi, Joko Widodo, Presiden RI”.

Meskipun periode analisisnya panjang, tetapi salah satu informasi yang ingin digali secara mendalam oleh Drone Emprit adalah untuk mengetahui dampak dukungan kepada Jokowi setelah ditetapkannya UU Cipta Kerja, dibandingkan sebelum pengesahan.

“Apakah dengan disahkannya Omnibus Law ini ada dampak terhadap dukungan kepada @jokowi di media sosial?,” Kata Ismail dalam utasnya melalui akun Twitter @ismailfahmi pada Minggu (11/10).

Dalam analisis ini Drone Emprit membagi beberapa periode penting yaitu Januari 2014 ketika Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, April 2015 merupakan awal masa jabatan Jokowi sebagai Presiden RI, September – Oktober 2017 setelah Pilkada DKI Jakarta, November – Desember 2018 masa awal kampanye Pilpres, Februari 2019 periode Debat Capres-Cawapres, Januari – Februari 2020 sebagai awal masa jabatan Presiden Jokowi periode kedua dan sebelum ada COVID-19, Mei – Juli 2020 di tengah masa pandemi COVID-19, dan Oktober 2020 menjelang dan setelah pengesahan Omnibus Law Cipta Kerja.

Ismail menjelaskan hasil SNA Jokowi dalam jangka panjang tersebut menunjukkan bahwa setelah UU Cipta Kerja disahkan, untuk pertama kali dalam periode 2014-2020, jumlah klaster Kontra Jokowi jumlahnya menjadi jauh lebih besar dibandingkan klaster Pro Jokowi.

“Dalam seminggu terakhir (3-10 Oktober 2020), sejak UU Omnibus Law disahkan, cluster pro Jokowi tampak jauh lebih kecil dibanding cluster kontra,” tutur Ismail Fahmi,

Padahal, dari tahun 2014 sampai awal tahun 2020, klaster Pro Jokowi selalu lebih besar dibandingkan klaster Kontra Jokowi. Meskipun terjadi tren peningkatan klaster Kontra Jokowi setiap tahun, sehingga terus membesar.

Berikut ini adalah hasil lengkap SNA Jokowi yang dilakukan oleh Drone Emprit.

JANUARI 2014: GUBERNUR DKI JAKARTA

Sejak 1 Januari 2014 hingga 31 Januari 2014, saat Presiden Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur DKI, cluster pro akun @Jokowi sangat mendominasi peta percakapan di media. Angka pengguna media sosial dengan keyword setting “Jokowi, Joko Widodo, Presiden RI” yang kontra masih sedikit, dan didominasi oleh akun @TrioMacan2000 yang didukung oleh banyak akun bot atau akun robot, akun yang dikelola oleh softwere yang bisa memerintahkan akun untuk me-retweet, tweet, mention dan like secara otomatis.

@IsmailFahmi
APRIL 2015: PRESIDEN RI

Sejak 1 April 2015 hingga 18 April 2015, saat Presiden Jokowi sudah menjadi presiden RI, pengguna media sosial dengan cluster pro masih mendominasi. Namun demikian, angka akun yang kontra terhadap @Jokowi dengan keyword settingnya sudah tampak jauh lebih besar dibanding 2014. Akun TrioMacan, MasPiyungan, Yusril, dan lainnya menjadi influencer kontra.

@IsmailFahmi
SEPTEMBER 2017-OKTOBER 2017: PRESIDEN RI, SETELAH PILKADA DKI

Melompat ke tahun 2017 (1 September - 31 Oktober), cluster pro Jokowi @Jokowi semakin besar dengan tambahan sub-sub cluster baru dari partai pendukung. Pertambahan cluster pro dan sub-subnya ini juga dibarengi dengan pertambahan cluster kontra yang lebih besar ketimbang tahun sebelumnya. Khususnya karena pasca pilkada DKI pendukung oposisi semakin kuat.

@IsmailFahmi
NOVEMBER 2018-DESEMBER 2018: PRESIDEN RI, KAMPANYE PILPRES

Pada tahun ini, cluster pro Jokowi sangat besar networknya. Hal tersebut dikarenakan adanya mobilisasi media sosial yang sangat kuat pada tahun ini, bertepatan dengan pilpres. Tidak hanya pertambahan cluster pro, namun juga bertambah banyaknya cluster baru, terbesar dari Satgas Dana Desa.

@IsmailFahmi
FEBRUARI 2019: PRESIDEN RI, DEBAT CAPRES

Pada tahun ini, dilakukan pembandingan antara Jokowi vs Prabowo pada 17 Februari 2019, untuk melihat kekuatan riil Pro-Kontra. Sebelumnya SNA hanya untuk Jokowi saja. Cluster kontra tampak lebih besar, mempromosikan Prabowo, dan cluster Pro Jokowi sedikit lebih kecil.

@IsmailFahmi
JANUARI-FEBRUARI 2020: PRESIDEN RI, PRA COVID-19

Awal 2020, cluster pro Jokowi sangat besar. Cuitan @Jokowi ramai diamplifikasi dengan sentimen positif (hijau). Begitu juga dengan Cluster kontra, tak kalah besarnya, dengan sentimen sangat negatif (merah).  Akun @PartaiSocmed mulai bergeser ke tengah (netral).

@IsmailFahmi
MEI 2019-JULI 2020: PRESIDEN RI, COVID-19

Selama Covid19 (data yang diambil sejak 1 Mei-31 Juli), cluster pro Jokowi masih sangat besar, tentu saja masih dengan analisis keyword setting “Jokowi, Joko Widodo, Presiden RI”, terutama yg mengamplifikasi cuitan akun @Jokowi. Pada masa ini cluster yang kontra juga tak kalah besar, merah, dimotori oleh akun @geloraco. Akun @PartaiSocmed sudah masuk ke cluster Kontra.

@IsmailFahmi
OKTOBER 2020: PRESIDEN RI, OMNIBUS LAW

Pasca Omnibus Law disahkan pada 5 Oktober 2020 (data 3-10 Okt), peta SNA mengalami perubahan. Cluster pro @Jokowi (positif, hijau) sangat kecil dibandingkan dengan yang kontra (negatif, merah). Akun-akun yang pada awalnya berada di pihak pro, tampak beralih berada di cluster kontra, seperti PartaiSocmed, sahal_AS, dan lainnya.

@IsmailFahmi
BOT ANALISIS MEI 2020-JULI 2020

Kemudian analisis Akun Robot atau Bot pada 1 Mei-31 Juli 2020 terhadap 53.36% dari 522k akun menunjukkan percakapan yang cenderung natural (hijau). Ada percakapan oleh bot (merah), tetapi dengan proporsi yang tidak besar.

Berdasarkan analisis SNA Presiden Jokowi oleh Drone Emprit yang dilakukan sejak tahun 2014 hingga awal 2020 menyimpulkan bahwa cluster pro Jokowi awalnya lebih besar dari cluster kontra. Setiap tahun, ukuran cluster kontra Jokowi semakin besar, hingga akhirnya menyamai cluster pro Jokowi.

Pada awal tahun 2020 (Januari-Februari) sebelum ramai isu Covid-19 dan saat Covid-19 (Mei-Juli), cluster pro Jokowi masih sangat besar, berimbang dengan cluster kontra dengan besarnya akun organik yang meretweet postingan akun @Jokowi.

Dalam seminggu terakhir (3-10 Oktober 2020), sejak UU Omnibus Law disahkan, cluster pro Jokowi tampak jauh lebih kecil dibanding cluster kontra. Bahkan akun organik yang me-retweet postingan akun @Jokowi tidak sebesar sebelumnya. Sebaliknya, akun ini posisinya bergesar ke tengah di antara dua cluster, yang menggambarkan banyaknya akun dari cluster kontra yang turut meretweet postingan @Jokowi; bukan karena setuju, tapi lebih banyak sebagai bentuk penolakan dan kritikan.

Terdapat pergeseran beberapa akun influensial dari yang sebelumnya berada dalam cluster pro Jokowi, bergeser ke cluster kontra Jokowi. Dari narasinya, berisi kritikan yang disukai dan diretweet oleh akun-akun di cluster kontra, sehingga posisinya bergeser dari cluster pro ke kontra.

Perubahan peta SNA di atas memperlihatkan adanya dampak Omnibus Law terhadap kuantitas dukungan kepada @Jokowi di media sosial Twitter. Dari yang sebelumnya banyak yang mendukung (ukuran cluster besar) menjadi berkurang dukungannya, berimbang dengan yang kontra.

Meski SNA memperlihatkan turunnya dukungan, namun hasil SNA ini relativ temporer dan dapat berubah kapan saja. Begitu juga data SNA bukanlah gambaran di lapangan, tetapi hasil analisis dunia maya, meski tak mustahil bisa mempengaruhi dunia offline.

]]>
Analisis Jaringan Sosial, UU Cipta Kerja Gerus Dukungan Kepada Jokowi

Berita Baru, Jakarta - Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan Pemerintah telah mengesahkan RUU Cipta Kerja melalui rapat paripurna pada Senin (5/10) lalu.

Ketua Badan Legislasi DPR RI Supratman Ali Atgas mengklaim, sebelum sampai pada tahap pengesahan, terdapat 64 kali rapat yang dijalankan oleh DPR RI yang terdiri dari 2 kali rapat kerja, 56 kali rapat Panja, dan sisanya 6 kali rapat dengan tim perumus.

Faktanya, penetapan UU Cipta Kerja telah memicu reaksi publik yang cukup keras. Berbagai petisi dan pernyataan sikap secara tegas menolak UU tersebut. Ujungnya aksi demonstrasi yang digalang kelompok mahasiswa, buruh, petani, nelayan dan organisasi masyarakat sipil telah pecah di Ibukota Jakarta dan banyak Daerah lainnya di Indonesia.

Berdasarkan hasil Social Network Analysis (SNA) yang dilakukan oleh Drone Emprit, pro-kontra UU Cipta Kerja juga ramai diperbincangkan di dunia maya, khususnya melalui platform media sosial Twitter.

Menurut founder Drone Emprit, Ismail Fahmi, analisis SNA Jokowi tersebut dilakukan oleh Drone Emprit dalam periode yang cukup panjang yaitu Januari 2014 sampai Oktober 2020, dengan kata kunci “Jokowi, Joko Widodo, Presiden RI”.

Meskipun periode analisisnya panjang, tetapi salah satu informasi yang ingin digali secara mendalam oleh Drone Emprit adalah untuk mengetahui dampak dukungan kepada Jokowi setelah ditetapkannya UU Cipta Kerja, dibandingkan sebelum pengesahan.

“Apakah dengan disahkannya Omnibus Law ini ada dampak terhadap dukungan kepada @jokowi di media sosial?,” Kata Ismail dalam utasnya melalui akun Twitter @ismailfahmi pada Minggu (11/10).

Dalam analisis ini Drone Emprit membagi beberapa periode penting yaitu Januari 2014 ketika Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, April 2015 merupakan awal masa jabatan Jokowi sebagai Presiden RI, September – Oktober 2017 setelah Pilkada DKI Jakarta, November – Desember 2018 masa awal kampanye Pilpres, Februari 2019 periode Debat Capres-Cawapres, Januari – Februari 2020 sebagai awal masa jabatan Presiden Jokowi periode kedua dan sebelum ada COVID-19, Mei – Juli 2020 di tengah masa pandemi COVID-19, dan Oktober 2020 menjelang dan setelah pengesahan Omnibus Law Cipta Kerja.

Ismail menjelaskan hasil SNA Jokowi dalam jangka panjang tersebut menunjukkan bahwa setelah UU Cipta Kerja disahkan, untuk pertama kali dalam periode 2014-2020, jumlah klaster Kontra Jokowi jumlahnya menjadi jauh lebih besar dibandingkan klaster Pro Jokowi.

“Dalam seminggu terakhir (3-10 Oktober 2020), sejak UU Omnibus Law disahkan, cluster pro Jokowi tampak jauh lebih kecil dibanding cluster kontra,” tutur Ismail Fahmi,

Padahal, dari tahun 2014 sampai awal tahun 2020, klaster Pro Jokowi selalu lebih besar dibandingkan klaster Kontra Jokowi. Meskipun terjadi tren peningkatan klaster Kontra Jokowi setiap tahun, sehingga terus membesar.

Berikut ini adalah hasil lengkap SNA Jokowi yang dilakukan oleh Drone Emprit.

JANUARI 2014: GUBERNUR DKI JAKARTA

Sejak 1 Januari 2014 hingga 31 Januari 2014, saat Presiden Jokowi masih menjabat sebagai Gubernur DKI, cluster pro akun @Jokowi sangat mendominasi peta percakapan di media. Angka pengguna media sosial dengan keyword setting “Jokowi, Joko Widodo, Presiden RI” yang kontra masih sedikit, dan didominasi oleh akun @TrioMacan2000 yang didukung oleh banyak akun bot atau akun robot, akun yang dikelola oleh softwere yang bisa memerintahkan akun untuk me-retweet, tweet, mention dan like secara otomatis.

@IsmailFahmi
APRIL 2015: PRESIDEN RI

Sejak 1 April 2015 hingga 18 April 2015, saat Presiden Jokowi sudah menjadi presiden RI, pengguna media sosial dengan cluster pro masih mendominasi. Namun demikian, angka akun yang kontra terhadap @Jokowi dengan keyword settingnya sudah tampak jauh lebih besar dibanding 2014. Akun TrioMacan, MasPiyungan, Yusril, dan lainnya menjadi influencer kontra.

@IsmailFahmi
SEPTEMBER 2017-OKTOBER 2017: PRESIDEN RI, SETELAH PILKADA DKI

Melompat ke tahun 2017 (1 September - 31 Oktober), cluster pro Jokowi @Jokowi semakin besar dengan tambahan sub-sub cluster baru dari partai pendukung. Pertambahan cluster pro dan sub-subnya ini juga dibarengi dengan pertambahan cluster kontra yang lebih besar ketimbang tahun sebelumnya. Khususnya karena pasca pilkada DKI pendukung oposisi semakin kuat.

@IsmailFahmi
NOVEMBER 2018-DESEMBER 2018: PRESIDEN RI, KAMPANYE PILPRES

Pada tahun ini, cluster pro Jokowi sangat besar networknya. Hal tersebut dikarenakan adanya mobilisasi media sosial yang sangat kuat pada tahun ini, bertepatan dengan pilpres. Tidak hanya pertambahan cluster pro, namun juga bertambah banyaknya cluster baru, terbesar dari Satgas Dana Desa.

@IsmailFahmi
FEBRUARI 2019: PRESIDEN RI, DEBAT CAPRES

Pada tahun ini, dilakukan pembandingan antara Jokowi vs Prabowo pada 17 Februari 2019, untuk melihat kekuatan riil Pro-Kontra. Sebelumnya SNA hanya untuk Jokowi saja. Cluster kontra tampak lebih besar, mempromosikan Prabowo, dan cluster Pro Jokowi sedikit lebih kecil.

@IsmailFahmi
JANUARI-FEBRUARI 2020: PRESIDEN RI, PRA COVID-19

Awal 2020, cluster pro Jokowi sangat besar. Cuitan @Jokowi ramai diamplifikasi dengan sentimen positif (hijau). Begitu juga dengan Cluster kontra, tak kalah besarnya, dengan sentimen sangat negatif (merah).  Akun @PartaiSocmed mulai bergeser ke tengah (netral).

@IsmailFahmi
MEI 2019-JULI 2020: PRESIDEN RI, COVID-19

Selama Covid19 (data yang diambil sejak 1 Mei-31 Juli), cluster pro Jokowi masih sangat besar, tentu saja masih dengan analisis keyword setting “Jokowi, Joko Widodo, Presiden RI”, terutama yg mengamplifikasi cuitan akun @Jokowi. Pada masa ini cluster yang kontra juga tak kalah besar, merah, dimotori oleh akun @geloraco. Akun @PartaiSocmed sudah masuk ke cluster Kontra.

@IsmailFahmi
OKTOBER 2020: PRESIDEN RI, OMNIBUS LAW

Pasca Omnibus Law disahkan pada 5 Oktober 2020 (data 3-10 Okt), peta SNA mengalami perubahan. Cluster pro @Jokowi (positif, hijau) sangat kecil dibandingkan dengan yang kontra (negatif, merah). Akun-akun yang pada awalnya berada di pihak pro, tampak beralih berada di cluster kontra, seperti PartaiSocmed, sahal_AS, dan lainnya.

@IsmailFahmi
BOT ANALISIS MEI 2020-JULI 2020

Kemudian analisis Akun Robot atau Bot pada 1 Mei-31 Juli 2020 terhadap 53.36% dari 522k akun menunjukkan percakapan yang cenderung natural (hijau). Ada percakapan oleh bot (merah), tetapi dengan proporsi yang tidak besar.

Berdasarkan analisis SNA Presiden Jokowi oleh Drone Emprit yang dilakukan sejak tahun 2014 hingga awal 2020 menyimpulkan bahwa cluster pro Jokowi awalnya lebih besar dari cluster kontra. Setiap tahun, ukuran cluster kontra Jokowi semakin besar, hingga akhirnya menyamai cluster pro Jokowi.

Pada awal tahun 2020 (Januari-Februari) sebelum ramai isu Covid-19 dan saat Covid-19 (Mei-Juli), cluster pro Jokowi masih sangat besar, berimbang dengan cluster kontra dengan besarnya akun organik yang meretweet postingan akun @Jokowi.

Dalam seminggu terakhir (3-10 Oktober 2020), sejak UU Omnibus Law disahkan, cluster pro Jokowi tampak jauh lebih kecil dibanding cluster kontra. Bahkan akun organik yang me-retweet postingan akun @Jokowi tidak sebesar sebelumnya. Sebaliknya, akun ini posisinya bergesar ke tengah di antara dua cluster, yang menggambarkan banyaknya akun dari cluster kontra yang turut meretweet postingan @Jokowi; bukan karena setuju, tapi lebih banyak sebagai bentuk penolakan dan kritikan.

Terdapat pergeseran beberapa akun influensial dari yang sebelumnya berada dalam cluster pro Jokowi, bergeser ke cluster kontra Jokowi. Dari narasinya, berisi kritikan yang disukai dan diretweet oleh akun-akun di cluster kontra, sehingga posisinya bergeser dari cluster pro ke kontra.

Perubahan peta SNA di atas memperlihatkan adanya dampak Omnibus Law terhadap kuantitas dukungan kepada @Jokowi di media sosial Twitter. Dari yang sebelumnya banyak yang mendukung (ukuran cluster besar) menjadi berkurang dukungannya, berimbang dengan yang kontra.

Meski SNA memperlihatkan turunnya dukungan, namun hasil SNA ini relativ temporer dan dapat berubah kapan saja. Begitu juga data SNA bukanlah gambaran di lapangan, tetapi hasil analisis dunia maya, meski tak mustahil bisa mempengaruhi dunia offline.

]]>
https://beritabaru.co/analisis-jaringan-sosial-uu-cipta-kerja-gerus-dukungan-kepada-jokowi/feed/ 0 https://beritabaru.co/wp-content/uploads/2020/10/Drone-300x185.jpg