Soal TKA China, Tokoh Muda NU Bantah Pernyataan Faisal Basri
Berita Baru, Jakarta – Tokoh Muda NU (Nahdlatul Ulama), Ubaidillah menanggapi pernyataan Faisal Basri mengenai TKA China. Menurut Ubaidillah, pernyataan Faisal yang menyebut jumlah Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China di Proyek investasi tambang lebih dari yang diketahui banyak orang tidak memiliki data yang akurat.
Pria yang akrab disapa Gus Ubaid itu mengatakan pernyataan Faisal Basri hanya klaim dan ‘gorengan’ semata.
“Penyataan Faisal Basri hanya klaim dan gorengan saja,” kata Gus Ubaid melalui keterangan tertulis, Jumat (15/10).
Dengan merujuk data dari Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Gus Ubaid menjelaskan data Jumlah TKA di Indonesia hanya 6%, sedangkan tenaga kerja Indonesia mencapai 94%.
“Data di IMIP menerangkan tahun ini, jumlah tenaga kita hanya 6 ribu saja, dari total pekerja 70an ribu, artinya hanya 6% saja, dan itu telah mengacu pada UU No 4/2009,” terangnya
Wakil Ketua PP LazizNU ini juga menyangkal tuduhan TKA China yang masuk tidak memakai visa pekerja dan tidak membayar iuran 100 juta.
“Tidak mungkin TKA China tidak pakai visa pekerja dan tidak bayar iuran. Lah rata karyawan yang bekerja di proyek Morowali menghasilkan USD94,05 juta per orang/tahun,” sangkal Gus Ubaid.
“Akurasi data kita dari IMIP. Kami tidak membuat asumsi data seperti Faisal Basri,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan kepada Faisal Basri untuk berhenti membuat kebohongan publik. Tak hanya itu, Tokoh Muda NU ini juga mengajak Faisal Basri untuk adu data, agar masyarakat tidak disesatkan dengan kebohongan.
“Sudahlah, kalau merasa dirinya akademis harus pakai data yang akurat, kalau perlu ayo kita adu data,” tantang Gus Ubaid.
Sebagaimana diberikan sebelumnya, Ekonom Faisal Basri membantah pernyataan pemerintah yang mangatakan TKA China yang diberi izin bekerja di Indonesia hanya tenaga ahli saja.
“Omong kosong kalau ada pejabat negara menyebut semua TKA yang masuk adalah staf berkeahlian khusus,” katanya, dikutip dari CNN Indonesia.
Menurut Faisal, mereka adalah pengemudi, koki, hingga manajer gudang yang seharusnya bisa digantikan oleh tenaga kerja RI.
“Apakah mereka tenaga ahli? Ya tidak, gaji mereka itu Rp17 juta sampai Rp54 juta,” ujarnya dalam Core Media Discussion: Waspada Kerugian Negara dalam Investasi Pertambangan, Selasa (12/10).
Ia menyebut TKA tetap deras masuk ke RI di tengah pandemi covid-19 atau sejak tahun lalu lewat Bandara Sam Ratulangi, Sulawesi Utara, dan I Gusti Ngurah Rai, Bali.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), ia memaparkan untuk periode Januari 2020-Agustus 2021 secara total ada 33.834 TKA yang masuk ke RI.
“Sebagian besar mereka tidak pakai visa pekerja, tidak bayar iuran yang US$100 dan macam-macam itu,” imbuhnya.
Faisal menyebut TKA asal China tidak berani masuk lewat Bandara Soekaro-Hatta karena takut ketahuan.
“Kalau di Soetta banyak diteriakin wartawan, wartawannya banyak. Tapi ketahuannya hanya satu, Sam Ratulangi mereka lebih santai,” pungkasnya.