pilar Transisi Energi G20 – Beritabaru.co https://beritabaru.co Meluruskan Distorsi Informasi Sun, 13 Feb 2022 14:44:55 +0000 id hourly 1 https://beritabaru.co/wp-content/uploads/2019/09/cropped-Berita-Baru-Icon-32x32.png pilar Transisi Energi G20 – Beritabaru.co https://beritabaru.co 32 32 Dyah Roro Esti: G20 Momentum Percepatan Transisi Energi https://beritabaru.co/dyah-roro-esti-g20-momentum-percepatan-transisi-energi/ https://beritabaru.co/dyah-roro-esti-g20-momentum-percepatan-transisi-energi/#respond Sun, 13 Feb 2022 14:44:55 +0000 https://beritabaru.co/?p=107940 Anggota DPR RI, Dyah Roro Esti

Berita Baru, Jakarta - Anggota DPR RI Komisi VII, Dyah Roro Esti melihat Group of Twenty (G20) sebagai momentum bagi Indonesia untuk mempercepat transisi energi.

Hal itu disampaikan dalam peluncuran pilar Transisi Energi G20 oleh pemerintah yang diwakili Menko Marves, Luhut Binsar Panjaitan, dan Menteri ESDM, Arifin Tasrif, pada Kamis (10/2) kemarin.

Dalam diskusi panel G20 yang diselenggarakan untuk menyongsong pemanfaatan energi bersih, Roro Esti menyatakan mitigasi perubahan iklim tidak lepas dari sektor energi, dimana saat ini, kurang lebih 30% total emisi karbon datang dari sektor tersebut.

“Salah satu prioritas kami di Komisi VII DPR RI yang membidangi sektor energi, riset, inovasi, dan industri dalam rangka mendorong pemanfaatan energi bersih, adalah RUU Energi Baru dan Terbarukan. Mengingat juga perlu adanya terobosan agar tercapainya target 23% EBT pada bauran energi nasional kita di tahun 2025,” ujarnya.

Legislator muda Kader Golkar ini juga menyebut, pemanfaatan EBT di Indonesia baru sebesar 2,5% dari total potensi yang dimiliki. Sehingga perlu adanya kerjasama multisektoral, dari sisi pemerintah, legislator, sektor private/swasta, masyarakat umum, termasuk para pemuda.

“Salah satu faktor utama dalam pengembangan EBT adalah terkait dengan harga, dimana harga EBT masih belum kompetitif, sehingga perlu dukungan regulasi terkait masalah ini,” kata Roro Esti.

Maka dari itu, ia memandang pembahasan mengenai transisi energi tidak terlepas dari inovasi yang dapat berdampak pada harga agar untuk menjadi lebih kompetitif. Maka peraturan pendukung diperlukan guna mendorong upaya tersebut.

Saat ini, lanjutnya, pemerintah mulai melakukan skema terkait masalah pembiayaan untuk melawan isu perubahan iklim ini. "Misalnya melalui penetapan carbon pricing, dimana harganya berkisar US$2,5 per metrik ton CO2," jelasnya.

Roro Esti berpendapat ajang G20 harus dipandang sebagai kesempatan belajar dari negara-negara maju dalam hal pemanfaatan energi yang lebih ramah lingkungan seperti gas, sebagai motor utama transisi hingga energi terbarukan.

Dengan semangat G20, ia berharap Indonesia mampu menarik dan mengoptimalkan bantuan internasional dari negara-negara yang telah maju dari segi teknologi dan implementasi mitigasi perubahan iklim.

"Dimana bantuan tersebut dapat berupa pendanaan hijau atau green funding, climate financing, ataupun knowledge transfer," terang Roro Esti.

Anggota Dewan Komisaris Low Carbon Development Indonesia (LCDI) ini juga menekankan bahwa transisi energi harus dipandang bukan lagi sebagai beban, melainkan sebagai peluang.

“Menurut hasil riset dari LCDI, transisi energi dapat menghasilkan 15,3 juta pekerjaan pada tahun 2030, ini sebuah peluang yang patut untuk kita maksimalkan,” ujarnya.

Sebagai tambahan informasi, diskusi Peluncuran Transisi Energi G20 turut dihadiri oleh Yudo Dwinanda Priaadi, Pimpinan Sidang ETWG dan Agung Wicaksono, Deputi Chair Task Force Energy, Climate, Sustainability B20 sebagai panelis.

Dalam diskusi panel tersebut juga ikut memberikan komentar, Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina dan Montty Girianna, Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Usaha Badan Usaha Milik Negara, Riset, dan Inovasi Kemenko Marves.

]]>
Anggota DPR RI, Dyah Roro Esti

Berita Baru, Jakarta - Anggota DPR RI Komisi VII, Dyah Roro Esti melihat Group of Twenty (G20) sebagai momentum bagi Indonesia untuk mempercepat transisi energi.

Hal itu disampaikan dalam peluncuran pilar Transisi Energi G20 oleh pemerintah yang diwakili Menko Marves, Luhut Binsar Panjaitan, dan Menteri ESDM, Arifin Tasrif, pada Kamis (10/2) kemarin.

Dalam diskusi panel G20 yang diselenggarakan untuk menyongsong pemanfaatan energi bersih, Roro Esti menyatakan mitigasi perubahan iklim tidak lepas dari sektor energi, dimana saat ini, kurang lebih 30% total emisi karbon datang dari sektor tersebut.

“Salah satu prioritas kami di Komisi VII DPR RI yang membidangi sektor energi, riset, inovasi, dan industri dalam rangka mendorong pemanfaatan energi bersih, adalah RUU Energi Baru dan Terbarukan. Mengingat juga perlu adanya terobosan agar tercapainya target 23% EBT pada bauran energi nasional kita di tahun 2025,” ujarnya.

Legislator muda Kader Golkar ini juga menyebut, pemanfaatan EBT di Indonesia baru sebesar 2,5% dari total potensi yang dimiliki. Sehingga perlu adanya kerjasama multisektoral, dari sisi pemerintah, legislator, sektor private/swasta, masyarakat umum, termasuk para pemuda.

“Salah satu faktor utama dalam pengembangan EBT adalah terkait dengan harga, dimana harga EBT masih belum kompetitif, sehingga perlu dukungan regulasi terkait masalah ini,” kata Roro Esti.

Maka dari itu, ia memandang pembahasan mengenai transisi energi tidak terlepas dari inovasi yang dapat berdampak pada harga agar untuk menjadi lebih kompetitif. Maka peraturan pendukung diperlukan guna mendorong upaya tersebut.

Saat ini, lanjutnya, pemerintah mulai melakukan skema terkait masalah pembiayaan untuk melawan isu perubahan iklim ini. "Misalnya melalui penetapan carbon pricing, dimana harganya berkisar US$2,5 per metrik ton CO2," jelasnya.

Roro Esti berpendapat ajang G20 harus dipandang sebagai kesempatan belajar dari negara-negara maju dalam hal pemanfaatan energi yang lebih ramah lingkungan seperti gas, sebagai motor utama transisi hingga energi terbarukan.

Dengan semangat G20, ia berharap Indonesia mampu menarik dan mengoptimalkan bantuan internasional dari negara-negara yang telah maju dari segi teknologi dan implementasi mitigasi perubahan iklim.

"Dimana bantuan tersebut dapat berupa pendanaan hijau atau green funding, climate financing, ataupun knowledge transfer," terang Roro Esti.

Anggota Dewan Komisaris Low Carbon Development Indonesia (LCDI) ini juga menekankan bahwa transisi energi harus dipandang bukan lagi sebagai beban, melainkan sebagai peluang.

“Menurut hasil riset dari LCDI, transisi energi dapat menghasilkan 15,3 juta pekerjaan pada tahun 2030, ini sebuah peluang yang patut untuk kita maksimalkan,” ujarnya.

Sebagai tambahan informasi, diskusi Peluncuran Transisi Energi G20 turut dihadiri oleh Yudo Dwinanda Priaadi, Pimpinan Sidang ETWG dan Agung Wicaksono, Deputi Chair Task Force Energy, Climate, Sustainability B20 sebagai panelis.

Dalam diskusi panel tersebut juga ikut memberikan komentar, Nicke Widyawati, Direktur Utama Pertamina dan Montty Girianna, Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Usaha Badan Usaha Milik Negara, Riset, dan Inovasi Kemenko Marves.

]]>
https://beritabaru.co/dyah-roro-esti-g20-momentum-percepatan-transisi-energi/feed/ 0 https://beritabaru.co/wp-content/uploads/2022/02/IMG_20220213_213426-300x149.jpg