Dongeng – Beritabaru.co https://beritabaru.co Meluruskan Distorsi Informasi Sun, 13 Feb 2022 19:00:13 +0000 id hourly 1 https://beritabaru.co/wp-content/uploads/2019/09/cropped-Berita-Baru-Icon-32x32.png Dongeng – Beritabaru.co https://beritabaru.co 32 32 Dongeng dan Kearifan yang Pudar https://beritabaru.co/dongeng-dan-kearifan-yang-pudar/ https://beritabaru.co/dongeng-dan-kearifan-yang-pudar/#respond Mon, 06 Dec 2021 05:11:22 +0000 https://beritabaru.co/?p=97130 Dongeng dan Kearifan yang Pudar

Al Muiz Liddinillah


Sebagai pengantar tidur anak, beberapa orang tua menceritakan kisah atau cerita rakyat, dongeng, atau fabel. Tapi, itu bukanlah pengalaman penulis secara langsung. Penulis, hanya sekedar mengamati di televisi, pada sebuah adegan di sinetron atau sinema.

Mengapa demikian? Dahulu, dongeng menjadi aktivitas bagi keluarga yang punya duit. Keluarga dengan ekonomi yang lebih baik, akan memperoleh pendidikan anak dengan variatif dan maju pastinya. Seperti halnya membeli buku dongeng, lalu kemudian menceritakan itu kepada anaknya.

Dongeng, tidak hanya menjadi ritual untuk menidurkan anak semata, jika orang tua ingin mengedukasi anaknya yang masih kecil entah di pagi hari atau di siang bolong, maka dengan mendongeng itu. Orang tua dengan ekonomi yang baik menjadikan kebiasaan mendengarkan, membaca, dan berkerajinan sebagai bagian dari menghidupi keluarganya.

Tapi, bagaimana dengan keluarga dengan ekonomi kembang kemphis, tentu lain dari pada itu. Dahulu, dalam mendapatkan buku atau menemui perpustakaan sangatlah sulit. Keluarga dengan kondisi ekonomi biasa saja tentu sangatlah kesulitan dalam mendapatkan infrastruktur perbukuan atau literasi yang memadai.

Maka, tidaklah heran, mendongeng menjadi aktivitas segelintir orang yang mempunyai banyak duit. Lalu, apakah semua yang berduit peka atau peduli akan literasi anak dan keluarganya? Tidak, tidak semua. Ada Sebagian pula yang eman-eman jika duit dibuat membeli buku atau mainan anaknya.

Pada keluarga yang kurang beruntung secara ekonomi tidak lantas mereka menjadi kurang cakap literasi. Sebagian dari mereka juga memenuhi hasrat literasinya dengan bersekolah dengan baik dan gemar mengunjungi perpustakaan sekolah, lalu meminjam beberapa buku yang ada.

Meski, dalam hal ini, kecenderungan kondisi ekonomi berbanding lurus dengan pendidikan yang ada dan masih banyak terjadi di tengah masyarakat kita. Terbukti, masih ada anak yang putus sekolah karena ekonomi yang kurang baik, ada anak yang terlantar karena ekonomi yang kurang baik, atau lainnya. 

Fenomena tersebut mengingatkan penulis pada sebuah nasib, pada sebuah dongeng, dan pada sebuah masa depan. Di manakah dongeng menggaung di negeri ini? Apakah sekedar kisah klasik bahwa dongeng pernah ada dan “Si Kancil Masih Saja Mencuri Timun?”.

Penulis ragu, generasi anak saat ini mengetahui cerita rakyat seperti yang generasi penulis alami. Misal saja, kisah Sangkuriang, Malin Kundang, Timun Mas, Bawang Merah Bawang Putih, Ande-ande Lumut, dan lainnya. Meskipun dari generasi anak atau remaja saat ini juga memiliki kelebihan sendiri di zamannya. Tapi, kelisanan ini atau bahkan dongeng ini patut dirawat.

Dongeng pada era ini seakan mengalami pergeseran sebagai karya sastra pinggiran. Anggap saja yang dipinggirkan atau mungkin terpinggirkan. Dongeng bagi sebagian orang adalah kisah-kisah yang tidak masuk akal, kuno, dan nggak jelas sumbernya.

Orang lain lupa, ada pengarang bijak bestari Aesop yang menulis fabel, cerita tentang binatang, tapi ketika kita membacanya, banyak kebijaksanaan yang terkandung. Aesop bukan saja pengarang, tapi Ia adalah pemikir sepanjang zaman yang mampu memberikan nilai pada kebinatangan menjadi nilai yang patut direfleksikan manusia guna menjadi manusia yang memanusiakan manusia.

Misalnya, fabel Aesop tentang lomba lari antara kura-kura dan kelinci, yang dimenangkan oleh kura-kura. Sebagian orang mungkin tercengang, bagaimana kura-kura, pejalan lambat itu bisa menang? Cerita tentang kura-kura yang menang lomba lari dari kelinci tentu akan menjadi kisah menarik bagi anak, atau bahkan bagi orang dewasa.

Dari kisah binatang itu, kita semua diajak berfikir bagaimana bisa kura-kura memenangkan pertandingan itu. Berdasarkan temuan penulis dari kanal BBC, ada beberapa jawaban ilmiah; di antaranya, kura-kura memang pejalan lambat tapi dia berjalan lurus, beda dengan kelinci yang berjalan muter-muter, serta kura-kura hewan yang lebih tua dan memiliki umur lebih panjang dari kelinci.

Sedangkan, nilai moral yang bisa diambil dari pacuan kura-kura dan kelinci menurut penulis ialah kekuatan itu tidak dilihat dari besar kecil dan cepat lambatnya, tapi kekuatan atau kemenangan itu juga bisa datang dari ketekunan, keuletan, dan kefokusan. Sebagaimana kura-kura yang dengan gigih berjalan terus, konsisten pada suatu tujuan – tanpa menyia-nyiakan umur yang ada.

Dari sesuatu yang dianggap remeh, seperti dongeng dan fabel; Aesop, pendongeng, pemantra, pencerita, atau pendalang adalah orang-orang yang hidup dan memberi arti. Dongeng yang semakin redup, mampukah tetap hidup di tengah rezim youtube?

Sudahkah platfrom digital itu menjadi pilihan anak memilih dongeng terbaiknya. Ataukah anak hanya bermain gawai hanya meneruskan tontonan orang tuanya sebagai akibat dari Ai-ai itu? Jika iya, akankah anak menjadi tua dan menyebalkan sebelum waktunya? Semoga semua ini keliru.


Redaktur Beritabaruco

]]>
Dongeng dan Kearifan yang Pudar

Al Muiz Liddinillah


Sebagai pengantar tidur anak, beberapa orang tua menceritakan kisah atau cerita rakyat, dongeng, atau fabel. Tapi, itu bukanlah pengalaman penulis secara langsung. Penulis, hanya sekedar mengamati di televisi, pada sebuah adegan di sinetron atau sinema.

Mengapa demikian? Dahulu, dongeng menjadi aktivitas bagi keluarga yang punya duit. Keluarga dengan ekonomi yang lebih baik, akan memperoleh pendidikan anak dengan variatif dan maju pastinya. Seperti halnya membeli buku dongeng, lalu kemudian menceritakan itu kepada anaknya.

Dongeng, tidak hanya menjadi ritual untuk menidurkan anak semata, jika orang tua ingin mengedukasi anaknya yang masih kecil entah di pagi hari atau di siang bolong, maka dengan mendongeng itu. Orang tua dengan ekonomi yang baik menjadikan kebiasaan mendengarkan, membaca, dan berkerajinan sebagai bagian dari menghidupi keluarganya.

Tapi, bagaimana dengan keluarga dengan ekonomi kembang kemphis, tentu lain dari pada itu. Dahulu, dalam mendapatkan buku atau menemui perpustakaan sangatlah sulit. Keluarga dengan kondisi ekonomi biasa saja tentu sangatlah kesulitan dalam mendapatkan infrastruktur perbukuan atau literasi yang memadai.

Maka, tidaklah heran, mendongeng menjadi aktivitas segelintir orang yang mempunyai banyak duit. Lalu, apakah semua yang berduit peka atau peduli akan literasi anak dan keluarganya? Tidak, tidak semua. Ada Sebagian pula yang eman-eman jika duit dibuat membeli buku atau mainan anaknya.

Pada keluarga yang kurang beruntung secara ekonomi tidak lantas mereka menjadi kurang cakap literasi. Sebagian dari mereka juga memenuhi hasrat literasinya dengan bersekolah dengan baik dan gemar mengunjungi perpustakaan sekolah, lalu meminjam beberapa buku yang ada.

Meski, dalam hal ini, kecenderungan kondisi ekonomi berbanding lurus dengan pendidikan yang ada dan masih banyak terjadi di tengah masyarakat kita. Terbukti, masih ada anak yang putus sekolah karena ekonomi yang kurang baik, ada anak yang terlantar karena ekonomi yang kurang baik, atau lainnya. 

Fenomena tersebut mengingatkan penulis pada sebuah nasib, pada sebuah dongeng, dan pada sebuah masa depan. Di manakah dongeng menggaung di negeri ini? Apakah sekedar kisah klasik bahwa dongeng pernah ada dan “Si Kancil Masih Saja Mencuri Timun?”.

Penulis ragu, generasi anak saat ini mengetahui cerita rakyat seperti yang generasi penulis alami. Misal saja, kisah Sangkuriang, Malin Kundang, Timun Mas, Bawang Merah Bawang Putih, Ande-ande Lumut, dan lainnya. Meskipun dari generasi anak atau remaja saat ini juga memiliki kelebihan sendiri di zamannya. Tapi, kelisanan ini atau bahkan dongeng ini patut dirawat.

Dongeng pada era ini seakan mengalami pergeseran sebagai karya sastra pinggiran. Anggap saja yang dipinggirkan atau mungkin terpinggirkan. Dongeng bagi sebagian orang adalah kisah-kisah yang tidak masuk akal, kuno, dan nggak jelas sumbernya.

Orang lain lupa, ada pengarang bijak bestari Aesop yang menulis fabel, cerita tentang binatang, tapi ketika kita membacanya, banyak kebijaksanaan yang terkandung. Aesop bukan saja pengarang, tapi Ia adalah pemikir sepanjang zaman yang mampu memberikan nilai pada kebinatangan menjadi nilai yang patut direfleksikan manusia guna menjadi manusia yang memanusiakan manusia.

Misalnya, fabel Aesop tentang lomba lari antara kura-kura dan kelinci, yang dimenangkan oleh kura-kura. Sebagian orang mungkin tercengang, bagaimana kura-kura, pejalan lambat itu bisa menang? Cerita tentang kura-kura yang menang lomba lari dari kelinci tentu akan menjadi kisah menarik bagi anak, atau bahkan bagi orang dewasa.

Dari kisah binatang itu, kita semua diajak berfikir bagaimana bisa kura-kura memenangkan pertandingan itu. Berdasarkan temuan penulis dari kanal BBC, ada beberapa jawaban ilmiah; di antaranya, kura-kura memang pejalan lambat tapi dia berjalan lurus, beda dengan kelinci yang berjalan muter-muter, serta kura-kura hewan yang lebih tua dan memiliki umur lebih panjang dari kelinci.

Sedangkan, nilai moral yang bisa diambil dari pacuan kura-kura dan kelinci menurut penulis ialah kekuatan itu tidak dilihat dari besar kecil dan cepat lambatnya, tapi kekuatan atau kemenangan itu juga bisa datang dari ketekunan, keuletan, dan kefokusan. Sebagaimana kura-kura yang dengan gigih berjalan terus, konsisten pada suatu tujuan – tanpa menyia-nyiakan umur yang ada.

Dari sesuatu yang dianggap remeh, seperti dongeng dan fabel; Aesop, pendongeng, pemantra, pencerita, atau pendalang adalah orang-orang yang hidup dan memberi arti. Dongeng yang semakin redup, mampukah tetap hidup di tengah rezim youtube?

Sudahkah platfrom digital itu menjadi pilihan anak memilih dongeng terbaiknya. Ataukah anak hanya bermain gawai hanya meneruskan tontonan orang tuanya sebagai akibat dari Ai-ai itu? Jika iya, akankah anak menjadi tua dan menyebalkan sebelum waktunya? Semoga semua ini keliru.


Redaktur Beritabaruco

]]>
https://beritabaru.co/dongeng-dan-kearifan-yang-pudar/feed/ 0 https://beritabaru.co/wp-content/uploads/2021/12/kelinci-dan-kura-kura-300x201.jpg
Kabar (dari Para) Burung Tentang Rumah Harapan https://beritabaru.co/kabar-dari-para-burung-tentang-rumah-harapan/ https://beritabaru.co/kabar-dari-para-burung-tentang-rumah-harapan/#respond Wed, 18 Sep 2019 08:25:05 +0000 https://beritabaru.co/?p=5456 Negeri Dongeng

Kabar (dari Para) Burung Tentang Rumah Harapan
(Oleh, Icha)

Opini, - Ah...ini hanya sekedar cerita. Cerita dongeng dari negara antah berantah yang konon sangat makmur loh jinawi. Tenang, ini hanya lah cerita dongeng, jadi terserah kamu mau percaya atau tidak karena ini hanya sekedar cerita.

Cerita ini adalah cerita  tentang sebuah rumah yang menjadi rumah harapan seluruh rakyat di negara antah berantah tersebut. Ya...memang hanya sebuah rumah, tapi dari rumah itu lah oksigen berbau keadilan masih bisa dihirup oleh rakyat, dari rumah itu lah rakyat bisa yakin bahwa masih ada keadilan yang bisa mereka lihat, dengar, dan banggakan.

Kabar (dari para) burung, rumah itu kurang lebih banyak membuka borok para pesakitan. Kabarnya pula, para pesakitan itu didominasi para tikus. Ya,tikus - tikus yang sakit karena mereka bermain tipu muslihat, pat gulipat, hompimpa alaium gambreng. Bahkan rumah itu konon bisa membuat para pesakitan menjadi gelagepan, sakit mendadak, jualan ‘bakpao’, menjadi aktris/aktor berompi kekinian berwarna orange dengan tulisan “Tahanan KPK”, hingga akhirnya para pesakitan itu menginap di hotel prodeo. Ya, pendek kata rumah itu bisa dikatakan penyelamat lah. Ya, kurang lebihnya begitu...

Ah lupa, tidak hanya rumahnya. Rumah harapan juga dihuni oleh para penghuni yang katanya ‘makan’ idealis sehari-harinya. Bah Idealis!!, pasti itu yang kamu pikirkan saat mendengarnya. Tapi benar, para penghuni rumah itu memang ‘makan’ idealis sehari-harinya, mereka juga makan sejenis loyalitas, berlauk integritas, dan minum air kritis.

Namun lagi-lagi kabar (dari para) burung yang diteruskan oleh desau angin membawa ambuwaha. Ia berkabar tentang kesuraman yang membayangi rumah harapan karena segerombolan tikus tetiba menggeruduk rumah harapan. Gerombolan tikus itu ampel-ampelan, mulai menggigiti pintu depan rumah, menggigit atap, bahkan membuat lubang ditembok beton rumah untuk meringsek masuk.

Segerombolan tikus dari berbagai macam jenis, bermacam bentuk membentuk pasukan intel, pasukan sergap, pasukan 86. Ada tikus yang besar, kecil, ada yang keriput, ada yang baru operasi plastik, ada yang klimis, bergincu, berkonde, berdasi, berjanggut, berjambul, beruban, bercat blondie, berbulu lurus, bahkan berbulu keriting papan. Tikus itu bersatu-padu berebut masuk, guna membuat sarang di dalam rumah harapan dan kemudian melenyapkannya. 

Sebenarnya ini bukan serangan pertama terhadap rumah harapan. Sedari dahulu para tikus itu memang sering sekali menyerang rumah harapan. Tapi rumah itu tetap kokoh berkat topangan dari para rakyat dan perlindungan sang mahapatih yang seringkali membuat tikus jiper.

Jangan main-main sama sang mahapatih loh. Sang mahapatih adalah orang amogasakti yang menjadi pelindung rumah harapan. Dengan selembar kertas dia bisa menghentikan serangan para tikus, dengan pidatonya dia bisa membuat para tikus mundur serentak, dengan kibasan tangannya dia bisa membuat para tikus ‘mematung’.

Namun lagi-lagi kabar (dari para) burung kali ini berbeda ceritanya, sang mahapatih tampak tidak mawas terhadap serangan gerombolan tikus. Membuat semua rakyat jadi kebingungan. Apa mungkin Ia sedang memakai kacamata hitam hitam pekat yang menghalangi pandangannya, hingga ia tidak menyadari adanya serangan gerombolan tikus. Atau mungkin Ia sedang memakai headphone, mendengarkan musik metal keras-keras hingga tidak bisa mendengar suara rakyat dan para penghuni rumah harapan yang berteriak dan memberitahu akan adanya serangan gerombolan tikus.  wallahu a'lam bis-shawab.

Yang pasti kali ini serangan gerombolan tikus terhadap rumah harapan memang tokcer. Rencana telah mereka susun sedemikian rapih, singkat, padat, dan jelas. Tak hanya itu, para tikus juga membuat aliansi dengan para tokek, burung beo, bunglon. Bahkan mereka sampai membuat kuda troya. Iya, kuda troya seperti di cerita bangsa Yunani itu. Jadi mereka nanti bisa dengan mudah masuk ke rumah harapan dan membuat sarang di dalamnya, tanpa harus capai gigit-gigit pintu,jendela, dan tembok.

Kali ini gerombolan tikus itu bisa mengecoh sang mahapatih. Tanpa sadar sang mahapatih telah membuat surat sakti yang akhirnya membuat gerombolan tikus bisa mudah masuk. Sang mahapatih menyetujui dibuat dan disahkannya aturan baru bagi rumah harapan dan penghuninya. Sang mahapatih sadar telah meniup sangkakala terhadap rumah harapan.  Eh, tampaknya ini tidak disadari oleh sang mahapatih loh, tampaknya begitu. Tapi..ya...entahlah.

Kini berbagai aturan baru diterapkan kepada rumah harapan dan penghuninya. Dimulai dari para penghuni rumah harapan yang akan berganti status jadi “ASN”. Hwarakadah!!, ini bisa berbahaya terhadap independensi, bisa- bisa nanti tidak ada lagi penghuni rumah yang among karsa, among hyun,dan kritis. 

Selain itu penghuni rumah harapan yang berkedudukan sebagai penyidik nantinya juga hanya boleh dari para bhayangkara, para dhyaksa, dan among praja. Nah loh, dengan semakin menghilangnya penyidik yang independen, takutnya nanti banyak semacam sprindik-sprindik bocor keluar. Ini takut nya loh..

Tak hanya itu,  saat menjalankan tugas untuk membuka borok para pesakitan, rumah harapan konon katanya harus rajin-rajin koordinasi dan minta ijin dengan dewan pengawas dan petinggi adhyaksa. Aneh kan?, padahal kita tahu pentingnya keberadaan dan tugas yang diemban rumah harapan, dan kita juga tahu bahwa lidah belum juga bertulang sampai sekarang, sehingga kabar mudah viral. Bisa gagal tugas kalau keseringan koordinasi dan minta ijin.

Hingga rakyat pun sedih, bingung, dan kecewa karena rumah harapan mereka perlahan tapi pasti nantinya akan dikuasai para tikus. Dan keadilan akan semakin sulit dicium, dilihat dan dirasa. Tapi ya, itu hanya sekelumit cerita yang lagi-lagi kabar (dari para) burung.

]]>
Negeri Dongeng

Kabar (dari Para) Burung Tentang Rumah Harapan
(Oleh, Icha)

Opini, - Ah...ini hanya sekedar cerita. Cerita dongeng dari negara antah berantah yang konon sangat makmur loh jinawi. Tenang, ini hanya lah cerita dongeng, jadi terserah kamu mau percaya atau tidak karena ini hanya sekedar cerita.

Cerita ini adalah cerita  tentang sebuah rumah yang menjadi rumah harapan seluruh rakyat di negara antah berantah tersebut. Ya...memang hanya sebuah rumah, tapi dari rumah itu lah oksigen berbau keadilan masih bisa dihirup oleh rakyat, dari rumah itu lah rakyat bisa yakin bahwa masih ada keadilan yang bisa mereka lihat, dengar, dan banggakan.

Kabar (dari para) burung, rumah itu kurang lebih banyak membuka borok para pesakitan. Kabarnya pula, para pesakitan itu didominasi para tikus. Ya,tikus - tikus yang sakit karena mereka bermain tipu muslihat, pat gulipat, hompimpa alaium gambreng. Bahkan rumah itu konon bisa membuat para pesakitan menjadi gelagepan, sakit mendadak, jualan ‘bakpao’, menjadi aktris/aktor berompi kekinian berwarna orange dengan tulisan “Tahanan KPK”, hingga akhirnya para pesakitan itu menginap di hotel prodeo. Ya, pendek kata rumah itu bisa dikatakan penyelamat lah. Ya, kurang lebihnya begitu...

Ah lupa, tidak hanya rumahnya. Rumah harapan juga dihuni oleh para penghuni yang katanya ‘makan’ idealis sehari-harinya. Bah Idealis!!, pasti itu yang kamu pikirkan saat mendengarnya. Tapi benar, para penghuni rumah itu memang ‘makan’ idealis sehari-harinya, mereka juga makan sejenis loyalitas, berlauk integritas, dan minum air kritis.

Namun lagi-lagi kabar (dari para) burung yang diteruskan oleh desau angin membawa ambuwaha. Ia berkabar tentang kesuraman yang membayangi rumah harapan karena segerombolan tikus tetiba menggeruduk rumah harapan. Gerombolan tikus itu ampel-ampelan, mulai menggigiti pintu depan rumah, menggigit atap, bahkan membuat lubang ditembok beton rumah untuk meringsek masuk.

Segerombolan tikus dari berbagai macam jenis, bermacam bentuk membentuk pasukan intel, pasukan sergap, pasukan 86. Ada tikus yang besar, kecil, ada yang keriput, ada yang baru operasi plastik, ada yang klimis, bergincu, berkonde, berdasi, berjanggut, berjambul, beruban, bercat blondie, berbulu lurus, bahkan berbulu keriting papan. Tikus itu bersatu-padu berebut masuk, guna membuat sarang di dalam rumah harapan dan kemudian melenyapkannya. 

Sebenarnya ini bukan serangan pertama terhadap rumah harapan. Sedari dahulu para tikus itu memang sering sekali menyerang rumah harapan. Tapi rumah itu tetap kokoh berkat topangan dari para rakyat dan perlindungan sang mahapatih yang seringkali membuat tikus jiper.

Jangan main-main sama sang mahapatih loh. Sang mahapatih adalah orang amogasakti yang menjadi pelindung rumah harapan. Dengan selembar kertas dia bisa menghentikan serangan para tikus, dengan pidatonya dia bisa membuat para tikus mundur serentak, dengan kibasan tangannya dia bisa membuat para tikus ‘mematung’.

Namun lagi-lagi kabar (dari para) burung kali ini berbeda ceritanya, sang mahapatih tampak tidak mawas terhadap serangan gerombolan tikus. Membuat semua rakyat jadi kebingungan. Apa mungkin Ia sedang memakai kacamata hitam hitam pekat yang menghalangi pandangannya, hingga ia tidak menyadari adanya serangan gerombolan tikus. Atau mungkin Ia sedang memakai headphone, mendengarkan musik metal keras-keras hingga tidak bisa mendengar suara rakyat dan para penghuni rumah harapan yang berteriak dan memberitahu akan adanya serangan gerombolan tikus.  wallahu a'lam bis-shawab.

Yang pasti kali ini serangan gerombolan tikus terhadap rumah harapan memang tokcer. Rencana telah mereka susun sedemikian rapih, singkat, padat, dan jelas. Tak hanya itu, para tikus juga membuat aliansi dengan para tokek, burung beo, bunglon. Bahkan mereka sampai membuat kuda troya. Iya, kuda troya seperti di cerita bangsa Yunani itu. Jadi mereka nanti bisa dengan mudah masuk ke rumah harapan dan membuat sarang di dalamnya, tanpa harus capai gigit-gigit pintu,jendela, dan tembok.

Kali ini gerombolan tikus itu bisa mengecoh sang mahapatih. Tanpa sadar sang mahapatih telah membuat surat sakti yang akhirnya membuat gerombolan tikus bisa mudah masuk. Sang mahapatih menyetujui dibuat dan disahkannya aturan baru bagi rumah harapan dan penghuninya. Sang mahapatih sadar telah meniup sangkakala terhadap rumah harapan.  Eh, tampaknya ini tidak disadari oleh sang mahapatih loh, tampaknya begitu. Tapi..ya...entahlah.

Kini berbagai aturan baru diterapkan kepada rumah harapan dan penghuninya. Dimulai dari para penghuni rumah harapan yang akan berganti status jadi “ASN”. Hwarakadah!!, ini bisa berbahaya terhadap independensi, bisa- bisa nanti tidak ada lagi penghuni rumah yang among karsa, among hyun,dan kritis. 

Selain itu penghuni rumah harapan yang berkedudukan sebagai penyidik nantinya juga hanya boleh dari para bhayangkara, para dhyaksa, dan among praja. Nah loh, dengan semakin menghilangnya penyidik yang independen, takutnya nanti banyak semacam sprindik-sprindik bocor keluar. Ini takut nya loh..

Tak hanya itu,  saat menjalankan tugas untuk membuka borok para pesakitan, rumah harapan konon katanya harus rajin-rajin koordinasi dan minta ijin dengan dewan pengawas dan petinggi adhyaksa. Aneh kan?, padahal kita tahu pentingnya keberadaan dan tugas yang diemban rumah harapan, dan kita juga tahu bahwa lidah belum juga bertulang sampai sekarang, sehingga kabar mudah viral. Bisa gagal tugas kalau keseringan koordinasi dan minta ijin.

Hingga rakyat pun sedih, bingung, dan kecewa karena rumah harapan mereka perlahan tapi pasti nantinya akan dikuasai para tikus. Dan keadilan akan semakin sulit dicium, dilihat dan dirasa. Tapi ya, itu hanya sekelumit cerita yang lagi-lagi kabar (dari para) burung.

]]>
https://beritabaru.co/kabar-dari-para-burung-tentang-rumah-harapan/feed/ 0 https://beritabaru.co/wp-content/uploads/2019/09/Berita-Baru-Negeri-Dongeng-300x169.jpg