Beritabaru.co Dapatkan aplikasi di Play Store

 Berita

 Network

 Partner

Skandal Kartu Natal di Penjara Qingpu, China: Lelucon!
(Foto : The Guardian)

Skandal Kartu Natal di Penjara Qingpu, China: Lelucon!



Berita Baru, Internasional – Selama lebih dari tiga tahun, Leo menghabiskan hari-harinya di penjara Qingpu, Shanghai, sambil bekerja sebagai tukang kemas kartu tempel, masker wajah, tas hadiah sambil diawasi para penjaga. Jika menolak, maka dia akan dihukum.

Dilansir dari The Guardian, Minggu (29/12), Natal tahun ini, sebuah seruan permintaan tolong dari Leo dan narapidana asing lainnya diselundupkan melalui kartu Natal Tesco. Namun Tiongkok menyebut kejadian itu sebagai sebuah ‘lelucon’.

Sementara itu, para pengamat telah mengumpulkan bukti kesaksian dari enam mantan narapidana di penjara Qingpu yang menggambarkan secara detail bagaimana kondisi yang mereka alami.

Mereka mengaku telah menahan diri untuk tidak mengungkapkan sejak masih menjadi tahanan. Termasuk dipaksa bekerja dengan harga murah dan dalam beberapa kasus disiksa karena tidak mematuhi otoritas penjara.

“Jika kamu tidak bekerja kamu akan menjadi musuh. Jika Anda tidak bekerja, Anda akan menjadi target,” kata Leo, satu dari dua narapidana yang menulis 10 kartu yang menyerukan nasib para tahanan Qingpu. “Mereka akan merampas begitu banyak hal darimu,” katanya.

Sebelumnya, Leo meminta agar tidak diungkapkan identitasnya karena takut akan ada pembalasan, di mana ia begitu percaya bahwa pengaruh China sangat kuat.

China memiliki salah satu sistem hukuman kerja paksa terbesar di dunia, yang menurut para pembela hak asasi manusia telah melanggar standar internasional terhadap kerja paksa selama beberapa dekade. Beijing menyatakan bahwa buruh penjara di Tiongkon, legal,dan  dilakukan sesuai dengan hukum. Kementerian luar negeri tidak menanggapi permintaan komentar tentang hal ini ini.

Enam mantan tahanan yang semuanya sudah dibebaskan dari Qingpu dalam dua tahun terakhir, mengatakan mereka menyaksikan pihak berwenang memaksa tahanan untuk bekerja. Empat dari enam, termasuk Leo, menyebut bekerja harus dilakukan antara lima dan enam jam sehari, kadang-kadang tujuh hari seminggu, dengan sedikitnya 30 yuan (£ 3,20) per bulan.

Dua dari kelompok itu mengatakan mereka menolak untuk bekerja dan dihukum dalam berbagai cara, termasuk tidak diizinkan membeli pakaian, sabun, sandal atau makanan untuk menambah makanan yang disediakan, semua barang harus dibeli dari penjara.

Dua narapidana yang salah satunya menolak untuk bekerja menceritakan siksaan yang ia alami. Diantaranya disiksa sewaktu tidur, diikat ke papan kayu, dan dalam satu kasus, menggunakan papan air. Penjara tidak menanggapi permintaan komentar terkait hal ini.

“Sistem penjara mereka dimaksudkan untuk menghancurkan bukan untuk merehabilitasi.” Kata Peter Mbanasor (42), seorang pedagang dari Nigeria yang menghabiskan lebih dari dua tahun di Qingpu karena kasus kriminal. pendapatan kriminal. “Orang-orang dipaksa untuk bekerja karena mereka tidak ingin jatuh ke tangan para penjaga”.

Qingpu, didirikan pada tahun 1994, terletak antara 8 mil di sekitar tanah  pinggiran Shanghai. Qingpu  menampung 200 narapidana asing yang mempekerjakan para narapidana. Dalam minggu terakhir, media pemerintah telah merilis laporan yang menyoroti ‘kerja produktif’ seperti ukiran batu giok dan bambu hingga orkestra dan produksi musik Natal yang dikerjakan oleh para tahanan.

“Tidak ada yang mau melakukan pekerjaan seperti ini. Beberapa orang ingin mempelajari hal-hal baru, seperti bertani ikan, pertukangan kayu, membuat pakaian atau sepatu. Mereka tidak mengajari kita,” kata Leo.

Para narapidana mengatakan hukuman yang biasanya mereka alami dalam bentuk psikologis, seperti mengirim tahanan ke kurungan isolasi, dan itu bisa sangat kejam.

Mbanasor menceritakan ketika dia dikirim ke tempat sunyi selama 21 hari setelah bersikeras mengadakan pertemuan gereja dan pelajaran Alkitab. Pada bulan Juli 2017, dia berkata bahwa dia dilukai dengan gas air mata dan diseret dari selnya ke aula (kurungan) kamar kecil tanpa jendela.

Di ruangan dengan suhu 40C, dia diberi air panas dan dilarang melepas pakaiannya. Ketika dia mulai berdoa dengan suara keras, sekelompok penjaga mengikatnya ke papan kayu dan meninggalkannya selama 24 jam. Keadaan itu membuatnya takbisa bergerak meski untuk ke kamar mandi hingga ia mengencingi dirinya sendiri.