Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Tadarus Pancasila: Napak Tilas Pemikiran KH. Achmad Siddiq Jember

Tadarus Pancasila: Napak Tilas Pemikiran KH. Achmad Siddiq Jember



Berita Baru, Jember – Lesbumi PCNU Jember laksanakan Gelaran Pangkalan Budaya (ke-2), bekerjasama dengan Radio Republik Indonesia (RRI). Acara tersebut menyajikan diskusi dengan tema mendaras jejak-jejak atau kiprah KH Achmad Siddiq dalam diskursus Agama dan Negara, khususnya Pancasila.

”Tema ini sangat relevan dalam konteks Bulan Pancasila saat ini. Selain itu, kegiatan ini merupakan momentum dalam mengenang dan membedah pemikiran tokoh kebangsaan nasional yang asli atau lahir dari tanah bumi Jember,” kata Fandrik selaku Bendahara Lesbumi PCNU Jember dalam pers rilis yang diterima Beritabaru.co, Minggu (27/6)

Fandrik menegaskan bahwa sudah sepatutnya sebagai warga Jember bangga dan menghargai mutiara-mutiara pemikiran KH Achmad Siddiq dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.

Adapun yang menjadi pemantik diskusi dalam acara tersebut, diantaranya, Prof. Dr. H. Abd. Halim Soebahar, MA. (Guru Besar UIN KHAS Jember), Dr. Akhmad Taufiq, M.Pd. (Wakil Ketua PCNU Jember dan Ketua PP ADP IKA-PMII) serta Nizar (dari RRI Jember) yang bertindak sebagai moderator.

 “Saya bersyukur pernah nyantri sekitar 10 tahun di pesantren beliau, karunia yang luar biasa bagi saya yang telah dipertemukan sosok murabbi yang sabar, arif, cerdas ,dan berani,” ungkap Prof. Halim Soebahar.

Guru Besar UIN KHAS Jember itu menuturkan, Kiai Achmad Siddiq adalah sosok arsitek dalam rancangan NU kembali ke Khittah 1926 dengan menuliskan Khittah Nahdliyyah. Karya tersebut, lanjutnya, merupakan risalah penting untuk memahami Khittah NU serta penerimaan Pancasila sebagai asas tunggal organisasi dengan menyusun deklarasi hubungan Pancasila dengan Islam pada tahun 1983-1984.

“Beliau adalah tokoh nasional dari kalangan NU, yang mampu ‘melerai’ ketegangan hubungan antara agama dan Pancasila pada masa 1980-an, tepatnya pada Munas 1983 dan Muktamar NU 1984 di Situbondo,” ujarnya.

Prof. Halim Soebahar juga mengatakan, penerimaan asas tunggal Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang disampaikan KH Achmad Siddiq, mau tidak mau, suka atau tidak suka, adalah mengilhami sepenuhnya bagaimana cara kita berideologi dan bagaimana cara kita menempatkan ideologi secara semestinya.

Dalam diskusi, Akhmad Taufiq yang juga bertindak sebagai pemantik menyebut KH. Achmad Siddiq sebagai tokoh nasional tidak diragukan. Sebagai tokoh yang begitu heroik pada tahun 1983 dan 1984, jelasnya, KH. Achmad Siddiq berani tampil dalam kancah nasional membawa satu panji berkenaan dengan asas tunggal Pancasila.

“Tentu pada momen itu, adalah momen yang sangat luar biasa karena ada suatu kondisi krisis hubungan antara satu kelompok umat Islam dengan negara. Ada kelompok umat Islam yang menolak Pancasila. Tentu ketika K.H. Siddiq menerima asas tunggal Pancasila dalam satu situasi ketegangan ideologi yang luar biasa saat itu. Tentu saja, ini adalah suatu keberanian yang patut kita akui,” terangnya.

Akhmad Taufiq mengungkap, penerimaan asas tunggal Pancasila, tentu akan memberikan implikasi ideologis pada kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak hanya, pada masa-masa orde baru, tetapi juga implikasinya pada masa-masa sekarang.

“Yang itu sangat dibutuhkan generasi-generasi saat ini bahwa Pancasila adalah satu konstruksi ideologis yang dibutuhkan oleh bangsa dan negara ini,” ujar Akhmad Taufiq, yang juga sebagai Ketua PP ADP IKA-PMII.

Selaku Wakil Ketua PCNU Jember,  Akhmad Taufiq menjelaskan bahwa pancasila sebagai manhaj ideologi jalan tengah yang mampu menaungi seluruh elemen bangsa yang beragam. Elemen bangsa yang bersifat multikultural. “Inilah manhaj wasatiyah, yang senantiasa mengembangkan jalan tengah bagi kehidupan berbangsa dan bernegara; bagaimana moderasi keagamaan menjadi agenda utama bagi bangsa ini,” ujarnya.

Sehingga, tegas  Akhmad Taufiq, tidak ada upaya-upaya memberontak, mengacau, memecah belah persatuan bangsa dengan tujuan memformalisasi Islam ke dalam sistem negara seperti yang dilakukan oleh para pengusung khilafah.

“Terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak. Semoga agenda ini dapat memberi manfaat bagi kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara. Tadarus Pancasila sebagai bentuk tadarus ideologi perlu dikumandangkan terus untuk generasi saat ini dan generasi mendatang, tanpa henti,” tukasnya.