Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Koordinator Koalisi Pertahanan Darat, sebuah jaringan gerakan akar rumput Palestina, Jamal Juma' saat bicara di MiddleEastEye. Foto: @MiddleEastEye.
Koordinator Koalisi Pertahanan Darat, sebuah jaringan gerakan akar rumput Palestina, Jamal Juma’ saat bicara di MiddleEastEye. Foto: @MiddleEastEye.

Standar Ganda Dunia Soal Ukraina Membuat Geram Aktivis Akar Rumput Palestina



Berita Baru, Palestina – Seorang aktivis akar rumput Palestina geram dengan standar ganda dunia dalam hak asasi manusia di Ukraina dan meminta agar dunia menghentikan sikap tersebut.

“Kami tidak menemukan dunia membela hak asasi manusia [di Palestina] seperti mereka membela Ukraina. Standar ganda harus dihentikan, harus diselesaikan,” kata Jamal Juma’, koordinator Kampanye Tembok Anti-Apartheid Akar Rumput Palestina sejak tahun 2022, melalui video di Twitter Middle East Eye, Rabu (20/4).

Jamal Juma’ mempertanyakan sikap negara-negara di dunia saat militer atau polisi Israel menggerebek, “menembakkan peluru karet dan gas air mata dan bom suara dan memukuli orang-orang di karpet masjid” Al-Aqsa.

Koordinator Koalisi Pertahanan Darat, sebuah jaringan gerakan akar rumput Palestina, itu juga memngeluhkan sikap diam dari negara-negara di dunia dan menganggap tindakan pasukan Israel menggerebek Al-Aqsa sebagai sesuatu yang ‘normal’ serta menganggap Al Aqsa adalah milik Yahudi Israel.

“Ini bukan tempat mereka beribadah. Ini adalah tempat tersuci ketiga bagi dunia, Islam pada umumnya. Mereka [Israel. Red.]memprovokasi semua orang ini dengan melakukan ini [penyerangan. Red.]”, imbuh Jama’.

Dalam video tersebut, Juma’ menilai bahwa Israel mulai berlaku semena-mena sejak mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump memindahkan Kedutaan Besarnya dari Tel Aviv ke Yerussalem.

“[Trump] mengakui kedaulatan Israel atas Yerusalem sendiri. Ini semakin rumit. Karena ini pemerintah Israel, mereka mengambil semacam legitimasi dari Amerika Serikat untuk melanjutkan serangan mereka terhadap orang-orang di Al Aqsa dan juga di Yerusalem,” katanya.

“Dan itu mempercepat rencana pembersihan etnis yang mereka lakukan dan juga mengintensifkan invasi ke Al-Aqsa itu sendiri,” imbuhnya.

“Dari masyarakat fanatik pemukim mereka, mereka mulai mengorganisir kelompok-kelompok besar ke Al-Aqsa,” tambahnya.

Juma’ juga menilai bahwa “setiap hari, mereka memiliki program untuk menyerang Al-Aqsa. Mereka ingin menjadikannya seperti situasi de facto di mana mereka memiliki kuasa penuh untuk pergi ke Al-Aqsa.”

Di samping itu, Juma’ juga menegaskan bahwa orang Palestina tidak akan menyerah dan tidak akan mau menerima pendudukan. Bahwa mereka tidak akan mau “untuk menerima sistem apartheid, untuk menerima bahwa Israel mengendalikan hidup mereka, untuk menerima perbudakan yang mereka paksakan pada kami dan kami tidak akan menerima ini. Palestina tidak akan menerima itu.”

“Orang-orang di sini benar-benar khawatir tentang tempat suci mereka. Sebuah Al Aqsa dan Yerusalem untuk Palestina adalah sesuatu yang tidak bisa ditoleransi,” kata Juma’, yang juga sering diundang untuk berbicara di Majelis PBB.

Karena itu, Juma’ menilai bahwa masalah Palestina adalah “tanggung jawab nasional, tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab internasional. Juga, warisan budaya bertanggung jawab untuk menjaga identitas kota apa adanya.”

“Bukan untuk di-Yahudi-kan, dan untuk menghapus seluruh sejarah kota,” tegasnya, menambahkan “pemukim fanatik ini mereka sangat berbahaya. Tidak ada hukum yang mengatur mereka.”

Karena itu, Juma’ mendorong agar dunia internasional tidak memandang sebelah mata masalah Palestina.

“Jadi orang harus bangun dan dunia harus bangun. Standar ganda dengan HAM, tidak bisa. Akhir-akhir ini, organisasi hak asasi manusia utama di seluruh dunia telah secara terbuka. Mereka mengatakan bahwa ini di luar pendudukan, ini adalah apartheid,” katanya.