berita hoaks – Beritabaru.co https://beritabaru.co Meluruskan Distorsi Informasi Mon, 02 Oct 2023 09:11:38 +0000 id hourly 1 https://beritabaru.co/wp-content/uploads/2019/09/cropped-Berita-Baru-Icon-32x32.png berita hoaks – Beritabaru.co https://beritabaru.co 32 32 Universitas Paramadina Soroti Ancaman Berita Hoaks dalam Pemilu https://beritabaru.co/universitas-paramadina-soroti-ancaman-berita-hoaks-dalam-pemilu/ Mon, 02 Oct 2023 09:11:35 +0000 https://beritabaru.co/?p=177276 Universitas Paramadina Soroti Ancaman Berita Hoaks dalam Pemilu

Berita Baru, Jakarta - Universitas Paramadina dan The Indonesian Institute (TII) berkolaborasi untuk mengadakan diskusi penting mengenai dampak berita hoaks dalam pemilu yang akan datang. Diskusi ini bertujuan untuk membahas dampak dan tantangan yang dihadapi, terutama dalam mengatasi penyebaran berita palsu di media sosial.

"Diskusi ini diadakan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh rekan-rekan TII," kata Dosen Universitas Paramadina, Benni Yusriza dalam pengantar diskusi tersebut.

Selain itu, ia juga mengutip hasil penelitian CSIS yang menyebut bahwa pemilu mendatang akan melibatkan 60% pemilih pemula.

Adinda Tenriangke Muchtar dari The Indonesian Institute memberikan pandangan awal dalam diskusi ini. Ia menyampaikan, "Penggunaan media sosial dianggap sangat efisien dalam pemilu karena dapat menjangkau berbagai pihak dan sektor."

Namun, ia juga mengingatkan bahwa masalah serius muncul dalam bentuk akun palsu dan bot yang dapat menyebabkan konflik sosial. Konflik ini sering kali dipicu oleh berita hoaks atau informasi palsu yang tersebar di media sosial.

Adinda juga mencatat bahwa peraturan yang diterapkan saat ini belum cukup untuk merespons berita hoaks di media sosial. Peraturan-peraturan tersebut masih bersifat teknis dan belum sesuai dengan realitas penggunaan media sosial saat ini. Selain itu, masalah terkait kampanye melalui media sosial juga belum diatur dengan baik.

Husni Mubarak dari PUSAD Paramadina membahas dampak dari narasi negatif dalam konteks politik. Ia menjelaskan perbedaan antara hasutan kebencian yang sengaja untuk menghasut dan pelintiran kebencian yang mencari korban.

"Contoh narasi negatif mencakup upaya menyudutkan lawan politik dengan identitas tertentu dan mengajak orang untuk menjadi pesimis," kata Husni.

Ahmad Khoirul Umam dari Universitas Paramadina menyoroti bahwa berita hoaks, hate speech, dan disinformasi seringkali digunakan sebagai produk yang diorkestrasi oleh berbagai kekuatan, termasuk kekuatan bisnis. Umam menekankan pentingnya melakukan filter terhadap berbagai pemberitaan yang menyebarkan disinformasi, terutama mengenai pemilu.

Diskusi ini menjadi ruang penting untuk memahami tantangan yang dihadapi dalam menghadapi berita hoaks dan bagaimana langkah-langkah dapat diambil untuk mengatasi masalah ini dalam konteks pemilu yang semakin mendekat.

]]>
Universitas Paramadina Soroti Ancaman Berita Hoaks dalam Pemilu

Berita Baru, Jakarta - Universitas Paramadina dan The Indonesian Institute (TII) berkolaborasi untuk mengadakan diskusi penting mengenai dampak berita hoaks dalam pemilu yang akan datang. Diskusi ini bertujuan untuk membahas dampak dan tantangan yang dihadapi, terutama dalam mengatasi penyebaran berita palsu di media sosial.

"Diskusi ini diadakan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh rekan-rekan TII," kata Dosen Universitas Paramadina, Benni Yusriza dalam pengantar diskusi tersebut.

Selain itu, ia juga mengutip hasil penelitian CSIS yang menyebut bahwa pemilu mendatang akan melibatkan 60% pemilih pemula.

Adinda Tenriangke Muchtar dari The Indonesian Institute memberikan pandangan awal dalam diskusi ini. Ia menyampaikan, "Penggunaan media sosial dianggap sangat efisien dalam pemilu karena dapat menjangkau berbagai pihak dan sektor."

Namun, ia juga mengingatkan bahwa masalah serius muncul dalam bentuk akun palsu dan bot yang dapat menyebabkan konflik sosial. Konflik ini sering kali dipicu oleh berita hoaks atau informasi palsu yang tersebar di media sosial.

Adinda juga mencatat bahwa peraturan yang diterapkan saat ini belum cukup untuk merespons berita hoaks di media sosial. Peraturan-peraturan tersebut masih bersifat teknis dan belum sesuai dengan realitas penggunaan media sosial saat ini. Selain itu, masalah terkait kampanye melalui media sosial juga belum diatur dengan baik.

Husni Mubarak dari PUSAD Paramadina membahas dampak dari narasi negatif dalam konteks politik. Ia menjelaskan perbedaan antara hasutan kebencian yang sengaja untuk menghasut dan pelintiran kebencian yang mencari korban.

"Contoh narasi negatif mencakup upaya menyudutkan lawan politik dengan identitas tertentu dan mengajak orang untuk menjadi pesimis," kata Husni.

Ahmad Khoirul Umam dari Universitas Paramadina menyoroti bahwa berita hoaks, hate speech, dan disinformasi seringkali digunakan sebagai produk yang diorkestrasi oleh berbagai kekuatan, termasuk kekuatan bisnis. Umam menekankan pentingnya melakukan filter terhadap berbagai pemberitaan yang menyebarkan disinformasi, terutama mengenai pemilu.

Diskusi ini menjadi ruang penting untuk memahami tantangan yang dihadapi dalam menghadapi berita hoaks dan bagaimana langkah-langkah dapat diambil untuk mengatasi masalah ini dalam konteks pemilu yang semakin mendekat.

]]>
https://beritabaru.co/wp-content/uploads/2023/10/var_www_html_new_kbrid2018_layouts_uploads_thumb_Ilustrasi-Hoax-Foto-Muhammad-Naufal-Subhiansyah-Pixabay_810x450-300x167.png